Sabtu, 26 Desember 2015

Kuatkan Keyakinan pada Kebenaran

Yastityaja sacividam sasvayam
Na tasya vacyapi bhago asti
Yadim srnotyalakam srnoti
Nahi praveda sukrtasya pantham. 

(Rgveda X.71.6). 

Maksudnya: Orang yang mengkhianati saudaranya yang bijaksana tidak akan menemukan kemuliaan, meskipun ia senantiasa mengucapkan sabda suci Tuhan. Itu semuanya akan sia-sia, sebab ia tidak berpegang pada jalan yang benar. 


ORANG yang mengkhianati saudaranya sendiri dengan perbuatan kejam, meskipun ia senantiasa mengumandangkan nama suci Tuhan, mereka tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan baik di dunia sekala maupun di dunia akhirat atau dunia rohani kelak.

Hati yang penuh kebencian pada sesama manusia, apalagi pada saudara sebangsa, perbuatan itu sesungguhnya bukan jalan yang dibenarkan oleh Tuhan.

Orang yang memusuhi saudaranya sendiri menurut Canakya Nitisastra VII. 17 salah satu ciri manusia yang menjelma dari neraka. Bahkan, dalam Canakya Nitisastra IV.16 menyatakan tinggalkanlah agama yang tidak mengajarkan cinta kasih.

Bagi kita yang dikhianati dengan kejam, hendaknya tetapkan hati, dan berpegang teguh pada kebenaran suci sabda Tuhan. Mereka yang kejam hendaknya dihadapi dengan berpegang teguh pada kebenaran suci dan hukum positif yang berlaku. Tidak perlu ikut terpancing emosi berbuat anarkis. Umat Hindu di Bali hendaknya terus menguatkan diri berpegang pada satya dan dharma atau kebenaran tertinggi menurut kitab suci Veda.

Sarasamuscaya 129 menyatakan yadnya, dana dan bratha dapat membebaskan manusia dari kehidupan yang sengsara. Tetapi satya itu jauh lebih tinggi nilainya dalam membebaskan manusia dari kesengsaraan daripada dana, yadnya dan bratha. Karena itu, kuatkanlah diri untuk berketetapan hati berpegang terus pada kebenaran kitab suci atau satya, di samping tetap melakukan dana, yadnya dan bratha.

Demikian juga kitab Slokantara Sloka 2 menyatakan bahwa satya atau kebenaran itu jauh lebih tinggi nilainya daripada 100 orang suputra. Mendidik seorang suputra jauh lebih tinggi nilainya daripada 100 kali melangsungkan upacara yadnya. Demikianlah tingginya nilai kebenaran suci Weda yang pada zaman Kali ini secara kuantitas kurang mendapat perhatian.

Dalam kitab Cinakatha ada diceritakan seorang Resi dan pengiringnya berjalan-jalan di tepi Sungai Gangga. Sedang asyiknya menikmati indahnya vibrasi alam Sungai Gangga tiba-tiba beliau menyaksikan seekor kalajengking hanyut. Sebagai seorang Resi tentunya beliau sadar akan swadharmanya untuk menyelamatkan kalajengking tersebut. Kalajengking itu pun menyengat tangan sang Resi. Karena disengat sang Rsi kaget sehingga kalajengking kembali jatuh ke air. Sang Resi kembali mengambil kalajengking tersebut untuk diselamatkan dari arus air Sungai Gangga. Kalajengking kembali menyengat tangan sang Rsi, sehingga kalajengking itu kembali jatuh lagi ke air Sungai Gangga. Hal itu terjadi berulang-ulang sampai akhirnya sang Resi berhasil menyelamatkan kalajengking itu dan melepaskannya di daratan pinggir Sungai Gangga. Tangan Sang Resi sedikit bengkak karena disengat kalajengking.

Atas kejadian itu pengiring Sang Resi bertanya, ''Mengapa Sang Resi menyelamatkan kalajengking yang jahat itu sampai tangan sang Resi bengkak?'' Sang Resi pun menjawab, ''Kalajengking berbuat jahat saja punya ketetapan hati. Mengapa kita berbuat baik tidak punya ketetapan hati.''

Dari cerita singkat ini sesungguhnya dapat kita simak bahwa dalam kehidupan di dunia ini berbuat baik itu tidak selalu mudah. Banyak kalangan yang menghadang orang yang berbuat baik. Namun, yakinlah berbuat baik dan benar itu akan dapat memberikan pahala kebahagiaan di dunia sekala dan sorga di dunia niskala. Kalau tidak kuat kita berpegang teguh pada kebenaran kitab suci, kita akan terjebak ikut melawan kejahatan dengan kejahatan. Kesombongan akan kita balas dengan kesombongan. Perbuatan anarkis akan kita balas dengan perbuatan anarkis. Orang yang menjelek-jelekkan agama yang kita anut akan kita balas dengan menjelek-jelekan agama yang dianut oleh orang lain.

Bumi ini pun akan menjadi panggung saling balas dendam. Saling balas dendam itu pun akan menghancurkan semua tatanan hidup yang sudah susah payah dibangun oleh leluhur kita di masa lampau. Kuatkan ketetapan hati berpegang pada kebenaran dan tegakkan hukum sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Bantulah lembaga penegak hukum agar hukum itu dilaksanakan sesuai dengan asas kebenaran dan keadilan. Kalau lembaga penegak hukum itu lemah bantulah untuk kembali memberdayakan dirinya sehingga lembaga itu dapat melakukan swadharmanya memberikan keadilan dan rasa aman kepada mereka yang berbuat benar. Jangan ambil alih dan kacaukan tugas mereka.


* Ketut Gobyah
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net