Selasa, 08 Maret 2016

Kalau 'Kami' Mengalahkan 'Kita'

EKSISTENSI individu dan kelompok semakin kuat dalam proses modernisasi yang konon sudah berada pada kondisi post modern. Nilai-nilai spiritual agama memang mendorong untuk memajukan eksistensi individu dan sosial yang berkualitas. Tetapi karena beragama lebih mengutamakan aspek institusi formal maka hal itu memunculkan eksklusivisme agama yang berlebihan. Eksistensi individu dan kelompok yang kuat itu menyebabkan 'eksistensi' kami mengalahkan 'kita'. 'Kami' sebagai partai A lebih diutamakan daripada 'kita' sebagai bangsa Indonesia. 'Kami' sebagai penganut lebih dieksistensikan daripada 'kita' sebagai umat manusia. Hal ini menyebabkan semakin sulitnya membangun persaudaraan sejati dalam kehidupan bersama dalam masyarakat. Persaudaraan sejati itu adalah kuatnya sikap bersaudara sesama manusia. Apakah saudara seayah seibu, seagama, seperti sesuku, sebangsa, senegara dan seterusnya. Dalam persaudaraan yang sejati eksistensi 'kami' dan 'kita' sama-sama saling memperkuat. Meskipun menganut aliran politik yang berbeda, tetap merasa bersaudara, senegara. Menganut agama yang berbeda tetapi tidak merasa karena perbedaan agama yang dianut itu sebagai sesuatu yang berhadap-hadapan dalam kondisi bermusuhan. 

Rasa bermusuhan antara umat yang berbeda agama atau antara masyarakat yang berbeda partai politik akan terjadi, apabila adanya sikap untuk saling meniadakan antara satu dengan yang lain. Sikap itu muncul karena tidak adanya sikap integritas yang murni dalam masing-masing individu dan kelompok. Kepentingan individu dan kelompok itu seharusnya tidak dibuat dikotomis dengan kepentingan bersama yang lebih luas. 'Kami' dan 'kita' jangan dibuat dikotomis. Kalau 'kami' mengalahkan 'kita' maka persatuan dan kesatuan bangsa tidak akan terjadi. Karena berbagai kelompok sosial yang membangun bangsa asyik dan mengeksklusifkan kelompoknya masing-masing. 

Kalau dalam satu bangsa tidak ada persahabatan sejati bagaimana mungkin terjadi persahabatan dalam persaudaraan dunia yang aman dan damai. Sebaliknya, kalau 'kita' mengalahkan 'kami' maka akan terjadi penekanan negara pada berbagai kelompok sosial dalam suatu negara. Rasa tertekan yang bersifat struktural akan menghantui kehidupan masyarakat. Dalam kondisi masyarakat yang tertekan tidak mungkin mampu produktif menumbuhkan nilai-nilai spiritual maupun material secara seimbang dan kontinyu. Kehidupan yang aman dan sejahtra akan terwujud kalau kondisi sosial itu mendorong tumbuhnya nilai-nilai spiritual dan material secara seimbang dan kontinyu. Pelanggaran hukum dan HAM akan menjadi-jadi kalau 'kita' tidak memberikan peluang hidup pada 'kami'. Kalau demikian, halnya setiap orang harus mampu membangun sikap yang seimbang terhadap ''kami dan kita'' dalam dirinya. 

Kehidupan beragama harusnya dapat memberi kontribusi dalam menumbuhkan sikap hidup yang seimbang terhadap 'kami' dan 'kita'. Agama Hindu sangat yakin bahwa semua manusia yang hidup di kolong langit ini tercipta karena Kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dari sudut pandang ini semua manusia adalah bersaudara. Namun tidak berarti tidak boleh ada keanekaragaman hidup di dunia ini. 

Hakikat manusia multi dimensi. Manusia itu sama dan sekaligus berbeda. Setiap manusia memiliki jasmani dan rohani. Cuma struktur jasmani dan rohaninya yang berbeda-beda. Persamaan dan perbedaan dalam diri manusia itu sebagai media untuk menuju yang satu. Yang satu itu adalah untuk memuliakan hidup di dunia ini. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang tidak ingin memuliakan hidupnya di dunia ini. Karena itu dalam mengeksistensikan sikap 'kami' jangan sampai mengabaikan aspek 'kita'. Karena hal itu akan mengganggu hakikat manusia dalam memuliakan hidupnya. Kalau prinsip 'kami' yang terlalu eksis maka akan dapat mengganggu eksistensi 'kami' yang lainnya. Kalau terjadi proses saling mengganggu antara prinsip 'kami' yang satu dengan prinsip 'kami' yang lain maka hal itu akan menjadi hambatan bagi manusia untuk memuliakan hidupnya. Agar prinsip 'kami' yang satu tidak saling mengganggu dengan prinsip 'kami' yang lainnya dalam hal inilah diperlukan prinsip 'kita'. Prinsip 'kita' inilah yang akan menjadi benang merah berbagai perbedaan antara 'kami' yang satu dengan 'kami' yang lainnya. Apa yang disebut Sama Beda dalam ajaran Hindu akan dipertemukan secara terpadu. 

Kondisi Indonesia saat ini sepertinya mengarah pada 'kami' semakin mengalahkan 'kita'. Untuk mencegah dinamika yang mengarah pada kalahnya 'kita' oleh 'kami' perlu diingatkan agar semua pihak membangkitkan paradigma keseimbangan. Kehidupan beragama semestinya yang paling dikedepankan untuk memberi contoh bersinerginya antara 'kami' dengan 'kita' dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kehidupan beragama dapat dibangun 'kami' yang kuat tetapi juga menguatkan 'kita'. Membangun kehidupan beragama yang kuat demi bangsa. Membangun bangsa yang kuat demi melindungi kehidupan beragama. Demikianlah 'kami' saling memperkuat dengan 'kita'. 

  
sumber : www.balipost.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net