Selasa, 05 Januari 2016

Sejarah Bali : Keadaan Raja-raja

Prasasti yang paling kuno yang memakai bahasa Bali, ialah prasasti dari 882 TM
(804 IS). Prasasti tersebut melukiskan tahun dan tanggalnya, tetapi tidak
menyebutkan nama raja. Tetapi sebelum prasasti tersebut dibuat, ada beberapa
prasasti yang memakai bahasa sansekerta.

Prasasti-prasasti itu tertulis diatas batu, tetapi sayang tidak memakai tanggal dan
tahun. Batu-batu itu sudah rusak, begitupun tulisannya kebanyakan telah hilang,
sehingga tak dapat dijelas dibaca lagi. Selain dari prasasti batu itu, juga terdapat
cap-cap kecil yang besarnya kira-kira dua setengah centimeter. Cap-cap itu dibuat
dari tanah liat dan disimpan dalam stupa-stupa kecil dari tanah liat juga.
Stupa artinya suatu bangunan dari ratu yang boleh dibandingkan dengan prasada
ataupun candi, seperti Candi Borobudur di Jawa Tengah. Stupa itu buatan orang
beragama Budha. Menurut kepercayaan orang yang beragama Budha didalam
stupa-stupa besar itu tersimpan abu, tulang ataupun gigi Bhatara Buddha.

Maka mulai pada zaman itulah biksu-biksu atau pendeta agama Budha datang dan
tinggal di Bali. Sebagaimana sudah disebutkan tadi, terbitnya prasasti yang
bertanggal dan bertahun adalah pada 882 TM (804 IS). Diantara 882-914 TM maka
terbitlah beberapa buah buku prasasti yang berbahasa Bali kuna. Bahasa itu
bukannya bahasa Jawa kuno (seperti yang terdapat di kekawin) melainkan bahasa
Bali kuno yang asli. Hingga sekarang masih terdapat 7 buah dari prasasti-prasasti
tersebut. Semua prasasti-prasasti itu memakai nama bulan sejarah Hindu, seperti :
Magha, Waicakha, Ashada, Bhadrawada dll. Tanggal wuku tidak dipakai yang dipakai
hanya triwara saja, yang kini masih dipakai sebagai hari pasaran (pekan).

Dalam prasasti-prasasti itu sering disebut pasar Wijaya Pura dan pasar Wijaya
Manggala dan kadang-kadang pernah juga disebut Wijaya Kranta. Kemudian dari
prasasti tersebut ada sebuah tugu besar dari paras terletak di desa Sanur yakni
disuatu tempat yang bernama Blanjong. Di sebelah tugu itu terdapat prasasti yaitu
sebagian ditulis dengan huruf sansekerta yang berbahasa Bali Kuno, dan sebagian
lagi memakai tulisan Bali (kuno) yang berbahasa sansekerta. Prasasti pada tugu itu
ada tahunnya juga, tetapi memakai candra sangkala (angkanya hilang).

Yang disebut dalam candra sangkala, yaitu : Khe cara - Wahni - Murti, artinya diambil
dari belakang, murti artinya carira, atau badan Bhatara Ciwa dan angkanya 8, Wahni
artinya api, jadi harganya 8. Khecara artinya bintang sejarah (planet) dan harganya 9.
Jadi candra sangkala itu melukiskan tahun IS 839 = 917 TM. Selain ada juga nama
seorang raja yaitu Kesari Warmadewa, dan (istana) baginda tersebut Sangha-dwala,
kesari artinya singha. Maka pada 915-942 TM (837-846 IS) terbitlah 9 prasasti atas
nama Sang Ratu Sri Urgasena. Beliau bertahta di Bali sedangkan Raja Sendok pada
masa itu bertahta di Jawa Timur.

Setelah berakhirnya kerajaan Ugrasena, maka ada lagi 4 orang raja di Bali yang
semuanya berasal dari bangsa (Kula) Warmadewa, dari Bangsa itulah terlahir juga
Raja Kesari yang disebut tadi. Tetapi Sri Ugrasena tidak memakai nama Warmadewa.

Diantara keempat raja tersebut, adalah seorang raja bernama Chandra-bhaya-singha
Warmadewa. Baginda inilah yang membangunkan telaga (tempat mandi) di desa
Manuk Raya, yang sekarang umum disebut Manukaja. Telaga itu hingga kini masih
ada, dan dinamai Tirtha Empul yang dibangun di desa Tampak Siring. Telaga Tirta
Empul itu dibuat pada 962 TM (884 IS). Jadi pada 1962 TM telaga itu akan berumur
1000 tahun.

Kemudian setelah keempat kerajaan Warmadewa itu berakhir, ada seorang ratu dari
bangsa lain, yang bernama Wijaya Mahadewi. Di salah satu museum di kota
Frank-fortam Main (negeri Jerman) masih tersimpan sebuah prasasti yang menyebut
sebuah prasasti yang menyebut nama Raja yakni " Cri Mahadewi Siniwi di Kadiri"
859 TM (937 IS). Setelah berakhirnya kerajaan Wijaya Mahadewi, maka timbul lagi
suatu kerajaan yang termasyur diantara raja-raja Bali semua. Raja tersebut bernama
Dharma Udayana (yang juga bangsa Warmadewa) dan permaisuri Baginda bernama
Cri Gunapriya Dharmapatni, adalah seorang putri di Jawa Timur.

Isaka 837-864 = 915-924 TM. Beda antara tahun isaka dengan tahun masehi adalah
78 tahun. Perhitungan dari tahun Isaka lahirnya raja-raja di Hindustan yang
berbangsa Caka. Raja Caka (Skyth) menjadi raja kira-kira 46 Isaka=124 TM. Raja
tersebut juga memakai uang perak menurut cara Yunani. Uang perak itu memakai
huruf Yunani dan huruf Brahmi. Menurut pendapat Prof. Dr. Bosch, Udayana asli dari
Kamboja terdiri dari Makutawangca-wardhana, sedangkan Makutawangca ialah anak
cucu raja Sindok yang bertahta di Jawa Timur. Baginda Sindok menduduki
singhasana pada 929-943 TM (851-865 IS), sedangkan di Bali pada waktu itu
bertahta Cri Ugrasena.

Baginda Ugrasena beserta permaisurinya memerintah di Bali pada 989-1001 TM
(911-923 IS). Baginda Ratu mangkat lebih dahulu di Buruan (dekat desa Kutri),
ditempat itu hingga kini masih terdapat sebuah patung (arca) besar yang merupakan
Durga-mahisa-asura-mardhini. Arca itu merupakan Bhatari Durga yang sedang
membunuh asura (setan) yang ada di badan seekor kerbau.

Patung itu terdapat dalam Pura Kadarman di desa tersebut. Di Prasasti itu, baginda
putri tersebut "lumah" (mangkat) di Buruan. Baginda Udayana mangkat kira-kira 1011
TM. Baginda lumah (dicandikan) di Banyuwka. Tetapi dimana letaknya Banyuwka itu,
hingga kini masih belum dapat diketahui. Tetapi hal yang paling penting ialah prasasti
tersebut terus memakai bahasa Bali yang kuno. Ada juga beberapa buah dari
prasasti raja suami istri tersebut yang masih di tulis memakai bahasa Jawa kuno.
Maka sejak itulah bahasa Bali kuno tidak dipakai lagi, melainkan yang dipakai hanya
bahasa Jawa kuno.

Dalam cerita itu disebutkan seorang puteri yang dituduh oleh suaminya telah
melakukan ilmu desti (black magic), ilmu itu sudah menjadikan kebiasaan bagi
rajanya, sehingga atas perbuatannya, iapun lalu dibuang oleh suaminya. Waktu
puteri itu akan dibuang ia sangat marah atas prasangka suaminya yang menurut
pertimbangan sendiri tidak beralasan. Meskipun bagaimana ia sama sekali tidak
melakukan perbuatan itu. Dari jaman itu ada tersimpan satu arca berupa suami istri,
keduanya berdiri pada 1101 TM (933 IS).

Raja suami istri itu adalah Gunapriya dan Udayana yang mempunyai beberapa putra.
Diantara beberapa puteranya ada seorang yang bernama Airlangga dilahirkan pada
911 TM (913 IS) di pulau Bali. Beliau pergi ke Jawa Timur dan beristrikan seorang
putri dari keraton Jawa Timur. Ketika Airlangga berumur kira-kira 16 tahun,
mertuanya ditimpa musibah dan negerinya diambil musuh, dan keratonnya dirusak,
sedangkan raja sendiripun dibunuh pada 1006 TM. Airlangga lari menuju pendeta
yang bertapa di hutan. Selama empat tahun beliau tinggal disana, lalu ia lari ke
Wanagiri. Pada 1010 TM (932 IS) Airlangga menerima "abhiseka" (dinobatkan
menjadi raja). Barulah pada 1037 TM (959 IS) Airlangga mengalahkan musuh beliau.
Pada waktu itu Airlangga membuat suatu "wihara" di gunung Pucangan.

Airlangga mangkat pada 1049 TM (971 IS). Supaya anaknya mendapat kerajaan di
Bali, Airlangga mengirim Mpu Baradah kepulau tersebut. Akan tetapi permintaan itu
ditolak oleh Senopati Kuturan. Jadi kerajaan Airlangga hanya tinggal di Jawa Timur
saja, putera pertama menerima Kadiri dan puteranya yang kedua menerima
Jangghala - Singghasari. Raja-raja Kediri yang diketahui dari prasasti 1104 TM
Jayawarsa. Kekawin Krsnayana dikarang oleh Mpu Triguna pada 1115-1130
Kamecwara I, Kekawin Smaradahana dikarang oleh Mpu Dharmaja pada 1135-1157
TM Dharmacwara - Jayabhaya, Kekawin Bharatayudha dikarang oleh Mpu Sedah
dan Mpu Panuluh yang mengarang juga kekawin Hariwangsa.

Pada prasasti dari 1022, 1023 dan 1025 TM (944, 945 dan 947 IS) tersebutlah
seorang raja yang bernama Dharma Wangsa Wardhana-Marakata-Pangkaja-Sthana-Utunggadewa. Dari kumpulan prasasti itu sampai sekarang telah terdapat lebih dari 20 buah. Dalam prasasti itu nama raja yang disebut Anak Wungcunira kalih Bhatari lumah I Buruan, Bhatara Lemah I Banuwka, artinya anak bungsu dari ibu yang telah dicandikan di Buruan dan ayah yang dicandikan di sungai Oka. Jadi Raja itu saudara bungsu Airlangga. Bunyi prasasti itu cocok sekali dengan cerita Bali yang menyebutkan bahwa bukan anak Airlangga yang menjadi raja di Bali. Setelah kerajaan Anak Wungcu, bertahtalah di Bali seorang ratu yang bernama Sakala-indu-kirana-icana-guna-dharma-laksmi-dhara-wijaya-uttunggadewi.

Arti dari nama-nama itu adalah :
1. Indu-kirana = Cahaya bulan purnama
2. Guna-dharma = turunan dari Gunapriyadharmapatni, yakni ibu Airlangga.
3. Wijaya = turunan dari Raja Palembang
4. Uttungga adalah turunan raja Sindok di Jawa Timur.

Pada 1200 TM (1122 IS) diterbitkanlah sebuah prasasti atas nama Cri Maharaja Eka
Jaya, dan ibunya Cri Maharaja Arijayadeng Jaya. Dalam sebuah prasasti dari 1204
TM (1126 IS) adalah disebutkan raja Cri Dhanahiraja, dan istrinya Bhatari Cri Dhana
Dewi. Raja itu adalah putra Bhatara Paramecwara. Pada tahun 1260 TM (1182 IS)
Bhatara Sri Paramecwara Sri Hyang ning Hyang Adidewa, yang menjadi raja.
Setelah itu pada tahun 1284 TM (1206 IS) seorang raja Jawa yang menjadi raja
penghabisan di Singasari, bernama Kertanegara menaklukan pulau Bali. Maka
terdapat dua buah prasasti pada 1296-1300 TM (1218-1222 IS), yang tidak
menyebutkan nama raja, tetapi menyebutkan nama raja patih yaitu Kebo Parud.
Tetapi pada 1324 TM (1246 IS) mulai tersebut lagi Raja Bali, Bhatara Guru (II) dan
"Putunira" Sri Tarunajaya. Setahun kemudian 1325 TM (1247 IS) Bhatara Mahaguru
dinamai Dharma Uttungga Warmadewa, dan tiga tahun setelah itu pada 1328 TM
(1250 IS) adalah disebutkan nama raja, Bhatara Cri Wala Jaya Krtaning Rat dan
"ibunira" Bhatara Mahaguru. Raja Bali kuna yang terakhir ialah Bhatara Sri
Asta-asura-ratna-bhumi-banten. Atas nama raja itu terdapat sebuah prasasti dari
1337 TM (1259 IS). Diatas gunung Panulisan (di pura Tegeh Koripan) terdapat
sebuah patung orang perempuan, dibelakangnya terdapat tulisan, tetapi tulisan itu
tidak jelas.


sumber : www.baliaga.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net