Minggu, 17 Januari 2016

Mengapa Bali Disebut Pulau Seribu Pura?

Samana mantrah samitih samani.
Samanam manah saha cittam esam
Samanam mantrm abhi mantraye
Vah, samanena vo havisa juhomi.
                (Rgveda.X.191.3) 

Maksudnya: Wahai umat manusia berpikirlah bersama-sama, bersatulah engkau bersama-sama. Samakanlah hendaknya pikiran dan gagasan-gagasanmu. Aku memberimu pemikiran yang sama dan juga kemudahan-kemudahan yang sama. 


ORANG asing dari berbagai penjuru dunia memberikan Bali julukan sebagai Pulau Seribu Pura. Apakah umat Hindu di Bali memuja banyak Tuhan. Tidak. Tuhan menurut ajaran Veda adalah Mahaesa. Ribuan pura di Bali itu bukan untuk memuja banyak Tuhan. Adanya ribuan pura di Bali sebagai sarana untuk memuja Tuhan dengan segala manifestasinya. Pura di samping sebagai sarana memuja Tuhan juga sebagai sistem penataan kehidupan sosial dengan segala dimensinya. Memuja Tuhan haruslah dapat dimaknai untuk menata kehidupan bersama untuk mencapai sistem sosial yang dinamis dan harmonis mewujudkan tujuan hidup mencapai dharma, artha, kama dan moksha.

Lewat sistem pemujaan itu umat dimotivasi untuk berkerja sama secara aktif menyamakan pikirannya, gagasan-gagasannya dalam rangka memajukan kehidupan bersama yang bahagia. Dengan sistem pemujaan itu umat dikelompokkan untuk dapat hidup bersinergi secara proporsional. Dengan sinergi itu dapat dibangun kekuatan bersama membangun kehidupan bersama di wilayah Pulau Padma Bhuwana ini. Karena itu di Bali ada empat jenis pura berdasarkan karakternya. Ribuan pura yang ada di Bali itu sesungguhnya dapat dikelompokkan menjadi empat jeis berdasarkan karakternya. Empat jenis pura itu adalah Pura Kawitan, Pura Kahyangan Desa, Pura Swagina dan Pura Kahyangan Jagat. Empat jenis pura itu di samping sebagai media pujaan juga sebagai media membangun empat jenis kerukunan. Empat jenis kerukunan itu adalah kerukunan famili di Pura Kawitan. Kerukunan teritorial di Pura Kahyangan Desa. Kerukunan profesional di Pura Swagina dan kerukunan universal di Pura Kahyangan Jagat.

Di Pura Kawitan dibangun kerukunan famili dari tingkat keluarga inti sampai ke tingkat satu klan. Yang dimaksud dengan Pura Kawitan itu seperti Merajan Kamulan, Merajan Gede, Pura Ibu, Pura Panti/Dadia, Pura Padharman dan juga Pura Kawitan. Ada juga yang disebut Pura Batur. Pura Batur pemujaan keluarga ini tidak ada hubungannya dengan Pura Batur Kahyangan Jagat di Kintamani itu. Jadinya lewat pemujaan di Pura Kawitan itulah dibangun kerukunan famili secara bertahap dari tingkat keluarga inti sampai keluarga dalam satu klan.

Pura Kahyangan Desa itu adalah pura yang menjadi tempat pemujaan bersama umat yang berada di wilayah desa pakraman. Pura ini misalnya Pura Kahyangan Tiga (Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem). Pura Kahyangan Tiga ini sebagai pura inti di desa pakraman. Ada juga pura yang menjadi sarana pemujaan umat di desa pakraman seperti Pura Penataran dan Pura-pura lainnya sesuai dengan sejarah keberadaan desa pakraman bersangkutan.

Di Pura Swagina dibangun kerukunan profesional. Artinya, Pura Swagina ini sebagai sarana pemujaan mereka yang memiliki kesamaan profesi. Jenis pura ini misalnya Pura Melanting. Pura Melanting ini sebagai sarana pemujaan para pedagang. Umumnya pura ini dibangun pada bagian hulu atau di tengah pasar. Tujuannya di samping sebagai media memuja Tuhan sebagai Dewi Laksmi juga untuk membangun kerukunan para pedagang di pasar agar mereka berdagang dengan baik dan bersaing dengan jujur dan sehat.

Ada juga jenis Pura Subak dengan berbagai nama sebagai sarana pemujaan para petani. Di Pura Subak inilah para petani mengembangkan kehidupan bersamanya yang dinamis untuk memajukan fungsi pertanian membangun kemakmuran masyarakat. Dewasa ini di berbagai areal kantor dibangun tempat pemujaan dalam wujud Padma Sari. Tempat pemujaan di berbagai kantor ini pun tergolong Pura Swagina karena menjadi sarana pemujaan umat yang seprofesi bekerja di kantor tersebut.

Di Pura Kahyangan Jagat di samping sebagai sarana memuja Tuhan dalam berbagai manifestasinya, juga sebagai sarana membangun kerukunan universal. Pura Kahyangan Jagat ini sebagai sarana pemujaan umat secara umum. Di Pura Kahyangan Jagat ini umat tidak dibeda-bedakan asal-usul keluarganya, asal-usul desa pakramannya dan juga profesinya. Siapa pun boleh menjadikan Pura Kahyangan Jagat sebagai sarana pemujaan asal sesuai dengan etika yang berlaku di Pura Kahyangan Jagat tersebut.

Jadi, ribuan pura yang ada di Pulau Bali ini di samping sebagai sarana pemujaan juga sebagai sarana sosial membangun empat tingkat kerukunan umat agar dapat hidup bersama secara dinamis untuk mencapai keharmonisan yang produktif lahir batin.

* I Ketut Gobyah

sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net