Para pejuang Indonesia saat melawan
penjajah bersemboyan kita cinta damai namun lebih cinta kemerdekaan.Ini artinya
kemerdekaan lebih tinggi nailainya dari perdamaian.Dalam Slokantara 2 ada
dinyatakan lebih tinggi nilainya mendidik seorang menjadi Suputra dari seratus kali berupacara
Yadnya.Namun lebih tinggi nilainya Satya
atau kebenaran dari pada seratus Suputra. Ini artinya kebenaran itu diatas
perdamaian dan kemerdekaan. Dalam kitab Cina Katha ada diceritrakan suatu
Kerajaan yang Rajanya bernama Satya Wreta. Pagi-pagi saat mata hari
hampir-hampir muncul diufuk timur Raja Satya Wreta menuju kolam
permandianya.Belum sampai dari permandianya tiba-tiba ada sosok yang mendekat.Ternyata sosok itu adalah
seorang wanita yang sangat cantik dan menyatakan dirinya sebagai Dewa
Perdamaian atau Santi Dewi. Dewi perdamaian itu sudah cukup lama menjaga Negara
Sang Raja.Dewi Perdamaian itu akan pergi meninggalkan kerajaan Satya Wreta itu.
Oleh karena sudah menjadi kehendak Sang Dewi Raja Satya Wretapun tidak
berkeberatan.Belum beberapa langkah Raja menuju kolam permandianya tiba-tiba
datang sosok pemuda sangat ganteng.Pemuda itu menyatakan dirinya sebagai
penjelmaan Dewa Kemenangan atau Jaya Dewa. Dewa itulah yang menjaga Kerajaan
Satya Wreta sehingga Raja selalu mendapatkan kemenangan. Sekarang Dewa
Kemenangan menyatakan dirinya akan pergi meninggalkan Kerajaan Satya Wreta
itu.Dewa Kemenangan dipersilahkan oleh Sang Raja pergi meninggalkan
Kerajaan.Berikutnya datang lagi seorang Dewi Kasih Sayang atau Prema Dewi dan
kemudian Dewi Kemakmuran. Kedua Dewi itu pun menyatakan dirinya akan pergi
meninggalkan Kerajaan Satya Wreta. Raja Satya Wreta tidak berkeberatan atas
perginya Dewi Kasih Sayang dan Dewi Kemakmuran meninggalkan Kerajaan.Terakhir
datanglah Dewa Kebenaran yang menyatakan kehendaknya ingin pergi meninggalkan
Kerajaan.Terhadap Dewa Kebenaran ini Raja Satya Wreta dengan sangat memelas
sambil menyembah dengan khusuknya mengajukan permohonan.Raja berucap mohon
dapat kiranya Sesembahanku Dewa Kebenaran tidak pergi dari Kerajaan ini.Segala
sesuatu tidak akan ada manfaatnya di Kerajaan ini kalau tidak berdasarkan
kebenaran.Hamba sedia melakukan apa saja asalkan atas kehendak Dewa Kebenaran dan
Dewa Kebenaran tidak pergi meninggalkan
Kerajaan kami ini.Karena demikian sungguh-sungguhnya permohonan Raja
Satya Wreta Dewa Kebenaranpun tidak jadi pergi meninggalkan Kerajaan. Dewa-dan
Dewi yang meninggalkan Kerajaan itu tidak berguna ditempat lain.Apa artinya
perdamaian,kemenangan, kasih sayang dan kemakmuran kalau tidak berdasarkan
kebenaran.Tentu idialnya kalau semuanya itu dicapai dengan landasan
kebenaran.Kalau kebenaran itu terkuburkan atas nama perdamaian maupun
kemenangan sepihak tentunya sesuatu yang sangat sulit dipertahankan.Konflik
pasti terjadi kalau kedamaian ,kemenagan,kasih sayang dan kemakmuran tidak
didasarkan pada kebenaran.Pejuang-pejuang menegakan kebenaran pasti akan lahir
cepat atau lambat.Karena itu janganlah sinis dan apriori dengan kenyataan
adanya konflik.Kalau konflik sudah menjadi kenyataan marilah kita ambil
hikmahnya saja.Jangan ikut –ikutan memperkeruh konflik tersebut.Doronglah agar
mereka-mereka yang konflik mengristalkan dirinya masing-masing dan
masing-masing mencari hikmah dari konflik tersebut.Timbulnya suatu konflik
pasti ada yang kabur melihat suatu kebenaran.Melalui konflik itu akan terjadi
proses perenungan untuk mencari akar masyalah yang menimbulkan konflik.Melalui
proses perenungan itu diharapkan masing-masing akan semakin jelas melihat suatu
kebenaran yang sesungguhnya.Kalau kita jujur bahwa kebenaranlah yang harus
ditegakan.Marilah sungguh-sungguh berjuang untuk mengekan kebenaran
tersebut.Kalau ingin tidak terjadi konflik tinggalkanlah prilaku yang
menginjak-injak kebenaran meskipun itu
suatu tradisi.Tradisi yang tidak menegakan supremasi nilai-nilai Dharma cepat
atau lambat harus kita singkirkan dengan suka rela kalau kita ingin tidak
terjadi konflik. Meskipun kita harus
berkorban dalam proses menegakan konflik tersebut.Kalau tidak demikian konflik
akan terjadi karena kebenaran itu diatas segala-galanya.Dalam hal inilah orang
sering tidak jujur pada dirinya.Meskipun mereka sudah tahu yang benar,mereka
sering tidak mau membela kebenaran menurut pandangan hati nuraninya. Karena
suara hati nuraninya dikalahkan oleh kekuatan Wisayanya.Kekuatanya Wisaya
itulah yang sering menjelma menjadi
tuntutan hawa nafsu sejenak untuk mengejar kepentingan yang sempit.
Sikap hidup yang demikian itulah menyimpan potensi konflik.Tinggal menunggu
masa inkubasinya saja. Kalau masa inkubasinya datang konflik pasti merebak.
Dari : I Ketut
Wiana.
Hal : Naskah Untuk Mimbar Agama Hindu di Bali
Post.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar