Kamis, 20 Agustus 2015

Desa Pakraman dan Dinamika Pariwisata

Desa pakraman Winangun dening Sang-
Catur Varna manut linging sang hyang aji.
(Kutipan Lontar Mpu Kuturan) 

Maksudnya:
Desa pakraman dibangun oleh Sang Catur Varna (Brahmana, Ksatria, Wesia, Sudra) menurut ajaran agama (Hindu). 


UNTUK memelihara keajegan eksistensi desa pakraman dalam menghadapi berbagai perubahan zaman, hendaknya dipahami jati diri desa pakraman itu dengan baik dan benar. Dari jati dirinya itu desa pakraman dikembangkan sebagai wadah pembinaan hidup dan kehidupan menurut ajaran Hindu. Keberadaan desa pakraman dewasa ini terlalu banyak dikaji dari sudut fenomenaloginya dengan mengabaikan kajian filosofinya secara intensif. 

Desa pakraman sesungguhnya sebaga wadah Sang Catur Asrama dan Catur Varna untuk mewujudkan tujuan hidup mencapai Catur Purusartha. Desa pakraman sebagai wadah pengamalan ajaran Hindu untuk membangun krama desa yang profesional dan bermoral luhur serta bermental tangguh menghadapi perkembangan zaman. 

Artinya di desa pakraman hendaknya diupayakan agar setiap anggota krama memiliki keterampilan atau profesi serta bermoral yang luhur. Orang yang mampu mengembangkan profesinya dan dapat hidup sesuai dengan profesinya itulah sesungguhnya disebut Varna bukan Kasta. 

Dalam Bhagawad Gita IV.13 dinyatakan, Varna itu ditentukan oleh Guna dan Karma. Guna adalah bakat pembawaan dan Karma artinya pekerjaan. Barang siapa dapat hidup dengan bekerja sesuai dengan bakatnya itu artinya orang yang dapat hidup sesuai dengan Varna-nya. Orang yang disebut bahagia apabila orang tersebut dapat hidup berdasarkan Varna-nya. 

Dengan demikian fungsi yang paling utama dari desa pakraman adalah mengembangkan moral, mental, Guna dan Karma pada anggotanya. Kalau orang sudah memiliki keterampilan dan bekerja sesuai dengan keterampilannya itu maka hidup yang demikian disebut hidup yang stabil. Demikian pula setiap desa pakraman memiliki Kahyangan Tiga. 

Di Pura Kahyangan Tiga Tuhan dipuja sebagai Sang Hyang Tri Murti. Tuhan sebagai Tri Murti di samping sebagai media permohonan untuk dapat lahir, hidup dan mati dalam keadaan yang selamat atau wajar, juga sebagai media untuk dapat mengendalikan Tri Guna. 

Dewa Tri Murti adalah Dewa yang disebut Guna Awatara artinya Tuhan yang turun sebagai Dewa untuk mengendalikan Tri Guna ciptaannya. Tujuan utama pengendalian Tri Guna itu adalah untuk membangun moral yang tangguh. Dua hal itulah wajib dibangun oleh desa pakraman. Dengan filosofi Catur Varna kita mengembangkan Putra sebagai krama desa yang memiliki keterampilan bahkan keahlian. 

Dengan memfungsikan Kahyangan Tiga dengan baik kita bangun putra krama desa yang bermoral luhur dan bermental tangguh. Kalau dua hal ini dapat diwujudkan oleh desa pakraman maka kita tidak perlu khawatir dalam menghadapi perkembangan zaman. 

Demikian juga dalam menghadapi pengaruh pariwisata. Justru perkembangan pariwisata itu akan dapat memberikan banyak peluang untuk melatih umat dalam mengembangkan profesinya dan melatih moral dan mentalnya. Perkembangan pariwisata itu tidak akan banyak membawa pengaruh negatif apabila desa pakraman benar-benar dijadikan wadah untuk mengembangkan profesi dan moral yang luhur. 

Hal itu akan menjadi berhasil jika desa pakraman melakukan fungsinya itu dengan terprogram dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Dengan mengembangkan profesionalisme dan moral yang luhur, desa pakraman akan dapat memelihara adat, agama, dan budayanya yang adiluhung. Kalau hanya dengan sikap tradisionalisme memelihara desa pakraman maka akan menjadi sumber berbagai persoalan dalam kemajuan pariwisata tersebut. 

Sikap profesionalisme dengan moral dan mental yang luhur desa pakraman akan dikelola dengan cerdas sesuai dengan jati diri desa pakraman tersebut. Sikap tradisionalisme yang ortodok dapat menimbulkan sikap berpuas diri dengan kebanggaan yang semu. 

Berpuas diri menyebabkan orang akan lengah menghadapi berbagai ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (AGHT) hidup. Berpuas diri dengan berbangga-ria dapat menganggap diri paling super dan tidak ada permasalahan hidup ke depan yang perlu direncanakan. 

Desa pakraman akan kuat bahkan akan makin kuat kalau dibina secara cerdas sesuai dengan jati diri desa pakraman tersebut. Sebab, desa pakraman yang dibina secara cerdas itu akan selalu mengutamakan penerapan nilai-nilai agama Hindu yang universal dengan media budaya lokal yang mantap. Kalau dibina dengan cara yang tidak cerdas, justru desa pakraman akan berkembang kurang sinkron dengan pariwisata. Bahkan, keduanya dapat saling merusak. * I Ketut Gobyah 

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net