Selasa, 15 Maret 2016

Menguatkan Ketetapan Hati

KEHIDUPAN kita dewasa ini semakin dipenuhi oleh berbagai hiruk pikuk dunia global. Trend global itu sesungguhnya bukanlah sesuatu yang negatif. Globalisasi sesuatu yang tidak mungkin dihindari. Trend global itu disebabkan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, terutama dalam bidang transportasi dan telekomunikasi. Kemajuan bidang tersebut mendorong pesatnya komunikasi umat manusia terutama melalui hubungan perdagangan dan kepariwisataan dan lain-lain. Trend global ini menimbulkan reaksi ''paradoks global''. Dari paradoks global inilah timbul menguatnya sikap kembali ke tradisional yang kadang-kadang mengarah ke sikap primordialistis. Gerak paradoks global itu dengan alasan menguatkan jati diri. Banyak pihak yang takut kehilangan jati diri dalam trend ini. Simpang siurnya berbagai aspek kehidupan menyebabkan banyak pihak goyah dalam memegang pendiriannya. 

Sebagai umat Hindu hendaknya kita tetap memiliki ketetapan hati menggunakan ajaran Hindu dalam menanggapi setiap perubahan bahkan gejolak zaman sekali pun. Apa pun yang terjadi di dunia ini lihatlah dengan ajaran Rwa Bhineda. Tidak ada yang mutlak di dunia ini kecuali Hyang Widhi Wasa. Trend globalisasi maupun paradoks global pasti ada segi-segi positif dan negatifnya. Manusia sudah dianugerahkan kecerdasan oleh Hyang Widhi seperti kemampuan untuk ber-wiweka atau membeda-bedakan. Mana yang positif mana yang negatif. Setiap gerak negatif positif dari zaman ini pasti ada yang menimbulkan suka dan duka. Bhagawad Gita II.15 menyatakan bahwa orang yang dapat hidup bahagia (amrtatvaaya) apabila memiliki sikap seimbang dan berketetapan hati (sama dan Dhiira) menghadapi suka dan duhkha itu. Pertarungan trend global dengan paradoks global hendaknya disikapi dengan ketetapan hati berpegang pada kebenaran Hindu yang telah diyakini kekal abadi (Sanatana Dharma). 

Ajaran Hindu selalu memberikan tuntunan yang tepat untuk mengikuti perubahan zaman. Ikutilah perubahan zaman itu dengan ketetapan hati untuk selalu berpegang pada kebenaran Hindu yang kekal abadi itu. Dalam kakakawin Ramayana ada disebutkan: Sakanikang raat kita yan wenang manut. Manupadesa prihatah rumaksaya. Artinya, perputaran zaman itu (tahun Saka) hendaknya diikuti. Ajaran Bhagawan Manu itulah hendaknya diupayakan untuk dikuasai dengan sebaik-baiknya. 

Bagaimana mengikuti perubahan zaman agar kita tidak digulung habis oleh perubahan tersebut sudah ditunjukkan oleh berbagai ajaran Hindu baik dalam kitab Srutinya maupun dalam kitab Smrtinya. Sayangnya masih banyak umat yang belum paham bagaimana cara menghadapi perubahan zaman menurut ajaran Hindu. Ada pihak yang ingin cepat-cepat berubah, ada yang sangat takut pada perubahan. Dikotomi inilah yang sering menyebabkan umat Hindu sering terlambat menanggapi setiap gejala zaman yang terjadi. Seperti keberadaan umat Hindu di Bali. Adat istiadat sebagai kebudayaan Hindu di Bali memang membawa Bali terkenal. Ini mendorong timbulnya pariwisata. Tetapi tidak semua Adat istiadat itu membawa citra baik kepada Bali. Masih banyak adat istiadat di Bali membuat citra buruk kepada Bali. Karena itu marilah kita tetap pelihara ketetapan hati untuk berpegang kepada inti ajaran agama Hindu dalam kitab suci Veda. Apa yang patut kita ciptakan atau kreasikan, apa yang patut kita pertahankan dan apa pula yang patut kita tinggalkan. Semuanya itu sudah ada aspek yang aktual dan kontekstual yang sewaktu-waktu dapat diubah. Gejala zaman Kali di mana dharma hanya berkaki satu sedangkan adharma berkaki tiga. Gejolak zaman Kali itu menyebabkan memang sulit menyuarakan kebenaran. Karena itu suara kebenaran sulit sampai ke telinga sementara penguasa dan orang kaya (secara materi). 

Tanpa ketetapan hati untuk terus menyuarakan dan memperjuangkan kebenaran (dharma), kita akan ikut hanyut dan lenyap dalam perubahan zaman itu. Hambatan dalam memelihara ketetapan hati itu adalah kekaburan dalam melihat kebenaran itu sendiri. Karena kebenaran dan ketidakbenaran sering sulit dibedakan. Karena antara Manawa dan Danawa sering kelihatannya mirip. Mana manusia yang memiliki kecenderungan kedewaan dan kecenderungan keraksasaan penampilan luarnya sering serupa. Karena itu menguatkan ketetapan hati pada zaman Kali dengan meningkatkan sradha dan bakti yang lebih intensif kepada Tuhan. Di samping itu hendaknya terus meningkatkan pemahaman akan tattwa dan susila yang sudah tertera sangat sistematis dalam ajaran Hindu. Dengan jnyana, karma dan bakti yang seimbang menguatkan ketetapan hati. 

sumber : www.balipost.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net