Selasa, 30 Juni 2015

Buku : Mejejahitan dan Metanding Edisi 2


IDR 92400.00

SIZEPRICE (IDR)
18 x 26 cm92400.00
Quantity 
PRODUCT DETAILS
Penulis : Niken Tambang Raras
Tebal : 230 hal
Deskripsi :
Om Swastyastu
Akhir-akhir ini sering didengung-dengungkan tentang Ajeg Bali. Usaha ke arah itu sudah banyak dilakukan oleh para pakar budaya, pakar Agama, dan tokoh-tokoh masyarakat. Melestarikan kebudayaan kewajiban seluruh komponen masyarakat. Bali sudah 2 kali diguncang bencana Bom dan nyaris memporak-porandakan perekonomian masyarakat Bali. Syukurlah masyarakat Bali bisa bangkit kembali dan eling serta tidak menaruh dendam kepada si pembuat bencana.
Dengan adanya peristiwa itu masyarakat Bali menjadi lebih sadar dan libih mawas diri, untuk kembali ke jati dirinya. Mereka mulai membangun dan merintis tatanan kebudayaan dan merubah pola pikir untuk tidak meninggalkan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh pendahulunya. Pada dasarnya mata pencaharian poko masyarakat Bali adalah : bertani, berkebun dan beternak. Meskipun ada yang berprofesi sebagai pedagang, guru, buruh,pegawai, tukang, dokter, perawat, tata rias kecantikan, penari, seniman, pelukis, pemahat, pematung, dan lain sebagainya. Namun mata pencaharian pokok tersebut tetap ditinggalkan. Jika mereka tidak sempat mengurus dan menggarap sawaj serta kebun itu, mereka akan mencari penyakapnya [orang lain yang mengerjakan dengan perjanjian jika sudah panen hasilnya dibagi dua. Setengah untuk pemilik, setengahnya lagi untuk penyakap]. Dengan demikian mereka tetap memiliki penghasilan cadangan.
Memepertahankan lahan pertanian dan perkebunan adalah salah satu usaha untuk ikut berpartisipasi mengajekan Bali. Masyarakat Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu tentu tidak luput dari kewajiban sehari-hari dan hari-hari raya tertentu untuk maturan Canang dan Banten. Jenis-jenis banten banyak sekali macam dan ragamnya. Hal ini pun diwarisi secara turun-temurun dari generasi ke generasi berokutnya. Zaman dahulu belajar mejejahitan dan menata banten (metanding) cukup dilakukan dirumah dan lingkungan sekitar. Namun kini karena langkanya tokoh-tokoh yang mengetahui seluk beluj tentang banten (karena banyak diantara mereka yang sudah almarhum, maka kini banyak bermunculan kursus-kursus tentang mejejahitandan metanding banten. Dan akhir-akhir ini banyak pula diterbitkan buku-buku tentang mejejahitan dan metanding banten, sebagai bentuk dokumentasi. Adapula yang mengambil profesi sebagai penjual banten. Dikarenakan tidak sempat membuat sendiri, maka sebagian besar masyarakat memilih memesan dan memebeli banten, disamping karena kesibukan mencari nafkah.
Mengabdikan peninggalan leluhur dalam bentuk dokumentasi sudah dilakukan oleh para pendahulu kira dalam wujud lontar. Umumnya apa yang ditulis di Lontar itu bisa bertahan sampai 300 tahun. Karena daun lontar menjadi awet setelah melalui proses : perendaman, pengeringan, pengamplasan, peluluran, dan pengepresan secara berturut-turut. Proses  ini berlangsung selama ±3 bulan atau 6 bulan, barulah kemudian ditulis. Setelah sekian lama posisi dan kondisi lontar menjadi agak rusak, maka oleh generaso yang mewarisi Lontar tersebut disalin kembali ke dalam naskah Lontar yang baru. itulah sebabnya sampai saat ini peninggalan leluhur umat Hindu berupa mejejahitandan metanding banten bisa bertahan sampai sekarang.
Zaman dan Teknologi terus berkembang, disamping mengabadikan warisan leluhur lewat lontar, banyak juga para tokoh masyarakat masa kini mengabadikan lewat fotografi, video dokumentasi, lukisan, atau kodak digital, yang setelah ditransfer lewat komputer dan diolah sedemikian rupa kemudian dituangkan dalam bentuk buku. Karena kertas mudah didapat dan proses percetakannya tidak memakan waktu yang begitu lama. Maka tidak heran belakangan ini banyak bermunculan buku-buku Agama Hindu, baik itu tentang filsafat, sejarah maupun buku tentang sarana dan prasarana upakara.
Buku tentang mejejahitan dan metanding ini kami garap sebagai kelanjutan dari buku edisi 1 dengan judul yang sama, adalah untuk memudahkan bagi para pemula untuk mengingatnya. Semoga saja apa yang kami sajikan dalam buku ini bisa berguna bagi generasi muda dan sebagai salah satu upaya untuk turut berpartisipasi mengajekan Bali. Pulau Bali selain dujuluki Pulau Seribu Pura, Pulau Dewata, juga di juluki Pulau Persembahan. Karena setiap hari umatnya mempersembahkan Canang dan Banten kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuha Yang Maha Esa).
Akhir kata kami mengucapkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas restu dan ridhoNya sehingga buku ini bisa tersusun dengan baik, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada penerbit “PARAMITA” yang memberikan semangat dan dorongan untuk penulisan buku ini. Dan tak lupa pula kami mohon saran dan kritik yang membangun dari semua puhak dan para pembaca apabila ada kekeliuan, kekurangan serta kehilapan yang tertera pada buku ini.
*[Harga belum termasuk ongkos kirim. Ongkos kirim minimal dihitung berdasarkan berat barang 1 kg, kami sarankan Anda memesan beberapa barang untuk menekan ongkos kirim]
sumber : http://www.iloveblue.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net