Yang paling mudah membuai orang dalam mimpi indah, adalah kesuksesan. Sukses membuat orang berpuas diri. Berpuas diri yang demikian tentunya wajar-wajar saja. Namun kalau sampai berpuas diri berlebihan dapat meredupkan semangat untuk mempertahankan kesuksesan tersebut dan meraih yang lebih sukses lagi, tentunya dengan cara-cara yang wajar. Kalau kurang waspada melakukan manajemen perasan sukses itu maka rasa sukses dapat membangkitkan gejolak ''ego''. Gejolak ego ini dapat menimbulkan sikap egoistis. Lebih-lebih ada yang dianggap menyaingi kesuksesannya. Timbulah sikap tidak rela ada orang lain yang dianggap lebih tinggi suksesnya dari dirinya. Jangankan lebih tinggi, sejajar saja dia tidak rela. Di sinilah akan timbul kegelapan hati atau disebut timira.
Dalam kakawin Nitisastra IV.19 dinyatakan ada beberapa bentuk kesuksesan yang dapat menyebabkan orang mabuk atau gelap hati. Misalnya surupa artinya indah rupa, guna artinya berilmu, dhana artinya kaya, yowana artinya kemudaan, kula kulina artinya kebangsawanan, kasuuraan artinya keberanian atau berjiwa kesatria, sura artinya air nira. Semuanya itu dapat membuat orang mabuk. Barang siapa yang tidak mabuk karena semuanya itu dialah yang dapat disebut 'mahardika'' dan disebut Sang Pinandita.
Bentuk-bentuk sukses dalam hidup ini banyak sekali. Apa lagi sukses itu diukur dengan perasaan, orang yang gagal pun akan merasa dirinya sukses. Mengapa ada orang yang menurut ukuran rasional sudah nyata-nyata gagal, tetapi juga merasa sukses. Di samping memang tidak ada orang yang mutlak gagal dalam hidupnya, ada juga karena dorongan nafsu distinksinya terlalu menonjol. Nafsu distinksi itu adalah nafsu yang mendorong manusia ingin berbeda dan supaya dianggap lebih dari orang lain. Nafsu inilah yang harus diwaspadai. Lebih-lebih bagi mereka yang nyata-nyata sukses menurut ukuran yang rasional. Mengendalikan gejolak ego karena merasa sukses sangat penting. Merasa bangga kalau sukses tentunya sangat manusiawi. Namun rasa bangga itu perlu di-manage dengan baik melalui wawasan keagamaan yang tepat. Jangan dibiarkan rasa bangga itu menjadi berlebihan. Banyak orang sukses dalam suatu bidang tertentu sampai lupa diri. Sering menyombong-nyomgongkan diri di sembarang tempat. Orang yang demikian itu sering jatuh reputasinya. Bahkan ada yang sampai mengalami gangguan mental dalam hidupnya. Kalau hal ini dibiarkan berlanjut terus dapat menimbulkan akibat yang lebih parah pada diri orang tersebut. Karena itu banyak orang yang sudah digolongkan elite mengidap berbagai penyakit. Salah satu penyebabnya adalah karena melihat kesuksesannya ada yang menyaingi. Kalau kesuksesannya itu dikelola dengan wawasan keagamaan maka kekecewaan itu akan dapat diatasi dengan bijaksana. Setidak-tidaknya terekspresinya sikap angkuh keluar diri dapat diaredam.
Yakinlah kesuksesan itu atas karunia Tuhan kepada kita atas karma-karma kita di masa lampau dan kini. Karma masa lampau itu menurut pandangan Hindu adalah karma para leluhur kita. Karena kita yang lahir saat ini pada hakikatnya adalah leluhur di masa lampau. Demikian juga mausia tidak ada yang mampu hidup tanpa pertolongan orang lain. Sukses yang dicapai sudah dapat dipastikan bukan karena diri sendiri saja, pasti ada bantuan orang lain. Jadi kesuksesan tersebut bukanlah monopoli kita sendiri. Banyak pihak yang ikut andil dalam kesuksesan itu. Dengan pandangan ini sikap egoisme akan dapat diredam.
Di samping itu dalam pandangan Hindu hidup ini adalah suatu proses yang panjang bagaikan roda pedati. Kadang-kadang bisa di atas, kadang-kadang bisa di bawah. Kalau kita sukses saat ini siapa tahu saat berikutnya kita gagal. Kalau kita tidak sombong saat sukses, jika suatu saat menemui kegagalan kita tidak akan merasa malu. Dengan pandangan ini rasa sukses itu akan dapat memperkecil risiko negatifnya dan akan lebih banyak memberikan segi positifnya.
sumber : www.balipost.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar