Senin, 21 Desember 2015

Makanan Khas Bali

Dharman dhanam ca dhanyan ca
guror vacanamausadham
sugritan ca kartavyam
anyatha tu jivati. 

(Canakya Nitisastra XIV.18)

Maksudnya: Kalau ingin hidup sejahtera ada lima hal yang harus dilindungi yaitu kebajikan, kekayaan, bahan makanan, kata-kata bijak dari guru kerohanian dan obat-obatan yang manjur. 


BAHAN makanan salah satu dari lima hal yang wajib dilindungi untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtra seperti kutipan sloka Canakya Nitisastra di atas. Pada zaman modern ini sesungguhnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk melindungi makanan. Tujuannya untuk menjamin kehidupan yang sehat lahir batin. Kenyataannya dewasa ini makanan hanya dieksploitasi untuk keuntungan bisnis.

Mendapatkan keuntungan dalam berbisnis tentunya tidak salah sepanjang tidak melanggar dharma dan hukum yang berlaku. Dalam Wrehaspati Tattwa dinyatakan untuk mendapatkan makanan disebut himsa. Maksudnya agar dalam memperoleh makanan tidak dengan menyakiti pihak lain. Memperoleh makanan dengan menyakiti pihak lain akan menimbulkan vibrasi negatif.

Bahan makanan yang paling utama menurut Bhagawad Gita III.14 adalah tumbuh-tumbuhan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan umbi-umbian. Meskipun relatif kecil wilayahnya, Bali memiliki banyak jenis tumbuhan yang dapat menjadi bahan makanan utama.

Masyarakat konsumen terutama orang Bali seyogianya mengutamakan terlebih dahulu memanfaatkan bahan makanan hasil tanah Bali. Dalam rangka ajeg Bali, orang Bali seyogianya lebih mengutamakan mengkonsumsi makanan yang dihasilkan oleh tanah Bali. Hal ini akan dapat memberikan hidup yang lebih cerah pada masyarakat Bali, terutama para petani Bali dan tukang masak, termasuk pedagang makanan khas Bali.

Sering kita saksikan dalam berbagai kegiatan bahkan termasuk kegiatan adat dan agama Hindu di Bali menyajikan makanan yang bahannya bukan produksi Bali. Kalau ini terus berlangsung maka tanah Bali lama-kelamaan akan menjadi gersang. Demikian dalam pengolahannya hendaknya lebih mengutamakan jenis makanan yang bercirikan khas Bali. Ini bukan berarti kita menolak cara pengolahan makanan dengan cara dari luar Bali. Kalau sikap masyarakat Bali dapat lebih mengutamakan makanan dengan ciri khas masakan Bali maka yang pertama-tama akan mendapatkan lapangan kerja adalah masyarakat Bali. Dengan demikian, makanan khas Bali akan menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri. Upaya untuk mendudukkan masakan khas Bali setara dengan masakan lainnya yang berasal dari luar Bali sudah banyak dilakukan oleh orang Bali.

Meski demikian, sampai saat ini masakan khas Cina, Jawa, Padang dan masakan bergaya Barat masih mendominasi pasar di Bali. Di samping itu bahan bakunya masih didatangkan dari luar Bali. Untuk itu ada beberapa upaya yang perlu diperbanyak untuk dilakukan. Pertama, memperluas perkenalan masakan Bali dengan bahan baku Bali. Selanjutnya mereformasi cara pengolahan masakan khas Bali terutama menyangkut cara pengolahan yang higienis dan efisien. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah cara penyajiannya termasuk kemasannya yang menarik bersih, sehat dan terhormat.

Untuk meyakinkan konsumen perlu diikut-sertakan para ahli nutrisi meneliti kandungan zat-zat yang berguna dalam masakan khas Bali itu. Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam bentuk folder yang dicetak dengan format yang menarik. Selanjutnya makanan khas Bali ini disajikan pada kegiatan-kegiatan yang agak elite yang dihadiri oleh orang-orang bergengsi. Hal ini akan dapat mengangkat gengsi masakan khas Bali dengan bahan baku hasil tanah Bali.

* Ketut Gobyah
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net