Sabtu, 05 Maret 2016

Menajamkan Pikiran

Rerahinan Tumpek Landep telah kita lalui, dengan simbol-simbol banten yang indah dan penuh arti. Semua sesaji itu sebagai pengejawantahan dari tattwa Tumpek Landep seperti yang dinyatakan dalam Lontar Sunarigama yaitu pinaka landepaning idep. Artinya sebagai media untuk menajamkan pikiran. Ini artinya Tumpek Landep sebagai suatu media sakral untuk mengingatkan umat manusia agar terus menajamkan pikirannya. 

Dengan pikiran yang tajam itu umat manusia selalu berbuat berdasarkan kesadaran pikiran. Berbuat berdasarkan kesadaran pikiran artinya manusia akan terhindar dari perbuatan yang tidak didahului oleh berbagai pertimbangan akal sehat atau Wiweka Jnyana. Sebagaimana disebutkan dalam Lontar Sunarigama tersebut Tumpek Landep sebagai hari pemujaan kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Batara Pasupati. Mengapa Tuhan dipuja sebagai Pasupati? Salah satu tujuan hidup kita di dunia ini adalah meningkatkan kemampuan diri untuk menguatkan kecenderungan ''kedewaan'' atau Dewi Sampad dalam diri. Dengan kuatnya pengaruh kecenderungan kedewaan menguasai diri, maka kecenderungan keraksasaan atau kebinatangan akan dapat dikuasai. Karena itulah Tuhan dipuja sebagai Sang Hyang Pasupati. 

Kata ''pasu'' dalam bahasa Sansekerta artinya binatang dan ''pati'' artinya raja atau menguasai. Jadi tujuan memuja Tuhan sebagai Sang Hyang Pasupati adalah untuk mendapatkan kekuatan guna menguasai sifat-sifat kebinatangan atau keraksasaan yang sering menguasai diri manusia. 

Dalam mitologi Hindu Dewa Siwa-lah yang memiliki senjata panah bernama Pasupati yang dianugerahkan kepada Arjuna. Ditambah dengan tuntunan Sri Kresna, Arjuna pun selalu melangkah dengan kesadaran pikiran yang tajam. Panah Pasupati itulah salah satu yang dimiliki oleh Arjuna hasil memuja Dewa Siwa. Panah Pasupati itu pula menyebabkan Arjuna memperoleh kemenangan dalam hidupnya. 

Panah itu simbol pikiran. Kalau pikiran ditujukan untuk memuja Tuhan maka pikiran akan kuat atau tajam menguasai indria. Dalam Manawa Dharmasastra dinyatakan bahwa pikiran adalah rajanya Indria. Sesayut pasupati itu lambang untuk mengingatkan manusia agar mengupayakan pikiran menjadi senjata Pasupati yaitu kekuatan untuk menguasai gejolak indria. Kalau pikiran itu tajam maka indria pun akan tumpul dan patuh pada arahan pikiran. Pikiran yang menjadi rajanya indria inilah yang harus terus diperjuangkan dalam hidup ini. 

Mengapa saat Tumpek Landep umat Hindu mengupacarai alat-alat perlengkapan hidup, seperti keris, pisau dan alat-alat dapur lainnya, alat-alat pertanian, pertukangan, mobil, televisi dan alat-alat hidup lainnya? Semuanya itu bermakna sebagai peringatan agar jangan sampai pengadaan atau pemilikan alat-alat itu tidak didasarkan pada pertimbangan pikiran yang tajam. Karena banyak pihak yang mengadakan dan memiliki alat-alat itu hanya berdasarkan ego untuk pamer dengan mengesampingkan nilai maknanya. Mobil, rumah, alat-alat elektronik dan fasilitas hidup lainnya bukan digunakan untuk menunjang kelancaran tugas-tugas hidup mewujudkan dharma. Fasilitas itu diadakan dan dimiliki hanya untuk pamer memenuhi nafsu egonya mendapatkan status sosial yang lebih di lingkungannya. 

Pengadan dan pemikiran fasilitas hidup ini hendaknya didasarkan pada pertimbangan pikiran yang tajam, sehingga dapat menunjang hidup manusia menyukseskan cita-cita mulianya. Hal inilah yang dilambangkan dengan Sesayut Jayeng Perang. Jayeng Perang bukan dalam arti perang fisik tetapi perang dalam artian perjuangan hidup menyukseskan cita-cita mulia. 

Hari Raya sejenis Tumpek Landep bagi umat Hindu di India juga dirayakan dengan nama hari raya Ayudha Puja. Perayaan ini dilakukan juga di India dua kali setahun dengan menggunakan perhitungan tahun Surya. Sedangkan di Bali umat Hindu merayakan hari raya keagamaannya menggunakan tahun Chandra dan tahun Wuku. Untuk Tumpek Landep ini digunakan perhitungan tahun Wuku. Perayaan Ayudha Puja mengingatkan umat manusia agar selalu menyegarkan daya perjuangan hidupnya memenangkan cita-cita mulianya menegakkan dharma. 

Menajamkan pikiran sesungguhnya menyegarkan daya pikiran untuk menumpulkan gejolak indria yang sering mengalihkan perjuangan hidup ke arah yang bertentangan dengan dharma. Karena itu pada hari raya keagamaan itu umat diingatkan untuk berbuat berdasarkan kesadaran pikiran. Perilaku yang emosional tanpa pertimbangan akal sehat makin dapat dihindari. 

sumber : www.balipost.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net