Tidak ada manusia normal
yang senang dengan keadaan konflik.Jangankan langsung terlibat dalam konflik
tersebut. Berdampingan saja dengan mereka yang konflik sudah tidak
mengenakan.Namun konflik itu suatu kenyataan sosial yang sering sulit untuk
dihindari.Menurut ajaran Hindu tidak ada
sesuatu di dunia ini yang tidak kena hukum Rwabhineda.Hanya Tuhan yang maha
mutlak yang tidak kena hukum Rwabhineda tersebut.Demikian juga halnya dengan
konflik.Konflik disamping berwajah mengerikan, konflik juga dapat menegakan
kembali nilai-nilai kebenaran yang dikubur oleh keadaan harmoni semu. Konflik
dan harmoni kedua-duanya ada dalam kekuasaan hukum Rwabhineda. Karena itu ada
Sastra suci menyatakan bahwa Tuhan bersabda : Aku berikan dunia ini sebagai
tempatmu bertemu dalam keadaan damai dan dalam perang.Memang di dunia ini tidak
pernah ada yang mutlak damai dan mutlak perang. Ada saja dibagian tertentu
dunia ini dalam keadaan damai ada juga pada bagian lainya yang terlibat konflik
bahkan sampai perang.Tidak semua konflik
menghancurkan segala yang bernilai tinggi. Demikian juga tidak semua
harmoni menegakan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Banyak konflik dapat
menegakan kembali nilai-nilai kebenaran, keadilan, kesetaraan,demokrasi
dll.Demikian juga banyak keharmonisan yang disalah gunakan oleh mereka
yang memiliki hegemoni dan dominasi
untuk kenikmatan indriawinya sendiri atau golonganya.Meskipun menurut ajaran
Agama Hindu pengaruh dan kekuasaan (hegemoni dan dominasi) itu tujuanya untuk
melindungi kebenaran,keadilan dan nilai-nilai hidup yang lainya.Memang idialnya
manusia mengharapkan harmoni yang sejati. Harmoni yang sejati itu adalah
harmoni yang dinamis .Dinamika harmoni itu dapat mensinergikan berbagai
perbedaan menjadi suatu univikasi yang saling melengkapi. Univikasi yang saling
lengkap melengkapi itu akan dapat membangun kekuatan bersama untuk mengatasi
berbagai persoalan hidup di dunia ini. Membangun kekuatan bersama itu juga
bertujuan untuk meningkatkan kwalitas hidup . Salah satu ciri manusia itu sebagai
manusia adalah mampu bekerja sama dengan sesama manusia lainya.Karena manusia
itu adalah makhluk sosial.Artinya manusia itu baru akan menampilkan ciri-ciri
kemanusiaanya apa bila manusia itu berada ditengah-tengah manusia lainya dalam hidup bermasyarakat. Manusia akan
kehilangan ciri-ciri kemanusiaanya apa bila ia lepas dari kehidupan bersama
dengan sesama manusia dalam suatu sistim sosial.Namun sistim sosiali tu harus
diupayakan untuk melindungi hak-hak azasi manusia secara individual dengan
tidak ada merugikan individu yang lainya.
Kembali pada persoalan konflik.Marilah
kita pahami konflik itu dengan sikap
yang objektif.Kita hendaknya memilah-milah konflik itu dari akar,batang ranting
sampai kedaun-daunya.Jangan kita mengembangkan sikap apriori pada setiap
konflik.Karena sikap yang apriori itu justru
dapat menimbulkan konflik baru.Kalau konflik itu untuk menegakan
kebenaran tidak dapat kita serta merta menyalahkan terjadinya konflik itu. Kalau kita ingin ikut serta dalam
mengatasi konflik itu sumbangkanlah pikiran dengan konsep-konsep yang jelas
untuk memanagement konflik itu untuk mencapai rekonsoliasi.Meredam konflik
dengan kekuasaan dan pengaruh tidak dikenal dalam ilmu menagement konlik.
Karena konflik yang diredam seperti itu akan dapat meredakan konflik untuk
sementara.Begitu kekuatan yang meredam konflik itu kendor maka konflik tersebut
akan meledak lebih hebat.Substansi konflik itupun akan meluas ,upaya untuk
mengatasi konflik itupun akan semakin sulit. Memang banyak oknum pejabat yang
ingin selama ia menjabat keadaan stabil meskipun kebenaran terinjak-injak.Di
Indonesia konsep stabilitas semu cukup lama dijadikan dasar untuk mengendalikan
dinamika kehidupan masyarakat.Hal itu memang cukup lama memberikan kenikmatan
pada sementara pejabat dan derita bagi sebagian masyarakat yang dicekal
hak-haknya sebagai warga negara yang merdeka.Demikian juga dikalangan umat
Hindu.Cukup lama umat terpaku oleh keharmonisan semu yang diciptakan oleh
sistim feodal pada jaman kerajaan dimasa lampau.Supremasi nilai-nilai Hindu itu
dikebiri oleh supremasi adat yang menjadi media feodalisme.Inilah sumber
konflik yang paling substansial di kalangan umat Hindu di Indonesia umumnya dan
di Bali khususnya.Sumber konflik itulah yang sering mewabah menjadi berbagai
bentuk konflik di kalangan umat Hindu tersebut. Bagi yang memiliki kepedulian
tentang konflik tersebut sebaiknya janganlah membenci konflik itu.Kuraslah
pikiran anda untuk menyumbangkan berbagai gagasan atau konsep untuk
menyebrangkan konflik itu menjadi rekonsiliasi untuk membangun perdamaian
sejati.
Dari : I Ketut Wiana.
Hal
: Naskah Untuk Mimbar Agama Hindu di Bali Post.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar