Sabtu, 07 Mei 2016

Suara Gaib dan Mukjizat Tuhan

ALAM niskala analog dengan alam sekala. Seperti halnya di dunia sekala isinya bermacam-macam. Ada yang baik dan ada juga yang tidak baik. Dari yang berkualitas sampai yang tidak berkualitas. Dari yang tinggi sampai yang rendah. Begitulah alam sekala itu. Kalau ada suara datang dari Kantor Gubernur misalnya belum tentunya itu suara Bapak Gubernur. Bisa saja suara pesuruhnya, tukang sapunya, satpamnya dan lain-lain. Dunia niskala pun sangat analog dengan dunia sekala tersebut. 

Demikian juga halnya dengan suara dari dunia niskala yang disebut pawisik dan juga kemukjizatan di luar jangkauan rasio yang normal. Hal seperti itu janganlah terlalu cepat kita yakini sebagai suara Tuhan atau kemukjizatan Tuhan. Meskipun itu mukjizat dan suara gaib dari dunia niskala belum tentu suara dan kemukjizatan Tuhan. Tuhan juga memberikan kita rasio dengan daya nalar. Kalau ada pawisik dan kemukjizatan demikian itu dudukkanlah hal itu sebagai suatu hal di luar normalnya dunia sekala. Jangan cepat-cepat ditanggapi dengan cara pendekatan dunia sekala. Pawisik dan kemukjizatan itu hendaknya dianalisis dengan konsep-konsep dunia niskala. Dunia niskala umumnya menggunakan sistem pendekatan dengan dasar keyakinan. Kalau menyangkut keyakinan sesuatu yang tidak mungkin dirasionalkan. 

Orang yang yakin tidak boleh merendahkan mereka yang tidak yakin. Demikian juga sebaliknya mereka yang tidak yakin jangan merendahkan mereka yang yakin. Hal inilah yang semestinya dipegang dalam memahami adanya pawisik dan kemukjizatan dunia niskala. Hal ini penting dijadikan dasar pemahaman bersama agar jangan pawisik dan kemukjizatan dunia niskala itu menimbulkan pertentangan antara mereka yang percaya dan tidak percaya. Hormatilah mereka yang percaya dan yang tidak percaya. Kedua-duanya tidak boleh saling merendahkan. Karena itu dalam tradisi umat Hindu di Bali ada istilah iti dahating rahasia. 

Demikian sering kita jumpai dalam tulisan lontar di Bali. Artinya ini adalah hal yang amat rahasia. Hal yang rahasia itu tentunya dapat dibuka bagi mereka yang sama-sama percaya. Karena itu bagi umat yang merasa menerima pawisik atau mukjizat dari dunia niskala janganlah terlalu gampang memberitakan kepada sembarang orang. Demikian juga kalau ada menerima hal-hal yang diyakini sebagai suatu mukjizat janganlah hal itu diberitakan pada sembarang orang. Ini sesungguhnya tradisi leluhur di Bali yang kita warisi dari zaman dahulu dari leluhur kita di Bali. Karena itu zaman dahulu pawisik dan mukjizat itu jarang menimbulkan konflik sosial. 

Dalam hal ini pemahaman dunia pers sangat berperan. Hal-hal yang bersifat rahasia dunia niskala sebaiknya diperhitungkan secara matang untuk mengangkatnya sebagai berita dalam pers. Hal itu semata-mata agar jangan sampai berita itu menjadi sumber konflik dalam masyarakat. Orang percaya dan tidak percaya pada sesuatu sudah merupakan suatu kenyataan sosial dalam masyarakat. Dua kelompok sosial itu tidak perlu dibuat dikotomis dalam dinamika sosial. Ciptakanlah kondisi agar kedua kelompok sosial itu saling menghormati. 

Percaya dan tidak percaya itu adalah prevasi seseorang yang harus dihormati. Dengan pemahaman seperti itu keberadaan pawisik dan kemukjizatan dunia niskala tidak menjadi sumber konflik sosial di masa-masa yang akan datang. Para Maharesi Hindu sangat percaya bahwa mantra-mantra Weda sebagai Sabda (pawisik) Tuhan secara langsung kepada para Maharesi. Karena merupakan sabda Tuhan yang bersifat niskala maka Manawa Dharmasastra 11.114 menyatakan Weda itu tidak boleh diajarkan kepada mereka yang tidak percaya. Meskipun menurut keyakinan umat Hindu umumnya dan para Maharesi hakikat Weda itu menembus dimensi dunia sekala dan niskala. Dalam ajaran Hindu dikenal adanya dunia sekala dan niskala. Dunia sekala adalah dunia yang kasat mata. 

Dunia yang kasatmata saja banyak juga misterinya yang sangat sulit mengungkapnya. Apa lagi miseri dunia Niskala tidak begitu mudah mengungkapnya. Adanya misteri suara gaib dalam kehidupan umat manusia ini sebagai suatu kenyataan yang dialami oleh banyak orang. Suara gaib dan berbagai mujijat itu di Bali disebut Pawisik atau Pawuwus. Suara yang datang dari dunia Sekala disebut suara yang normal-normal saja. Sedangkan suara gaib dari dunia Niskala hal itu sesuatu yang bersifat para normal. Artinya jauh dari kebiasaan yang normal. 

Karena itu kalau ada suara gaib yang jelas-jelas dari dunia para normal janganlah segera kita sikapi secara normal. Kalau hal itu sesuatu yang bersifat Para Normal maka dudukanlah hal itu sebagai suatu yang para normal. Jangan ia disikapi dengan daya nalar yang normal. Keyakinanlah yang harus dikedepankan dalam memahami keberadaan pawisik dan mujijat dunia gaib atau Niskala itu. Bagi yang meyakininya kalau ingin mewujudkan dalam dunia Sekala ia harus diproses sedemikian rupa agar mengikuti norma-norma dunia Sekala. Pemahaman seperti itu tidak akan menimbulkan konflik. 

  sumber : www.balipost.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net