Jumat, 21 Agustus 2015

Perilaku para Politisi

Praajanam raksanam daanam
Jjyadhyayaayanamewa ca.
Wisayesswaprasaktasca.
Ksatriyasya samaasatah.
(Manawa Dharmasastra I, 89) 

Maksudnya:
Memberi rasa aman dan sejahtera pada masyarakat, beryadnya, mempelajari kitab suci, menguasai diri dari keterikatan benda-benda duniawi. Itulah seyogianya dilakukan oleh para Ksatria (para politisi). 


POSISI para politisi dalam sistem Catur Varna dapat digolongkan sebagai Ksatria Varna. Menurut pandangan agama Hindu berpolitik dalam kehidupan bersama dalam suatu negara adalah sangat mulia. Politik itu sesungguhnya bukanlah kotor. Marilah para politisi mengubah pandangan Barat yang menyatakan bahwa politik itu kotor agama suci. 

Hakikat politik dan agama sama-sama suci. Cuma wujud sucinya itu yang berbeda. Karena itu, Mahatma Gandhi menyatakan bahwa ''politik tanpa prinsip'' dapat menimbulkan dosa sosial. Jadi politisi yang berperilaku kotor, bukanlah politiknya kotor. Prinsip politik adalah mengabdi kepada mereka yang menderita. 

Kalau ada perilaku para politisi yang membawa rakyat menderita itu adalah dosanya para politisi yang berbuat kotor itu. Sebagaimana dinyatakan dalam Sloka Manawa Dharmasastra yang dikutip di atas itu bahwa seorang politisi sebagai seorang ksatria wajib memperjuangkan aspirasi rakyat. 

Lebih-lebih bagi para politisi yang mendapatkan jabatan formal sebagai wakil rakyat hendaknya memperjuangkan nasib rakyatnya sebagai prioritas utama dalam perilakunya sebagai politisi. Seperti yang dikutip pada sloka di atas bahwa kebutuhan rakyat yang paling utama adalah mendapatkan rasa aman (Raksanam) dan kesempatan untuk mendapatkan kesejahtraan (Daanam). Inilah yang paling utama dibutuhkan oleh rakyat (Prajanam). 

Perilaku para politisi bukan untuk memperjuangkan fasilitas hidup untuk diri pribadi. Bukan memperjuangkan kepentingan kelompoknya terlebih dahulu. Perilaku politisi akan mengutamakan kepentingan rakyat terlebih dahulu apa bila politisi itu memiliki pribadi yang bersih dan ia muncul atas dukungan dari bawah, karena perjuangannya memperjuangkan nasib rakyat. 

Jika ia muncul karena karbitan dan tidak memiliki komitmen politik untuk memperjuangkan nasib rakyat, politisi demikian sangat tidak sesuai dengan perjuangannya. Politisi yang karbitan apabila ia setelah mendapatkan jabatan formal akan menggunakan jabatannya sebagai alat untuk memenuhi kepentingan pribadi dan kelompoknya saja yang sempit. Agar seorang politisi memiliki komitmen politik yang mulia, Sloka Manawa Dharmasastra tersebut menyatakan seorang politisi atau para ksatria lainnya hendaknya juga mendalami ajaran kitab suci, melakukan yadnya. Hal ini akan membawa politisi secara serius melepaskan diri dari ikatan kepamrihan duniawi. 

Hal itu, bukan berarti seorang politisi harus meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi. Justru karena swadharma politisi ikut menata kehidupan duniawi itulah diingatkan agar jangan sampai ia terjebak dan diikat oleh kuatnya daya pikat duniawi tersebut. Dunia ini adalah media untuk melakukan karma baik untuk membebaskan Atman dari belenggu dosa. 

Untuk itu, para politisi diberikan swadharma menata kehidupan di dunia ini agar muncul peluang untuk berbuat baik makin terbuka lebar bagi tiap orang. Kalau politisi mampu menciptakan kebijakan dan kesempatan kepada masyarakat untuk berbuat baik dan menutup rapat-rapat peluang dosa maka itulah wujud perilaku politisi yang diharapkan oleh ajaran Sastra suci Hindu. 

Kalau perilaku para politisi lebih banyak menciptakan peluang dosa, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain, maka prilaku yang demikian akan membawa dunia ini bagaikan lapangan untuk berbuat dosa. Perilaku politisi yang tidak setia pada komitmennya memperjuangkan rakyat akan membuat citra politik itu terus kotor. Masyarakat pun dalam merekrut para politisi itu harus hati-hati. Janganlah mudah percaya pada perilaku politisi yang suka gembar-gembor. 

Merekrut politisi itu jangan sekadar karena pintar ngomong dan mudah mengumbar janji. Perhatikan wawasan dan perilakunya dalam mengabdi pada kehidupan bersama dalam masyarakat. Rekrutlah politisi yang selalu berpijak pada aspirasi rakyat. Janganlah terlalu cepat terkagum-kagum pada politisi yang bergantung pada orang-orang gede. Sebab, sering orang gede tersebut dijadikan alat untuk mencari wibawa ke bawah. Dan, masyarakat bawah sering dijadikan media untuk mendapatkan kepercayaan ke atas. 

Dalam permainan ke atas dan ke bawah itu sering dijadikan media untuk menyembunyikan niat busuknya oleh sementara politisi. Kalau banyak politisi yang demikian diorbitkan oleh masyarakat, maka yang akan paling menderita nantinya adalah masyarakat itu sendiri. Aspirasinya akan diabaikan. 

* I Ketut Gobyah 
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net