Minggu, 15 November 2015

Korupsi dan Mencari Jejak Kaki Burung Terbang

Api sakya gatir jnyatum
Patatam khe patatrinam
Na tu pracchannabhavanam.
Yukanam caratam gatih. (Arthasastra). 

Maksudnya:
Lebih mudah mencari jejak kaki burung terbang di angkasa. Tetapi sangat sulit mencari dan mengusut jejak para oknum pejabat pemerintahan negara yang mengkorupsi uang rakyat di lembaga pemerintahan negara secara sembunyi-sembunyi.



SLOKA ini dikemukakan oleh Resi Kautilya yang pernah menjabat Perdana Mentri India pada abad ke-4 Sebelum Masehi. Jadi kecenderungan korupsi dari sementara oknum yang memegang jabatan di pemerintahan negara itu mungkin sudah ada sejak adanya sistem pemerintahan negara.

Orang-orang yang berhasil sampai duduk di lembaga-lembaga pemerintahan negara tentunya bukan orang sembarangan (samania jadma). Mereka yang duduk di lembaga negara itu ada bermacam-macam kelebihannya.

Ada mereka yang duduk di lembaga negara itu karena memang punya kelebihan karena pandai cerdas dan bijaksana serta bermoral luhur dan bermental tanggung. Mereka ini muncul menjadi pejabat karena sangat didambakan oleh banyak pihak terutama mereka yang memiliki akses menentukan jabatan di lembaga pemerintahan negara.

Mereka itu umumnya menjadi pejabat karena dikehendaki bukan mereka yang menghendaki jabatan tersebut. Kalau mereka ini yang memegang jabatan di lembaga pemerintahan negara kepentingan rakyat yang paling bawahlah yang akan paling mendapatkan perhatian.

Ada juga karena mereka itu cerdas dan cerdik berhasil menduduki jabatan melalui perjuangan yang penuh dengan tipu muslihat. Umumnya mereka inilah yang selalu memperjuangkan diri agar bisa duduk di lembaga-lembaga pemerintahan negara tersebut. Mereka tidak akan memperjuangkan gagasan-gagasan mulia untuk menegakkan kebenaran, kesucian dan keharmonisan untuk membangun masyarakat adil dan sejahtera.

Mereka umumnya akan mendukung setiap gagasan apa pun dari mereka yang dianggap dapat membantu mereka mencari kedudukan. Mereka akan bersikap lantang sesuai dengan arah angin berembus. Mendukung pemimpin dengan kritik sebagai alat kontrol sangat mereka hindari. Adapun suara dari atas mereka akan paling depan mendukungnya. Dalam bersikap bukan kepentingan rakyat banyak menjadi dasarnya.

Yang menjadi dasar perjuangannya adalah mulusnya tujuan mereka itu untuk menduduki jabatan yang penuh fasilitas yang mengenakkan. Mengapa di Indonesia sangat sulit memberantas korupsi? Tentunya tidak gampang menjawab pertanyaan itu. Namun demikian, maraknya korupsi di Indonesia ini mungkin salah satu penyebabnya karena masih banyak mereka yang duduk di lembaga pemerintahan itu jenis oknum yang cerdas dan cerdik itu.

Mereka akan sangat cerdas dan cerdik melakukan korupsi sehingga banyak fakta korupsi itu sulit mengungkap. Korupsi itu seperti kentut. Sangat mudah membuat kita muak akan baunya yang busuk itu. Tetapi kentut itu tidak mungkin dapat dilihat, apalagi untuk dipegang sebagai bukti.

Demikian juga korupsi yang dilakukan oleh mereka yang cerdas dan cerdik, apalagi mereka memegang jabatan di lembaga negara sangat sulit dibuktikan secara hukum. Meskipun secara sosiologis sangat mudah mengetahui bahwa mereka itu sesungguhnya korupsi menghambur-hamburkan uang negara.

Uang negara itu pada hakikatnya adalah uang milik rakyat. Sangatlah tepat Sloka Arthasastra yang dikutip di atas. Memang lebih mudah rasanya mencari jejak kaki burung terbang di angkasa dari pada menelusuri oknum pejabat negara mengkorupsi uang rakyat tersebut.

Meskipun demikian, kita wajib mendorong terus semangat aparat penegak hukum untuk melacak uang rakyat yang dikorupsi itu. Semoga mereka itu sukses mengungkap secara hukum oknum pejabat yang mengkorupsi uang rakyat ratusan milyaran rupiah itu.

Mereka yang cerdas dan cerdik itu tentunya sudah berhitung cermat bagaimana caranya mengatur agar perbuatan korupsi itu tidak mudah dilacak secara hukum. Mereka pun sudah buta hati membagi-bagi uang rakyat seenaknya dengan bermain di atas hukum dengan meninggalkan nilai-nilai moral dan melupakan nasib rakyat kecil.

Mereka buta akan adanya gedung sekolah sampai ambruk, anak-anak sekolah sampai tidak bisa belajar di dalam gedung yang layak. Ada gedung puskesmas yang ambruk tanpa ada perhatian sehingga rakyat yang sakit tidak mendapatkan tempat yang layak. Apalagi oknum pejabat yang korupsi itu tidak akan ada yang berobat ke puskesmas.

Koruptor akan sangat sulit dihapus kalau proses perekrutan untuk mendapatkan pemimpin masih memilih mereka yang memperjuangkan diri bukan mereka yang memperjuangkan gagasan-gagasan murni untuk menegakkan kebenaran, kesucian dan keharmonisan. 

* I Ketut Gobyah
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net