Senin, 14 Maret 2016

Menguatkan Kepercayaan kepada Tuhan

PERCAYA kepada Tuhan adalah salah satu dari lima sistem kepercayaan yang diajarkan dalam agama Hindu yang disebut Panca Sradha. Dalam kitab suci Weda dalam berbagai mantranya sudah menyatakan bahwa Tuhan itu Maha Esa, Maha Ada, Maha Kuasa, Maha Tahu, Maka Karya, Maha Suci, Maha Bijaksana, Maha Adil, Maha Pengasih dan Penyayang dan seterusnya. Keberadaan Tuhan yang demikian itu banyak dilukiskan oleh para Maha Resi dalam berbagai cerita Itihasa dan Purana. Yakinlah Tuhan itu tidak akan berbuat sewenang-wenang kepada umat-Nya. Manusia pun diberikan budhi, manah, indria dan badan jasmani oleh Tuhan yang Maha Pencipta itu untuk menganalisis berbagai permasalahan hidup. Tuhan pun telah bersabda melalui para Maha Resi tentang bagaimana keberadaan Beliau dan bagaimana umat manusia semestinya hidup di dunia ini.

Untuk memantapkan kehidupan kita di dunia ini teguhkanlah kepercayaan dan bakti kita kepada Tuhan. Tuhan itu memang Maha Suksma atau Maha Gaib. Namun tidak setiap yang gaib itu adalah Tuhan.

Dalam tradisi beragama Hindu di Bali ada kepercayaan adanya suara gaib yang diterima, baik melalui proses pawisik maupun dalam proses kerauhan. Hendaknya diyakini pula bahwa tidak setiap suara gaib itu adalah suara Tuhan. Manusia diberikan akal budhi oleh Tuhan. Gunakanlah akal budhi itu untuk menganalisis berbagai persoalan hidup yang muncul dalam kehidupan ini. Demikian juga dalam menghadapi suara gaib itu. Analisislah dengan baik, jangan terlalu cepat percaya bahwa suara gaib itu adalah suara Tuhan.

Beberapa tahun lalu ada kejadian di Bali Utara, bahwa ada seseorang mendapatkan pawisik agar ia membunuh orang tuanya. Kalau tidak, hari sejak hari itu dia sendiri akan dibunuh oleh orang tuanya. Orang yang menerima pawisik tersebut pun membunuh orang tuanya. Akhirnya orang itu diganjar hukuman 12 tahun penjara oleh hakim. Hal itu akibat ia tidak menganalisis pawisik yang diterimanya dengan akal budhinya, berdasarkan ajaran suci Weda terlebih dulu. Mengawali bulan September 2002 ini kembali kita dihebohkan oleh suara orang kerauhan agar seseorang dihukum dengan mengikatnya di kuburan dalam tempo yang cukup lama dan dikucilkan. Hukuman itu hanya karena suara orang kerauhan. Tanpa analisis yang mendalam berdasarkan ajaran agama suara orang kerauhan itu demikian saja dipercaya. Hal ini sungguh sangat memilukan dan memalukan dari sudut pandang agama.

Kalau kadar kepercayaan kita pada Tuhan cukup kuat yakinlah bahwa suara semacam itu bukanlah datang dari Tuhan atau Ida Bhatara yang suci. Tidak mungkin Tuhan atau Ida Bhatara yang suci menyuruh umat berbuat sewenang-wenang kepada sesamanya seperti itu. Syukurlah ada pemimpin yang memiliki kadar kepercayaan pada Tuhan yang kuat sehingga kemudian berani mengambil alih sebagian persoalan tersebut.

Kehidupan beragama seharusnya mampu meningkatkan kadar kepercayaan umat kepada Tuhan. Kalau tidak maka menghukum anggota krama dengan cara yang sewenang-wenang akan terus bermunculan dengan mengatas namakan Desa Pakraman. Lama kelamaan tindakan seperti ini akan dapat merusak citra Desa Pakraman itu sendiri.

Keberadaan di sekala dan niskala tidak jauh berbeda. Tidak semua suara di dunia sekala ini benar. Banyak juga suara yang tidak benar. Demikian juga tidak selalu yang turun dari dunia niskala itu suara kebenaran. Ada juga suara ketidak benaran dari dunia niskala. Karena itu Tuhan menurunkan kitab suci untuk dijadikan kekuatan/pegangan dalam menganalisis kedua dunia itu.

Demikian juga suara suryak siu tidak selalu menyuarakan kebenaran. Apalagi suryak siu lebih sering dikompromi oleh gejolak emosi. Bertindak atas dorongan emosi semata tanpa pertimbangan akal budhi tidak mungkin dapat menyuarakan kebenaran. Karena itu untuk menjaga citra Desa Pakraman hendaknya dihindari sedapat mungkin menghukum krama yang dianggap salah dengan cara suryak siu.

Demikian juga dalam menanggapi suara pawisik dan suara orang kerauhan hendaknya diadakan proses analisis dengan selalu berpegang kepada ajaran kitab suci dan kitab-kitab Sastranya. Kuatkanlah kadar kepercayaan dan bhakti kita pada Tuhan. Memuja Tuhan hendaknya disertai dengan bekal pengetahuan dasar tentang Widhi Tattwa atau Brahma Vidya.

Percaya dan bakti kepada Tuhan dengan kebutaan dapat mengecoh kita pada pemujaan yang menyimpang dari petunjuk ajaran agama yang sudah kita yakini sejak berabad-abad. Kuatkanlah keyakinan kita pada sabda Tuhan yang sudah jelas tercantum dalam kitab suci dan juga sudah teruji berabad-abad lamanya. Adat hendaknya dijadikan sebagai media untuk menajamkan pengamalan ajaran agama yang tercantum dalam kitab suci. Bukan sebaliknya, adat lebih kuasa dari ajaran agama yang tercantum dalam kitab suci.

sumber : www.balipost.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net