Dalam kehidupan beragama Hindu harus ada
keseimbangan proses kegiatan pemahaman
antara Tattwa, Susila dan Upacara Agama Hindu.Ketidak seimbangan pemahaman
terhadap kerangka Agama Hindu itu justru akan banyak mendatangkan masyalah
dalam praktek kehidupan beragama Hindu.Praktek kehidupan beragama Hindu yang
tidak seimbang itu akan menimbulkan kesan bahwa Agama Hindu itu sebagai
sejumlah beban kewajiban-kewajiban hidup yang memberatkan.Pada hal tujuan Agama
disabdakan oleh Tuhan kedunia ini adalah justru untuk menuntun umat manusia
agar dapat hidup bahagia.Ketidak seimbangan penerapan Tatwa,Susila dan Tattwa
Agama Hindu dalam kehidupan beragama menyebabkan Agama itu menjadi sumber
permasyalahan yang menjadi beban hidup masyarakat.Kalau kita perhatikan
kegiatan beragama umat Hindu lebih banyak waktu,tenaga,biaya diperuntukan
melakukan Upacara Agama yang kadang-kadang tidak dimengertinya.Seharusnya
kegiatan untuk memahami Tattwa dan Susila yang melatar belakangi kegiatan
Upacara Agama itu diberikan pula porsi yang cukup memadai.Hal ini akan dapat
mencegah terjadinya pelaksanaan Upacara Agama yang bertentangan dengan Tattwa
dan Susila yang melatar belangkangi upacara Agama tersebut. Misalnya penggunaan
minuman keras.Dalam tradisi Upacara Agama Hindu minuman beralkohol itu sudah
biasa disuguhkan untuk Bhuta Kala.Ini artinya prosesi Upacara Yadnya itu sudah
mengajarkan Tattwa atau hakekat minuman
keras kepada umat Hindu bahwa minuman keras itu bukanlah minuman yang pantas
diminum oleh manusia.Namun karena Tattwa dan Susila dari penggunaan minuman beralkohol tidak dipahami
maka minuman keras itu diminum oleh manusia akibatnya manusiapun menunjukan
sifat-sifat Bhuta Kala.
Upacara Yadnya dilakukan untuk
membangunkan semangat umat untuk senantiasa mendekatakan diri pada alam dalam
wujud pelestarian alam.Upacara juga untuk mendekatkan diri dengan sesama umat
manusia dalam wujud saling mengabdi. Upacara Agama memiliki tujuan mendekatkan
manusia dengan Tuhanya dalam bentuk Sraddha dan Bhakti.Karena itulah ia disebut
Upacara Yadnya. Kata Upacara dalam bahasa Sansekerta artinya “medekatkan”.
Mendekatkan diri pada alam,sesama danTuhan itu landasan Tattwa dari Upacara
Yadnya.Karena makna Tatwa dan Susila dari Upacara Yadnya tersebut tidak
dipahami dengan baik maka banyak Upacara Yadnya yang dilangsungkan dengan sikap
arogan sehingga semakin menjauhkan umat satu dengan yang lainya.Seperti menutup
jalan seenaknya.Pawai keagamaan yang ditampilkan sembarangan sehingga memacetkan lalu lintas.Upacara Yadnya yang
demikian itu tidak akan membuat orang bersimpati pada penyelenggaraan Upacara
Yadnya tersebut.Meskipun ia sedikit menggangu kelancaran lalu lintas kalau ia
ditampilkan dengan penuh sopan santun.Misalnya ada permohonan maaf yang
disampaikan dengan cara yang simpatik kepada para pemakai jalan.Dengan penampilan
yang simpatik itu akan dapat membuat senangnya orang yang menyaksikan Upacara
Yadnya tersebut. Ini artinya Upacara yang ditampilkan dengan sikap simpatik itu
sudah sukses mendekatkan hati sesama manusia dengan penyelenggara Upacara
Yadnya tersebut.
Tatwa Upacara Melasti misalnya menurut
petunjuk Sastranya adalah menegakan Sradha dan Bhakti kepada Tuhan (Ngiring
Prewatek Dewata).Kuatnya Sradha dan Bhakti kita pada Tuhan akan mendatangkan
kekuatan suci.Untuk apa kekuatan suci itu ? Kekuatan suci itu untuk ikut serta
aktif mengatasi penderitaan hidup masyarakat dan menghilangkan kepapaan
individu dan rusaknya alam. Dalam petunjuk Sastranya dinyatakan dengan kalimat
“anganyutaken laraning jagat papa klesa letuhing Bhuwana “. Upaya ini sudah
diwujudkan dalam ritual sakral yang formal saat Upacara Melasti.Setelah Upacara
keagamaan yang sakral itu selesai seharusnya dilanjutkan dengan langkah-langkah
nyata mengatasi penderitaan bersama dalam masyarakat, memberikan bimbingan
kerokhanian kepada individu-individu
untuk mengatasi Klesanya.Demikian juga secara nyata melakukan kegiatan-kegiatan
untuk mencegah prilaku yang merusak lingkungan alam. Semua kegiatan itu harus
diyakini sebagai wujud Sradha dan Bhakti kita pada Tuhan. Dengan demikian kita
sudah mewujudkan secara seimbang amanat dari Upacara Melasti sebagaimana
disebutkan menurut petunjuk Sastranya.Menyeimbangkan perwujudan Tattwa,Susila
dan Upacara Agama dalam kegiatan beragama Hindu itu harus terus menjadi Dharma
Tula disetiap kelompok umat. Apakah dalam kelompok yang tradisional maupun
dalam kelompok umat yang modern seperti LSM Hindu dan lembaga umat Hindu
lainya.Kepedulian mereka itu harus digugah
Dari : I Ketut
Wiana.
Hal : Naskah Untuk Mimbar Agama Hindu di Bali
Post.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar