Selasa, 29 Maret 2016

Dua Kewajiban Utama Desa Pakraman

DESA pakraman pada hakikatnya adalah sebagai lembaga sosial religius Hinduistis. Karena itu kewajiban utamanya adalah menciptakan kondisi beragama Hindu yang kondusif. Dengan demikian umat Hindu di desa pakraman seyogianya dapat mendayagunakan ajaran agama Hindu untuk menuntun hidupnya mengatasi berbagai persoalan hidup. 

Ada dua persoalan hidup yaitu menyangkut persoalan hidup yang berskala individual dan persoalan hidup yang berskala sosial. Persoalan hidup individual itu adalah persoalan hidup di mana manusia bersoal dengan dirinya sendiri. Sedangkan persoalan hidup yang berskala sosial adalah manusia bersoal dengan sesamanya dalam kehidupan sosial dalam masyarakat. Desa pakraman sebagai lembaga sosial keagamaan Hindu seyogianya dijadikan lembaga untuk membantu umat mengatasi dua persoalan hidupnya itu. 

Dengan demikian agama Hindu di desa pakraman akan menjadi sumber pencerahan hidup. Jangan sampai terjadi desa pakraman dalam menerapkan ajaran agama Hindu justru membuat umat hidupnya semakin tidak cerah. Seperti umat diwajibkan matajen. Kalau tidak membawa ayam aduan dikenakan denda. Denda yang lebih berat kalau ayam aduannya itu tidak sampai tidak bertarung. Meskipun hal itu pernah menjadi tradisi bahkan sudah menjadi adat, semestinya tidak semua adat itu harus dipelihara. Adat yang sudah jelas-jelas sesat karena bertentangan dengan ajaran agama dan hukum negara harusnya dihapus. Jangan justru adat dan agama dijadikan kedok untuk melindungi adat yang sesat itu. Kalau demikian agama Hindu akan menjadi beban memberatkan dan menyesatkan hidup umat. Justru prajuru desa pakraman seharusnya membantu umat mengatasi persoalan hidupnya dengan ajaran agama Hindu. 

Kalau dikaji secara mendalam berdasarkan sumber-sumber Sastra Hindu, ada dua kewajiban utama desa pakraman di Bali. Kewajiban utama yang pertama adalah menciptakan kondisi beragama Hindu agar umat dapat meningkatkan kualitas keluhuran moralnya serta menguatkan daya tahan mental yang tangguh menghadapi berbagai persoalan hidup. Kewajiban utama yang kedua adalah menciptakan kondisi agar setiap umat Hindu termotivasi mengembangkan keterampilannya agar memiliki profesi tertentu. Keterampilan atau profesi (geginan) ini untuk didayagunakan mencari nafkah untuk melangsungkan kehidupannya. 

Untuk menyukseskan kewajiban utama yang pertama setiap desa pakraman memiliki Pura Kahyangan Desa. Pura Kahyangan Desa itu meliputi Pura Kahyangan Tiga dan Pura-pura lainnya yang menjadi sungsungan umat di desa pakraman bersangkutan. Fungsi Kahyangan Tiga itu adalah untuk menuntun umat berbakti pada Tuhan untuk mengendalikan Tri Gunanya. Di Pura Desa dan Puseh untuk membangun agar umat menjadi ''sakti''. Sakti menurut kitab Wrehaspati Tattwa 14 adalah menjadi manusia yang banyak ilmu dan banyak kerjanya (Sakti ngarania ikang sarwajnyana lawan sarwa karta). 

Di Pura Dalem umat dituntun untuk melepaskan sifat-sifat buruk dari Guna Tamas. Seperti malas, rakus, lamban, gelap hati dan sejenisnya. Di samping itu, di Kahyangan Tiga untuk memohon sebagai suatu upaya hidup semoga umat lahir, hidup dan mati secara rahayu atau wajar-wajar saja. 

Di banjar sebagai bagian dari desa pakraman ada pura sebagai tempat memuja Tuhan sebagai Batara Penyarikan. Ini artinya di banjar umat hendaknya dituntun agar dapat menjalankan hidupnya sesuai dengan tahapan hidup yang disebut Catur Asrama. Bimbinglah teruna-teruni (kaum muda) agar sukses menjalankan swadharmanya sebagai Brahmacari Asrama. 

Demikian juga Grhastha sebagai anggota krama banjar yang ngarep hendaknya dituntun menjadi kepala rumah tangga yang sukses menjalankan swadharmanya sebagai Grhastha Asrama. Selanjutnya anggota krama lingsir yaitu umat yang tergolong memasuki masa pensiun agar sukses menjalankan swadharmanya sebagai Wanaprastha. Sedangkan umat yang memasuki Sanyasin Asrama tidak dibenarkan lagi bermasyarakat menurut ketentuan kitab Agastia Prawa. Tugas utama yang pertama itulah yang wajib diprogramkan oleh setiap desa pakraman. 

Tugas utama yang kedua menyiapkan berbagai kegiatan untuk menuntun umat agar mengembangkan minat dan bakatnya (guna) menjadi suatu profesi (geginan) untuk menciptakan dan merebut berbagai lapangan kerja. Untuk ini desa pakraman dapat bekerja sama dengan berbagai pihak seperti pakar dan paktisi. Kalau ada desa pakraman yang mampu membiayai pendidikan anggota krama-nya yang berbakat tetapi tidak mampu secara ekonomi. Apalagi anggota krama itu sampai menjadi putra utama bagi keluarga dan desa pakraman. Inilah yadnya yang sangat utama dari desa pakraman. Slokantara 2 menyatakan memiliki seorang suputra jauh lebih utama daripada seratus kali berupacara yadnya. Upacara yadnya sudah menghabiskan trilyunan rupiah per tahun. Berapa untuk pendidikan anak, entahlah. Dua hal itulah hendaknya dijadikan dasar untuk menyusun program desa pakraman. 

  
sumber : www.balipost.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net