Rabu, 09 November 2016

SEIMBANGKAN TATTWA ,SUSILA DAN UPACARA AGAMA

Dalam kehidupan beragama Hindu harus ada keseimbangan proses kegiatan  pemahaman antara Tattwa, Susila dan Upacara Agama Hindu.Ketidak seimbangan pemahaman terhadap kerangka Agama Hindu itu justru akan banyak mendatangkan masyalah dalam praktek kehidupan beragama Hindu.Praktek kehidupan beragama Hindu yang tidak seimbang itu akan menimbulkan kesan bahwa Agama Hindu itu sebagai sejumlah beban kewajiban-kewajiban hidup yang memberatkan.Pada hal tujuan Agama disabdakan oleh Tuhan kedunia ini adalah justru untuk menuntun umat manusia agar dapat hidup bahagia.Ketidak seimbangan penerapan Tatwa,Susila dan Tattwa Agama Hindu dalam kehidupan beragama menyebabkan Agama itu menjadi sumber permasyalahan yang menjadi beban hidup masyarakat.Kalau kita perhatikan kegiatan beragama umat Hindu lebih banyak waktu,tenaga,biaya diperuntukan melakukan Upacara Agama yang kadang-kadang tidak dimengertinya.Seharusnya kegiatan untuk memahami Tattwa dan Susila yang melatar belakangi kegiatan Upacara Agama itu diberikan pula porsi yang cukup memadai.Hal ini akan dapat mencegah terjadinya pelaksanaan Upacara Agama yang bertentangan dengan Tattwa dan Susila yang melatar belangkangi upacara Agama tersebut. Misalnya penggunaan minuman keras.Dalam tradisi Upacara Agama Hindu minuman beralkohol itu sudah biasa disuguhkan untuk Bhuta Kala.Ini artinya prosesi Upacara Yadnya itu sudah mengajarkan Tattwa  atau hakekat minuman keras kepada umat Hindu bahwa minuman keras itu bukanlah minuman yang pantas diminum oleh manusia.Namun karena Tattwa dan Susila dari  penggunaan minuman beralkohol tidak dipahami maka minuman keras itu diminum oleh manusia akibatnya manusiapun menunjukan sifat-sifat Bhuta Kala.

Upacara Yadnya dilakukan untuk membangunkan semangat umat untuk senantiasa mendekatakan diri pada alam dalam wujud pelestarian alam.Upacara juga untuk mendekatkan diri dengan sesama umat manusia dalam wujud saling mengabdi. Upacara Agama memiliki tujuan mendekatkan manusia dengan Tuhanya dalam bentuk Sraddha dan Bhakti.Karena itulah ia disebut Upacara Yadnya. Kata Upacara dalam bahasa Sansekerta artinya “medekatkan”. Mendekatkan diri pada alam,sesama danTuhan itu landasan Tattwa dari Upacara Yadnya.Karena makna Tatwa dan Susila dari Upacara Yadnya tersebut tidak dipahami dengan baik maka banyak Upacara Yadnya yang dilangsungkan dengan sikap arogan sehingga semakin menjauhkan umat satu dengan yang lainya.Seperti menutup jalan seenaknya.Pawai keagamaan yang ditampilkan sembarangan sehingga  memacetkan lalu lintas.Upacara Yadnya yang demikian itu tidak akan membuat orang bersimpati pada penyelenggaraan Upacara Yadnya tersebut.Meskipun ia sedikit menggangu kelancaran lalu lintas kalau ia ditampilkan dengan penuh sopan santun.Misalnya ada permohonan maaf yang disampaikan dengan cara yang simpatik kepada para pemakai jalan.Dengan penampilan yang simpatik itu akan dapat membuat senangnya orang yang menyaksikan Upacara Yadnya tersebut. Ini artinya Upacara yang ditampilkan dengan sikap simpatik itu sudah sukses mendekatkan hati sesama manusia dengan penyelenggara Upacara Yadnya tersebut.

Tatwa Upacara Melasti misalnya menurut petunjuk Sastranya adalah menegakan Sradha dan Bhakti kepada Tuhan (Ngiring Prewatek Dewata).Kuatnya Sradha dan Bhakti kita pada Tuhan akan mendatangkan kekuatan suci.Untuk apa kekuatan suci itu ? Kekuatan suci itu untuk ikut serta aktif mengatasi penderitaan hidup masyarakat dan menghilangkan kepapaan individu dan rusaknya alam. Dalam petunjuk Sastranya dinyatakan dengan kalimat “anganyutaken laraning jagat papa klesa letuhing Bhuwana “. Upaya ini sudah diwujudkan dalam ritual sakral yang formal saat Upacara Melasti.Setelah Upacara keagamaan yang sakral itu selesai seharusnya dilanjutkan dengan langkah-langkah nyata mengatasi penderitaan bersama dalam masyarakat, memberikan bimbingan kerokhanian kepada  individu-individu untuk mengatasi Klesanya.Demikian juga secara nyata melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencegah prilaku yang merusak lingkungan alam. Semua kegiatan itu harus diyakini sebagai wujud Sradha dan Bhakti kita pada Tuhan. Dengan demikian kita sudah mewujudkan secara seimbang amanat dari Upacara Melasti sebagaimana disebutkan menurut petunjuk Sastranya.Menyeimbangkan perwujudan Tattwa,Susila dan Upacara Agama dalam kegiatan beragama Hindu itu harus terus menjadi Dharma Tula disetiap kelompok umat. Apakah dalam kelompok yang tradisional maupun dalam kelompok umat yang modern seperti LSM Hindu dan lembaga umat Hindu lainya.Kepedulian mereka itu harus digugah


Dari : I Ketut Wiana.

Hal  : Naskah Untuk Mimbar Agama Hindu di Bali Post.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net