Minggu, 10 Januari 2016

Meningkatkan Fungsi Pura Jagatnatha

Isyavasyam idam sarvam
Jagat yat kimca
Jagatya jagat. (Yajurveda XXX, 1).

Maksudnya: Tuhan Yang Mahakuasa itu berada dan berstana di seluruh alam semesta, baik di tempat yang bergerak maupun di tempat yang tetap atau tidak bergerak. 


TUHAN sesungguhnya bukan hanya berada di pura. Tuhan itu ada di mana-mana. Tidak ada bagian alam semesta ini tanpa kehadiran Tuhan. Tuhan Yang Mahaesa itu ada di dalam alam dan di luar alam.

Dalam Mantra Rgveda X.90.4 dinyatakan bahwa eksistensi Tuhan hanya seperempat bagian ada di alam semesta ini dan tiga perempat bagian eksistensinya ada di luar alam semesta. Jadi, Tuhan bukan hanya berstana di pura. Tentunya timbul pertanyaan untuk apa membuat pura dengan menghabis-habiskan biaya saja?

Keberadaan pura sangatlah penting. Sama halnya dengan upacara penghormatan bendera untuk membangun sikap bakti dan hormat kepada bangsa dan negara. Upacara bendera hanya salah satu cara untuk membangun sikap hormat pada bangsa dan negara. Demikian juga halnya dengan keberadaan pura sebagai sarana kehidupan beragama Hindu sangat dibutuhkan sebagai media beragama untuk memuja Tuhan. Lewat pura umat dapat mendayagunakan keyakinannya pada Tuhan untuk meningkatkan kualitas hidup lahir batin.

Di Bali setelah terbentuknya Parisada Dharma Hindu Bali pada 23 Februari 1959 (sekarang PHDI Pusat), timbullah gagasan untuk mendirikan Pura Jagatnatha di tengah Kota Denpasar sebagai ibu kota Propinsi Bali. Hal ini didasarkan oleh kenyataan bahwa umat Hindu yang bermukim di Kota Denpasar banyak berasal dari berbagai kota dan kabupaten di Bali. Mereka tidak memiliki pura sebagai sarana pemujaan umum. Sebab, di setiap desa pakraman di Denpasar hanya ada pura kahyangan tiga dan merajan keluarga serta pura swagina seperti Pura Melanting, Pura Ulun Carik dan yang sejenisnya. Setelah melalui berbagai proses yang cukup rumit dicapailah kesepakatan untuk menjadikan areal tugu pahlawan di sebelah utara Museum Bali sebagai Pura Agung Jagatnatha. Proses pendirian pura itu cukup lambat karena semuanya serba swadaya.



Makna Filosofi

Pura Agung Jagatnatha ini tergolong Pura Kahyangan Jagat atau pura untuk persembahyangan umum. Pura Kahyangan Jagat ini berbeda dengan Pura Kahyangan Desa, Pura Swagina dan jenis Pura Kawitan. Di Pura Kahyangan Jagat ini umat bersembahyang dengan tidak membeda-bedakan asal desanya, asal keluarga atau wangsanya dan juga profesinya.

Mengapa disebut Pura Jagatnatha? Di pura ini Tuhan Siwa dipuja sebagai rajanya alam semesta tempat lahir, hidup dan matinya makhluk hidup, terutama manusia. Tuhan Yang Mahasuci dan tidak terbatas itu dipuja oleh manusia yang serba terbatas. Tuhan menurut kitab suci Veda adalah Maha Esa. Tetapi orang-orang suci yang disebut Vipra itu menyebutnya dengan ribuan nama.

Sebagai jiwa agung tiga alam atau Tri Loka disebut Sang Hyang Tri Purusa yaitu Parama Siwa, Sada Siwa dan Siwa. Sebagai Raja alam semesta, Tuhan disebut Sang Hyang Jagat Natha. Tuhan sebagai Sang Hyang Jagat Natha inilah yang dipuja di Pura Agung Jagatnatha. Kata natha dalam bahasa Sansekerta di samping berarti raja juga berarti pertolongan dan perlindungan. Umat manusia yang hidup di kota memiliki risiko godaan hidup yang jauh lebih tinggi daripada hidup di desa. Individualisme, materialisme maupun gaya hidup hedonistis semakin kuat merasuki kehidupan umat manusia di kota.

Kehidupan saling menolong dalam suasana kekeluargaan tidak begitu mudah mendapatkannya di kota-kota besar. Rasa ketuhanan yang dalam dan kuat akan dapat berfungsi sebagai penolong, pelindung dan penuntun kehidupan manusia di kota. Di Pura Jagatnatha inilah yang patut lebih ditonjolkan peran dan fungsinya untuk menanamkan rasa ketuhanan yang dalam. Karena itu menajemen kehidupan beragama Hindu di Pura Jagatnatha perlu ditingkatkan. Tujuannya agar umat yang datang ke Pura Jagatnatha lebih banyak mendapatkan pelayanan untuk menguatkan daya spiritualitasnya. Di samping itu, untuk mengembangkan wawasan beragama yang baik dan benar menurut ketentuan kitab suci.

Lembaga yang mengurus Pura Jagatnatha hendaknya memiliki program yang aktual dan kontekstual dengan masalah kehidupan yang dihadapi oleh masyarakat di zaman postmodern ini. Idealisme agama dalam kitab suci harus dirumuskan lebih nyata untuk membenahi kehidupan umat manusia yang semakin dinamis ini. Pura Jagatnatha hendaknya tidak berhenti dalam kegiatan ritual semata. Ritual yang sakral itu hendaknya lebih diaktualkan untuk membantu umat memecahkan berbagai persoalan hidup yang dihadapinya terutama dari perspektif spiritualnya. 

* Ketut Gobyah
sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net