Selasa, 22 Desember 2015

Diawali Lestarinya ''Bhuta Hita''

Dharma artha kama moksanam
Pranah samsthitihetavah
Tan nighnata kin hatam
Raksa bhutahita arta ca.

(Sarasamuscaya 135) 

Maksudnya: Usahakanlah alam (bhuta hita) itu sejahtera. Jangan sampai tidak mengasihi semua makhluk. Kesejahtraan alam itulah yang menyebabkan tegaknya tujuan hidup mencapai dharma, artha, kama dan moksha. Sangat tidak dibenarkan merusak alam. Demikianlah hendaknya kita menjaga kesejahteraan alam, karena alam itulah yang menyebabkan tegaknya catur warga. Jika alam tidak terlindungi, itu namanya abhuta hita. 

Kehidupan disebut sejahtera apabila tujuan hidup mencapai dharma, artha dan kama dapat diwujudkan secara seimbang dan simultan. Tercapainya tiga tujuan hidup itulah sebagai dasar untuk mencapai tujuan yang tertinggi yaitu moksa.

Cuma, menurut Sloka Sarasamuscaya 135 di atas, empat tujuan hidup itu tidak mungkin tercapai apabila tidak didahului oleh upaya untuk menjaga kelestarian alam yang disebut bhuta hita. Karena itu, setiap pembangunan apa saja yang pertama-tama harus dilakukan adalah melindungi kesejahteraan alam. Kalau ada yang melanggar harus sudah siap berhadapan dengan sanksi yang tegas.

Kalau sudah sumber daya alam (SDA) terlindungi dengan sebaik-baiknya, barulah dilakukan upaya menyiapkan sumber daya manusia (SDM). Artinya SDA dan SDM itulah yang perlu  disiapkan dengan baik. Kalau dua tahap itu sudah dilakukan barulah sosialisasi pembangunan dimulai. Pembangunan tersebut juga mesti memperhatikan penduduk sekitar. Paling tidak beberapa persen penduduk setempat dapat terserap menjadi tenaga kerja. Kalau alam tidak dirusak dan manusia di sekitarnya mendapatkan kesempatan kerja untuk meningkatkan kesejahteraannya, maka dukungan sosial tahap demi tahap pasti lebih mudah mewujudkannya.

Pada zaman Orde Baru banyak sekali pembangunan dilakukan tanpa benar-benar memperhatikan dua hal tersebut. Padahal UNDP yaitu Badan Pembangunan Dunia di bawah PBB menyatakan bahwa setiap pembangunan harus dilakukan dengan tidak boleh melanggar empat hal yaitu HAM, hukum, lingkungan dan ciri khas budaya. Kalau suatu pembangunan tidak memperhatikan alam lingkungan cepat atau lambat akan menyusahkan hidup umat manusia.

Nilai alam dan materi memang sangat berbeda. Misalnya, umat mengendarai mobil mewah, kemudian menabrak pohon besar yang tingginya lima meter. Tabrakan tersebut menyebabkan mobil mewah ringsek dan pohon tersebut tumbang. Untuk memperbaiki mobil mewah itu mungkin cukup waktu satu bulan, bahkan kurang. Tetapi untuk menumbuhkan pohon agar bisa mencapai tinggi lima meter tampaknya tidak cukup waktu dua tahun. Meskipun nilai ekonomi mobil itu jauh lebih mahal daripada pohon, namun nilai alamnyalah yang tinggi. Karena itu sangatlah tepat ajaran Sarasamuscaya di atas untuk mengingatkan kita agar melestarikan alam.

Karena itu, keadaan alam jangan diremehkan begitu saja. Jika telanjur rusak sungguh tidak mudah mengembalikannya. Seperti keadaan hutan di dunia ini. Setiap tahun ada saja kebakaran hutan. Hal ini karena hutan lindung tidak terlindungi. Kalau hutan tidak terpelihara dengan baik maka sumber-sumber air pun tidak akan terpelihara. Air itu salah satu dari tiga ratna permata di bumi. Ratna permata yang lain yaitu bahan makanan dan kata-kata bijak. Bahan makanan bersumber dari air. Sedangkan air bersumber dari lestarinya hutan. Air dan bahan makanan akan menjadi sumber keributan kalau tidak dikelola berdasarkan kata-kata bijak. Karena itu, marilah kita jaga kelestarian hutan. Jangan demi kepentingan sesaat hutan itu kita rabas seenaknya. Agastia Parwa menyatakan bhuta yadnya tujuannya melestarikan tumbuh-tumbuhan.


* Ketut Gobyah
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net