Jumat, 26 Juni 2015

Buku : Keutamaan Manusia dan Pendidikan Budhi Pekerti



IDR 66000.00

SIZEPRICE (IDR)
14,5 x 20,5 cm66000.00
Quantity 
PRODUCT DETAILS
Penulis : Dr. I Made Titib
Tebal : 304 hal
Deskripsi : Om Swastyastu,
Atas karunia Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa buku dengan topik Keutamaan Manusia dan Nilai-Nilai Budhi Pekerti dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan penulis. Buku ini disusun dengan maksud memberi wawasan kepada pembaca tentang keutamaan manusia dan nilai-nilai budhi pekerti dan dimaksudkan pula untuk dijadikan referensi bagi orang tua yang masih mempunyai anak – anak yang belum dewasa, atau mungkin keponakan, cucu dan sebagainya, di samping ditujukan pula pemakaiannya oleh para siswa dan mahasiswa, para guru dan dosen agama Hindu khususnya, guru dan dosen pada umumnya, maupun tokoh-tokoh agama dan masyarakat.
Buku ini kami susun dengan mengambil sumber “Pedoman Penanaman Budhi Pekerti Luhur”, dikordinir oleh Prof. Dr. Edi Setyawati, yang disiapak melalui Proyek Pembinaan Anak dan Remaja, Dorektorat Jendral Kebudayaan, terbitan Balai Pustaka, Jakarta,1995. Buku ini formatnya sangat kecil dan isinya tidak begitu tebal, namun dihalamannya tercantumkan adanya 56 butir nilai-nilai pendidikan budhi pekerti yang isinya sangat universal dan hampir dapat ditemukan dalam semua kitab suci maupun budaya bangsa. Setelah penyusun membaca buku terssebut, ternyata butir-butir yang diketengahkan itu kami jumpai pula di dalam kitab suci Veda dan susastra Hindu lainnya. Atas dasar buku tersebut terbetik pula keinginan kami untuk menyusun buku dengan topik yang telah kami sebutkan diatas.
Buku ini menjelaskan tentang tujuan hidup manuasia yang menguraikan tentang cara mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, ‘jagadhita’ dan usaha untuk mencapai tujuan tertinggi yang disebut ‘moksa’. Uraian selanjutnya mebahas tentang makna penjelmaan, yang meliputi makna spiritual, makna pedidikan dan makna sosial-budaya. Bahasan berikutnya mengetengahkan keutamaan manusia, yang mengakaji karakter manusia, tanggung jawab manusia dan usaha membebasan diri. Selanjutnya dikutipkan 56 butir nilai-nilai pendidikan budhi pekerti seperti: bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikir jauh kedepan, bersahaja, bersemangat, bersifat konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka, dan ulet.
Setiap butir nilai atau sifat-sifat budhi pekerti tersebut dikutipkan ‘mantra’ Veda yang mengandung ajaran budhi pekerti yang diikuti dengan ilustrasi atau cerita-cerita yang kami kutip dari Ramayana, Mahabratha, Kitab Panca Tantra, Chinna Kanta dan lain-lain dan beberapa cerita itu telah disunting oleh Cudamani dan dimuat dalam Buku Bacaan Agama Hindu Sekolah Dasar (kelas IV,V dan VI) dan satu buku lagi, yakni Buku Bacaan Agama Hindu Sekolah Lanjutan Pertama (Kelas I) di samping pula pengalaman pribadi ketika penulis memberi ceramah, membawakan Dharma Wacana dan makalah dalam berbagai kesempatan seperti Dharmatula, Seminar, Serasehan dan sebagainya. Buku ini kami susun berdua, seorang penghimpun, memilih serta memilah cerita yang akan dijadikan ilustrasi, seorang lagi mengkhususkan pada bagian awal tentang keutamaan manusia.
Sesuai dengan tujuan penulisan buku ini, diharapkan kepada pembaca untuk lebih mencermati. Beberapa ilustrasi cerita nampak berbeda-beda dengan versi-versi yang berkembang di masyarakat, kami menganggap justru perbedaan versi-versi itu akan memperkaya khasanah susastra Hindu. Kepada para guru agama Hindu yang menjadikan buku ini sebagai bahan bacaan, kami harapkan untuk kreatif dengan menjadikan semacam teks dialog dan skenario dalam rangka ‘storytelling’, yakni memainkan dalam permainan drama di dalam atau di luar kelas. Dengan setiap anak mengambil peran tertentu, kesan yang ditangkap dalam penanaman pendidikan budhi pekerti ini akan dirasakan sangat mendalam oleh para siswa, misalnya mengajarkan sikap hormat kepada orang yang lebih tua atau yang patut dihormati, dapat mementaskan episoda ketika Duryodhana dan Arjuna sama datang menghadap Sri Krsna untu memohon bantuan supaya memihak kepada dirinya. Saat itu Sri Krsna tidur nyenyak, Satyakimempersilahkan keduanya menunggu sampai Sri Krsna bangun dari tidurnya. Duryodhana yang otaknya arogan masuk ke ruang tidur Sri Krsna duduk di bagian hulu, yang kebetulan di tempat itu ada sebuah kursi, sedang Arjuna yang datang belakangan duduk di lantai pada bagian kaki Ri Krsna. Arjuna ketika memasuki ruang tidur Sri Krsna menundukkan tangan di dada, bersujud di kaki Sri Krsna. Ketika Sri Krsna terjaga, maka yang dilihat pertama adalah Arjuna, dan Sri Krsna tersenyum menyapa Arjuna. Saat itu Duryodhana langsung memprotes, yang menyatakan bahwa dirinya datang lebih dahulu, mestinya Sri Krsna menyapa dia terlebih dahulu. Sri Krsna berpaling kepada Duryodhana dan akan memenuhi keinganannya. Ada dua bantuan yang bisa ditawarkan oleh Sri Krsna, pertama Sri Krsna sendiri, tetapi beliau tidak berperang, tidak membawa senjata dan hanya sebagai kusir saja, sedang yang kedua adalah satu ‘aksauhini’ pasukan Narayana yang terkenal tangguh, lengkap dengan persenjataannya. Namun karena Arjuna lebih muda umurnya dibandingkan Duryodhana, maka sesuai ketentuan hukum, yang lebih muda diberikan kewenangan memilih terlebih dahulu dan Arjuna ternyata memilih Sri Krsna, walaupun tanpa senjata sekalipun. Duryodhana tersenyum dan mengejek Arjuna, pasti Pandava akan mudah mudah dikalahkan karena Sri Krsna tidak bersedia bertempur, apalagi cuma sebagai kusir kereta dan tanpa senjata. Duryodhana sangat bangga memilih pilihan yang kedua ini. Selesai pembicaraan Duryodhana sangat bangga karena mendapatkan pasukan satu ‘aksauhini’ yang  jumlahnya ribuan, lengkap dengan senjatanya. Demikian, Duryodhana meningggalkan Sri Krsna, Arjuna segera memeluk kaki dan menyerahkan hidupnya, Sri Krsna bangga kepada Arjuna atas pilihannya itu dan meyakinkan bahwa Pandava pasti menjadi pemenang dalam Mahabarata Yudha itu. Dari episode ini, seorang guru agama bisa dengan mudah menjelaskan tentang sikap hormat yang sama sekali tidak dimiliki oleh Duryodhana, apalagi yang bersangkutan akan memohon bantuan kepada Sri Krsna, yang berbeda sekali dengan karakter Arjuna, yang tidak hanya menghormati dalam arti menganggukkan kepala, tetapi sujud di kaki Sri Krsna dan kemudia duduk di lantai sebagai bentuk penghormatannya yang sejati dan tulus.
Pada kesempatan ini, izinkan penulis menyampaikan terima kasih kepada Dirjen Bimas Hindu dan Budha, Bapak Drs. I Wayan Suarjaya, M.Si., Bapak Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat yang telah banyak memberikan kesempatan untuk ‘ngaturang ayah’ kepada umat Hindu di Indonesia dan juga mempercayakan dalam membawakan makalah dalam berbagai seminar regional, nasional dan internsional yang sesungguhnya memperkaya pemahaman kami tentang ajaran agama Hindu. Demikian pula kepada rekan sekerja, pejabat eselon III dan IV serta staf lainnya, khususnya kepada Saudara Drs. Ida Bagus Putu Supriadi, M.Si., yang telah memberikan pinjam beberapa buku yang diperlukan, Saudara I Gede Jaman S.Ag, M.Si, yang telah memberikan satu ilustrasi tentang Dewi Sabhari, I Gusti Bagus Santa S.Pd yang selalu dimintai bantuan dalam berbagai hal, Ni Wayan Suiti dan Ketut Satiawan yang juga membantu mengetikkan beberapa ilustrasi cerita dalam buku ini. Secara khusus penyusun  menyampaikan terima kasih kepada Dra. Ni Wayan Rustawati yang dengan tekun membaca dan menoreksi kesalahan ketik dan kalimat dalam buku ini karena penyusun memahami bahwa yang bersangkutan sangat tertarik dan selalu membaca buku-buku maupun yang pernah kami susun sejak awal hingga saat ini.
Akhirnya kepada istri tercinta Dra. Ni Ketut Sapariani yang ikut menyampaikan ide dan turut menyusun buku ini, putri dan putra kami tersayang Nirmalayani dan Narottama yang merupakan teman diskusi serta sering menyampaikan kritik dan saran ketika melihat kekurangan bapaknya dalam menyampaikan Dharma Wacana, membawakan makalah dalam Dharma Tula, sarasehan dan lain-lain. Penyusun berdua sangat bangga kepada anak-anak yang mulai tumbuh menjadi seorang dewasa untuk diajak berpikir, mendiskusikan dan bahkan turut menganbil tanggung jawab dalam pengembangan kehidupan beragama, khususnya memajukan umat Hindu di Indonesia.
Kepada Bapak I Wayan Yasa, Penerbit Paramita, Surabaya kami menyampaikan terima kasih untuk kesediaannya untuk menerbitkan dan menyebarluaskan buku ini dan Bapak I Wayan Sugimawan, S.Ag., selaku Pimpro Peningkatan Pendidikan Agama Hindu Tingkat Menengah yang akan menyebarkan buku ini kepada para siswa dan umat Hindu pada umumnya.
Akhirnya kepada semua pihak yang membantu penyusunan, penerbitan dan penyebarluasan buku itu kami sampaikan terima kasih atas perhatian dan kepeduliannya. Kepada pembaca, kami para penyusun buku ini dengan tangan terbuka memohon maaf atas kekurangan di dalamnya. Tegur, sapa dan kritik dalam rangka sempurnanya buku ini selalu kami mohonkan.
Om Santih Santih Santih Om
*[Harga belum termasuk ongkos kirim. Ongkos kirim minimal dihitung berdasarkan berat barang 1 kg, kami sarankan Anda memesan beberapa barang untuk menekan ongkos kirim]
sumber : http://www.iloveblue.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net