Senin, 29 Juni 2015

Buku : Kedamaian Di Tengah-Tengah Prahara


IDR 26400.00

SIZEPRICE (IDR)
10,5 x 12,5 cm26400.00
Quantity 
PRODUCT DETAILS
Penulis : I Wayan Maswinara
Tebal : 146 hal
Deskripsi :
Diskriminasi dan kekerasan dalam agama telah terjadi sebelum agama itu sendiri resmi dianut oleh para pemeluknya, karena bagaimanapun juga watak manusia pada umumnya memiliki sifat dengki, iri dan ingin tampil beda dengan yang lainnya. Oleh karena itu dalam satu komunitas agama sekalipun telah sering terjadi diskriminasi dan kekerasan, hanya karena beda penafsiran dan penghayatan ataupun hal-hal sepele yang kecil saja. Sebenarnya, pertikaian yang timbul akibat dari diskriminasi dan perbedaan kecil dalam pelaksanaan keagamaan, bukanlah produk agama itu sendiri tetapi kebanyakan akibat dari prilaku orang per orang yang tak puas dengan keberadaan diri atau kelompoknya, sehingga dengan mengunakan agama sebagai senjata berusaha mencari rujukan dalam ajaran agama, baik dengan menyimpangkannya ataupun penafsiran yang keliru, berusaha mendiskeditkan kelompok lain sebagaikeluar dari rel agama, murtad dan sebagainya.
Apalagi di jaman modern sekarang ini dimana fasilitas untuk melakukan penipuan dan penyimpangan semakin canggih saja, sehingga bibit-bibit pertikaian mudah sekali disulut hanya dengan provokasi murahan saja. Untuk itulah maka diperlukan pemahaman yang bersifat universal terhadap ajaran agamanya sendiri, yang kalau kita renungkan keberadaanya yang berbeda dengan keyakinan lain, disebabkan oleh kemunculannya yang berbeda-beda, baik tempat, kondisi, waktu dan inti pesan yang disampaikannya. Bukanlah keanekaragaman itu merupakan warna dari alam semesta raya dan itupun akan mempengaruhi keberagaman keberadaan dari penghuninya. Kalau kita senantiasa ingat bahwa tujuan dari keanekaragaman itu adalah tunggal, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, maka jelas bahwa jalan yang ditempuh masing-masing keberagaman itu adalah berbagai ragam pula, untuk menyesuaikan dengan keberagaman itu.
Bahkan tumbuhnya berbagai macam sekte atau aliran keyakinan yang beraneka ragam pada masing-masing agama tak dapat dicegah karena hal itu merupakan cetusan dari hak azazi setiap mahluk, dalam rangka mengenali jati diri dan tujuan keberadaannya ini. Bahkan dalam beberapa pesannya, Svami Vivekananda sendiri mengharapkan semakin tumbuh suburnya sekte-sekte sehingga pada akhirnya nanti setiappribadi memiliki satu sekte sebagai satu cara penafsiran dari apa yang telah dialami dan didapatkannya selama menjalani berbagai bentuk kehidupan sebelumnya. Selain itu, siklus perputaran yuga atau jaman, telah ikut mempengaruhi prilaku alam semesta berikut penghuninya sehingga memperparah kondisi global kehidupan. Manusia yang berharap dapat hidup secara selaras, baik dengan alam lingkungan maupun dengan sesamanya telah kehilangan akal dalam usahanya kearah itu. Bagaimanapun juga, faktor internal dalam diri manusia, merpakan sentral yang dominan dari segala kejadian yang sedang maupun yang akan berlangsung nantinya. Namun, manusia sendiri tak menyadari hal itu sehingga cenderung mencari faktor penyebab dari luar, yang tiada lain merupakan proyeksi dari faktor internal itu juga. Karena situasi eksternal yang mereka pandang telah sedemikian parahnya terpolusi maka refleksinya pada yang internal kurang dapat dikenali, bahkan yang tersamar sekalipun tak mampu dipahaminya. Demikianlah peristiwa demi peristiwa berlangsung, tanpa pernah mereka sadari bahwa hal yang sama juga sedang berlangsung dalam bagian internalnya; sehingga usaha terakhir yang dapat mereka lakukan adalah menyerahkan kembali permasalahannya kepada Tuhan sang pencipta sebagai sumber dari segalanya ini.
Manusia adalah arsitek dari nasibnyab sendiri; demikian ungkapan yang sering kita dengar tentang suatu peristiwa yang menimpa seseorang ataupun sekelompok orang. Bahkan ditambahi atau dipertegas lagi dengan suatu solusi bahwa tanpa usaha dari manusia itu sendiri, Tuhan tak akan pernah mengubah nasibnya. Jadi, dengan jelas dapat kita pahami bahwa segalanya itu berpulang kembali kepada si pelaku, si penikmat dan si penggagas segala kejadian itu. Tuhan dalam hal ini hanya bertindak selaku saksi abadi yang sekedar menyaksikan segala ulah penghuni jagat raya ini dalam berjuang meraih cita-cita tertingginya dalam eksistensi universal ini. Tuhan telah menyediakan segala macam fasilitas yang diperlukan umat manusia dalam menjalani keberadaanya di bumi ini, dengan maksud agar dapat menjadi tongkat penuntun bagi yang pincang dan obor sesuluh bagi yang kegelapan, serta cambuk pengingat bagi mereka yang terlena. Tetapi, manusia menjadi lupa diri dengan segala kenikmatan, mabuk kekuasaan dan hak istimewa sebagai mahluk ciptaan terluhur yang dengan seenaknya saja dapat memperbudak keberadaan lain untuk memuaskan segala keinginan yang tak ada habisnya, sehingga tak menyadari bahwa dirinyalah yang telah menjadi budak segala keinginannya itu. Segala macam kemudahan yang diberikan oleh teknologi canggih hasil penemuan mereka itu, justru telah menempatkan manusia sebagai pembuatnya menjadi malas, mudah emosi, dan tambah bernafsu untuk menaklukkan seluruh alam di bawah telapak kakinya.
Untuk itulah maka berkali-kali gema dari ajaran Upanisad berresonansi pada setiap telinga manusia untuk bangkit dan bangun kembali dari keterlenaan panjang yang selama ini mereka lakukan tanpa disadarinya. Gaung Vedanta akan terus menggema di sepanjang sejarah umat manusia untuk menyampaikan ajaran kesatuan dan kellahian umat manusia itu sendiri yang selama berabad-abad telah jauh menyimpang dan yang senantiasa mereka dambakan kembali selama ini. Mereka jauh berkelana mencari kedamaian dan keabadian, sementara apa yang mereka cari itu telah ada dalam dirinya sendiri. Mereka terpesona dengan fatamorgana eksternal yang mereka anggap sebagai realitas sebenarnya, sehingga terus mengejar ilusi fana yang tanpa ujung dan terperosok dalam kubangan duniawi tanpa daya dan mengapai-gapai mendambakan bantuan dari luar. Mereka lupa bahwa hanya dengan membuka matanya dan bangkit dari tidur panjang yang selama ini mereka alami, semuanya akan berubah dan pengalaman masa lalu hanyalah ilusi mimpi yang mereka anggap sebagai kenyataan.
*[Harga belum termasuk ongkos kirim. Ongkos kirim minimal dihitung berdasarkan berat barang 1 kg, kami sarankan Anda memesan beberapa barang untuk menekan ongkos kirim]
sumber : http://www.iloveblue.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net