Sabtu, 19 November 2016

DENGAN POLITIK YANG BENAR MENGATASI KONFLIK

Politik itu adalah ciptaan manusia.Karena ia ciptaan manusia tentunya kena hukum Rwa Bhineda. Pada kenyataanya ada prilaku berpolitik yang benar dan baik.Ada juga yang tidak benar dan buruk.Namun hahekat politik adalah untuk tujuan yang luhur mengabdi pada masyarakat untuk meningkatkan kwalitas hidupnya.Yang berpolitik itu adalah manusia. Dalam diri manusia ada dua kecendrungan yang saling berebut  menguasai diri manusia.Kalau kecendrungan Asuri Sampad (kecendrungan Keraksasaan) yang menguasai diri manusia maka prilaku Keraksasaanlah yang akan muncul dari diri manusia itu sendiri. Kalau Dewi Sampad (Kecendrungan Kedewaan) yang sedang menguasai diri manusia maka prilaku layaknya Dewalah yang akan muncul dari dalam diri manusia.

Demikian juga dalam kehidupan politik.Kalau para politisi itu lebih banyak manusia yang mampu membangun kecendrungan Dewi Sampad dalam dirinya maka prilakunya dalam berpolitikpun akan memunculkan prilaku politik yang  berpegang pada prinsip-prinsip politik yang benar dan luhur.Kalau para politisi itu dikuasai oleh Asuri Sampad maka prilakunya dalam berpolitikpun akan memunculkan prilaku Keraksasaan.Prinsip-prinsip politik yang benar dan sangat luhur itupun tidak akan dijadikan pegangan dalam berpolitik.

Kehidupan politik semestinya dapat berfungsi mengatasi berbagai persoalan hidup bersama dalam wadah negara ,bangsa dan masyarkat .Untuk itu para politisi itu harus secara sadar menjadikan nilai-nilai suci Agama sebagai landasan moral dan mental untuk melakukan kegiatan berpolitik.

Demikian juga dalam memahami konflik yang merupakan suatu kenyataan sosial seyogianya politik sebagai sumber kebijakan dapat difungsikan dengan baik. Kalau politik dapat difungsikan dengan baik dalam memahami konflik maka konflik itu dapat diarahkan menegakan nilai-nilai luhur yang kadang-kadang mau diruntuhkan oleh suatu rejim yang sedang menyalah gunakan kekuasaanya.Kekuasaan politik sering di implementasikan kandengan pilotik kekuasaan yang menyimpang. Politik kekuasaan yang menyimpang dari konsep kekuasaan politik itulah sering menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan.Namun kalau kekuasaan politik itu di implementasikan dengan politik yang berdasarkan prinsip politik yang benar dan luhur maka politik itulah dapat menjadi sumber kekuatan untuk mengatasi konflik sehingga konflik itu dapat menjadi kekuatan menegakkan nilai-nilai kebenaran itu sendiri.Untuk membangun dinamika politik yang berlandaskan kebenran yang luhur maka perlu dipahami bagaimana berpolitik menurut ajaran Hindu. Agama Hindu tidak mentabukan umatnya berpolitik sepanjang berpolitik itu dilakukan diatas landasan prinsip politik yang benar dan luhur itu.

Berpolitik Menurut Ajaran Hindu.
                                                                                      
Hidup bersama apa lagi dalam suatu  wadah Negara tidak mungkin hidup bersama tanpa   tanpa politik.Politik menurut arti katanya adalah suatu kebijakan dalam menata keseim bangan hidup bersama. Keseimbangan tersebut dalam artian yang seluas-luasnya.Kalau keseimbangan tersebut dapat diwujudkan maka proses politik akan sangat manjur untuk memanagement konflik sehingga konflik dapatdiajdikan media menegakan kebenaran.  Dalam kehidupan berpolitik ada dua proses  yang selalu saling terkait. Dua proses poliik itu adalah Hegemoni dan Dominasi. Hegemoni artinya hidup ini adalah suatu proses saling pengaruh memperngaruhi. Sedangkan Dominasi adalah dalam proses saling mem pengaruhi itu akan memunculkan suatu kekuasaan dalam hidup bersama itu .Kekuasaan itu ada yang dalam wujud perorangan,ada juga dalam wujud kelompok.Ada juga kekuasaan itu dalam wujud idiologi atau suatu paham tertentu.Politik dalam artian  murninya (pure ) adalah sangat luhur tidak kotor dan netral.Sangat tergantung pada pelaku-pelaku politik. Politk itu adalah alat bukan tujuan untuk mewujudkan cita-cita hidup mencapai kebahagiaan. Dalam ajaran Hindu ada  Nitisastra yang mengandung muatan ilmu politik.Kata Niti dalam bahasa Sansekerta artinya kebijaksanaan  atau politik. Dalam konsep Niti sastra, politik itu adalah alat untuk mewujudkan suatu kebijaksanaan dalam menata kehidupan bersama agar berbagai tujuan hidup bersama dapat terwujud. dengan  sebaik-baiknya.

Permasyalahan Kehidupan Politik.

Antara idialisme politik dan realita  politik dari jaman kejaman menjadi semakin tidak bertemu bahkan semakin sulit untuk dipertemukan . Bahkan di dunia barat timbul pameo politik kotor Agama suci. Sesungguhnya politik dan Agama sama-sama suci.Cuma Agama kesuciannya berasal dari Sabda Tuhan dan politik berasal dari suara hati nurani dan ratio manusia. Hati Nurani pada hakekatnya adalah suara Atman. Timbulnya kesenjangan antara idialisme politik dan realita politik karena semakin banyaknya para pelaku politik tidak menggunakan hati nurani dalam kehidupan berpolitik. Upaya yang harus dilakukan  adalah meluruskan kembali pengertian politik agar mejadi suatu  media membangun suatu kebijaksanaan untuk mewujudkan cita-cita hidup bersama yang  harmonis, dinamis dan produktif.Agama jangan dibuat berdikotomi dengan politik. .Agama dan politik harus diposisikan bersinergi sehingga dapat saling memperkuat fungsi masing-masing..Akibat dari Agama dan Politik diposisikan berdikotomi itulah timbul  penyalah gunaan politik dan Agama dalam menangani berbagai persoalan hidup bersama dalam suatu kehidupan berbangsa  dalam suatu wadah Negara.Kalau Agama dan politik dibangun secara bersama-sama dan diposisikan sesuai dengan prinsip Agama dan Politik maka Agama dan politik akan sama-sama memberikan kekuatannya.Dengan demikian politik akan mendukung fungsi politik dan politikpun akan mendukung fungsi Agama membangun masyarkat yang Jagat Hita.                                                               
Pengabdian Adalah Prinsip  Berpolitik.

Solusi dari permasyalah tersebut diatas adalah dengan  meletakan kehidupan berpolitik pada prinsip-prinsip berpolitik yang sesuai dengan norma-norma berpolitk yang benar. Salah satu prinsip berpolitik adalah menjadikan Agama sebagai landasan moral, mental  dan etika berpolitik. Mahatma Gandhi menyatakan bahwa :,politik tanpa prinsip  akan menimbulkan "dosa sosial". Ada dua aspek kegiatan berpolitik yaitu hegemoni  dan dominasi .Mencari pengaruh dan mencari kekuasaan .Mempengaruhi orang lain untuk diajak melakukan suatu yang baik dan luhur untuk kepentingan bersama adalah suatu perbuatan yang sangat mulia.Seorang guru memepengaruhi  muridnya agar mau belajar dengan baik,adalah  sesuatu yang sangat mulia.Demikian juga seorang pemuka agama  mepengaruhi umatnya yang seagama agar makin tumbuh niatnya melaksanakan ajaran agama yang dianutnya serta menghormati umat yang berbeda agama adalah suatu yang mulia juga.

Jadi hakikat mempengaruhi itu adalah untuk suatau pengabdian pada sesama hidup. Namun dalam praktiknya ada suatu proses mempengaruhi yang dilakukan untuk tujuan-tujuan sempit dan untuk kepentingan yang bertentangan dengan dharma.Hal inilah yang dimaksudkan dengan politik yang kehilangan prinsip. Sebab, bukan diabdikan untuk mengembangkan kebenaran dan kepentingan bersama yang sesuai dengan Dharma. .Demikian juga kekuasaan amat diperlukan untuk mengkoordinasikan dan mengakomodasikan berbagai potensi agar semua pihak dapat teratur serta berperan sesuai dengan fungsi dan profesinya untuk menyukseskan terwujudnya kepentingan bersama .Kekuasaan adalah untuk menegakan dan mengamankan agar tujuan bersama yang mulia itu dapat dicapai dengan aman.Demikian juga tiap fungsi dan profesi dapat berperan dengan baik menunjang tujuan bersama itu. Dapat dibayangkan betapa kacaunya kehidupan bersama dalam suatu negara kalau tidak ada penguasa.Cuma penguasa itu berkuasa bukan untuk kekuasaan itu sendiri. Penguasa berkuasa untuk mengabdi pada yang di kuasai,berdasarkan dharma atau kebenaran. seorang guru wajib menguasai kelasnya agar proses belajar -mengajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan yang di rancangkan. Kalau proses belajar mengajar itu dapat dilakukan dengan baik maka siswa yang belajar itu dapat menyerap pelajaran dengan baik. Seorang istri wajib menguasai suaminya agar dapat menjadi suami yang baik berdasarkan normanya .Demikian juga sebaliknya, seorang suami wajib menguasai istrinya.agar istrinya itu menjadi iostri  idaman yang mulia sesuai dengan  norma seorang istri yang idial. Cuma kekuasaan itu harus dijalankan  sesuai norma-norma yang berlaku.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak pihak yang menjalankan kekuasaan tanpa landasan norma-norma  yang berlaku, bahkan kekuasaan berada di atas norma. Bahkan dalam suatu negara ada penguasa melaksanakan kekuasaannya tidak berdasarkan hukum yang berlaku dalam negara tersebut.Kekuasaan yang dijalankan bertentangan dengan hukum itulah yang akan menimbulkan dosa sosial.

Pada zaman kerajan nilai-nilai agama yang tercantum dalam kitab suci itulah yang dijadikan dasar moral dan etika  untuk mengembangkan proses mencari pengaruh dan melaksanakan kekuasaan. Mengapa pada zaman kerajaan terjadi juga penyimpangan dalam kehidupan berpolitik,karena kurang tangguhnya pelaku politik dalam menghadapi godaan hidup yamg berasal dari dirinya maupun dari luar dirinya. Menurut Manawa Dharmasastra VII.17 menyatakan bahwa : Hukum adalah suami bagi Raja. Ini arinya Raja harus menjalankan kekuasaanya berdasarkan hukum  atau dalam kitab Manawa Dharmasastra tersebut disebut Dharma.Menurut Resi Kautiliya, seorang raja, meskipun berilmu tinggi dan sakti, kalau tidak mampu menguasai indrianya akan segera binasa.Inilah yang tampaknya yang sering diabaikan.Hidup sebagai seorang berpengaruh dan berkuasa adalah hidup yang rentang godaan. Godaan pengaruh dan  kekuasaan harus diwaspadai sunguh-sunguh.Pengaruh dan kekuasaan dapat membesar ego .Ego adalah akumulasi gejolak indria yang akan membawa orang pada kegelapan hati nurani.Dari sinilah awal terjadinya seorang politisi yang telah berhasil  mendapat pengaruh dan kekuasaan,akan kehilangan prinsip berpolitik untuk mengabdi pada Tuhan dan sesama manusia.Mengapa Pandawa memperoleh kemenangan lahir batin dalam hidupnya sedangkan Korawa terpuruk dalam kekalahan lahir batin dalam hidupnya  Pada hal keduanya menganut agama,mempelajari  weda dan berbakti kepada Tuhan.Swami Satya Narayana mengatakan, karena bagi Pandawa pertama-tama yang paling utama dilakukan adalah berbakti dan mengabdi pada Tuhan,kedua mengabdi pada sesama hidup ciptaan Tuhan, setelah itu barulah untuk dirinya. sedangkan bagi Korawa pertama-tama untuk kepentingan dirinya yang didahulukan, kemudian barulah kepentingan orang lain. Kadang-kadang saja ia berbakti kepadaTuhan. Itu pun kalau dalam keadaan susah baru ingat kepada Tuhan. .Kalaupun berbakti kepada Tuhan untuk menyampaikan permohonan hal-hal yang bersifat duniawi. permohonan yang demikian itulah disebut dalam Kekawin suta soma, memperkosa kehendak Tuhan.Tuhanpun akan membalikkan permohonan itu dan orang yang demikian akan disiksa oleh rajah tamah-nya sendiri.

Kekuasaan Raja pada jaman Kerajaan yang Theokratis sesungguhnya yang paling baik.Mengapa demikian , karena Raja berkuasa untuk mengamalkan ajaran Agama yang diajarkan dalam kitab suci Weda. Dalam kitab Sastra Hindu pada kitab Kautilya Artha sastra di sebut Chakra wrtti Dharma Prawartaka: Artinya kekuasaan Raja hanya untuk mengamalkan dan menegakan  Dharma. Kalau Raja berbuat diluar Dharma Raja tersebut adalah Dosa. Orang yang boleh diangkat sebagai Raja adalah orang yang sudah pernah terbukti membahagiakan rakyat. Atau disebut sudah pernah melakukan Rajintah.

Ada politis yang dengan sengaja menjauhkan diri dari kegiatan rohani.Alasannya, agar ia tidak takut berbuat dosa dan nanti setelah pensiun barulah ia akan khusus menebus dosa.Dalam proses menegakkan prinsip berpolitik ada sementara pihak berpandangan medikotonomi agama dan politik. dengan pandangan politik kotor dan agama suci.Hakikat politik adalah luhur dan suci kalau dilakukan sesuai dengan prinsip berpolitik yaitu berbakti dan mengabdi kepada Tuhan, mengabdi pada sesama hidup dan dari kegiatan hidup untuk berbakti kepada Tuhan serta mengabdi pada sesama sesuai dengan swadharma masing-masing seseorang akan mendapatkan kehidupan.Demikian pulalah seyogianya seorang politis.Namun dalam praktiknya prinsip itu sering diballik.  Hal inilah yang dijadikan dasar untuk menyebutkan politik itu kotor.Pandangan ini yang terlalu pragmatis empiris. Pandangan politik kotor dapat menimbulkan pengaruh pisikologis yang negatif,seolah-olah orang politik syah-syah saja berbuat kotor. Karena itu pandangan tentang berpolitik harus dikembalikan pada filosofisnya yaitu pengabdian pada kebenaran dan rakyat.Kalau berpolitik dilakukan sesuai dengan norma-norma berpolitik yang ideal untuk tetap berbakti kepada Tuhan  dan mengabdi pada sesama berdasarkan dharma maka citra pada politisi pun akan menjadi baik.Gejolak dalam dinamika politik pun akan makin teratasi.

Berpolitik Dengan Hati Nurani

Politik akan menjadi alat pengabdian bagi para politisi apa bila para politisi itu menyucikan hati nuraninya dengan melakukan kegiatan Agama.Atau dengan kata lain politisi itu adalah seorang yang religius. Politisi yang rligius itulah yang akan berpolitik dengan  hati nurani yang suci.

Kehidupan beragama dan kehiduoan sehari-hari sering dipisahkan dengan tegas.Sepertinya berdagang,berpolitik,berorganisasi,kerja dikantor pemerintah ataupun swasta tidak ada hubunganya dengan Agama.Beragama itu seolah-olah saat sembahyang atau ada upacara agama ataupun merayakan  hari besar agama .Demikian juga pemilu yang diadakan setiap lima tahun di Indonesia dewasa ini sepertinya kurang dikaitkan dengan agama.Lebih-lebih saat kampanye sebagai salah satu tahapan pemilu,norma-norma agama seperti tidak diperhatikan.Ajaran Karmapala,Tri Kaya Parisudha,Yama,Niyama Tatwamasi, Asta Brata dan lain-lainnya itu sepertinya hanya perlu didengarkan saat ada ceramah agama.Setelah itu tidak perlu dihiraukan lagi.

Hal ini karena adanya  paradigma " beragama itu suci dan berpolitik itu kotor." Prilaku kotor dalam berpolitik  seolah sah-sah saja.Sesunguhnya prilaku kotor dalam bidang apa saja tidak dibenarkan. Apalagi dalam bidang politik yang paling menentukan nasib bangsa. Kebencin,dendam,kebohongan,fitnah dan sejenisnya itu harus dihindari dalam kegiatan berpolitik .Mempengaruhi rakyat, mencari kekuasaan hal itu sah-sah  saja dalam kehidupan berpolitik dan memang itulah wujud empiris dari kegiatan politik .Karena kedua hal itu memang merupakan ciri utama dalam kegiatan  berpolitik.Yang harus diperhatikan adalah hakikat mencari pengaruh dan kekuasaan itu jangan dilupakan.Hakikat mencari pengaruh adalah untuk mewujudkan suatu kondisi masyarakat agar diajak  bersatu dan bekerja sama dalam menegakkan kebenaran dan keadilan demi kepentingan bersama mewujutkan rasa aman dan sejahtera (raksanam dhanam).. Demikian juga hakikat mencari kekuasaan sebagai ciri kedua kegiatan berpolitik bukan untuk memenuhi kepentingan individu dan kelompok yang sempit.Tujuan berkuasa adalah untuk mengapdi pada yang dikuasai .Pada zaman kerajaan agamalah yang dijadikan landasan berpijak dalam melaksanakan kekuasaan. sedangkan zaman demokrasi kehendak rakyatlah yang dijadikan landasan untuk menyelenggarakan kekuasaan.Timbulnya penyimpangan pada zaman kerajaan karena banyak raja lupa akan ajaran agama sebagai pegangan untuk menyeleng garakan kekuasaan. Sedangkan pada zaman demokrasi sering hukum yang dibuat oleh rakyat diabaikan.

Kekuasaan semestinya dijadikan berdasarkan hukum. Namun dalam kenyataan hukum itu dilaksanakan atas kehendak penguasa.Kalau hukum itu  menguntungkan penguasa maka hukum  ditegakkan .kalau dianggap tidak menguntungkan penguasa,diabaikan. karena itu dalam zaman apa saja kalau nilai-nilai Agama dilupakan dalam kehidupan berpolitik maka politik itu akan menjadi kotor.karena itu agama harus selalu menyertai kehidupan berpolitik agar politik kembali dapat mengabdi pada kepentingan masyarakatluas.Agama harus selalu dibeerikan porsi yang besar untuk dapat memberikan kontribusi yang tepat dalam kehidupan berpolitik.berpolitik harus dengan hati nurani.Kesucian hati nurani para politisi harus dijaga oleh nilai-nilai morar agama.

Para politis harus berpolitik dengan hati nurani.. Para politis harus orang yang aktif dalam menjalankan agama yang dianutnya.Jangan sengaja pimpinan politik merekrut ahli-ahli berkelahi untuk menjadi pengawal kegiatan berpolitik .Lebih-lebih jika para ahli berkelahi itu bertangan gatal dengan hati yang garang.Hal ini menyebabkan pemilu sebagai salah satu bentuk kegiatan politik  untuk mewujutkan  demokrasi,selalu diwarnai dengan kekerasan.Dalam  suasana kekerasan itu tentunya rakyat tidak bebas menyalurkan aspirasinya sesuai dengan suara hati nuraninya.Kampanye partai politik sesungguhnya suatu proses mencari pengaruh untuk bersaing merebut hati  rakyat.Bersaing itu bukanlah untuk saling  membunuh atau arena untuk balas dendam.
                                                                   
Bersaing adalah suatu proses untuk meningkatkan kualitas.Kualitas  yang tinggi itulah yang harus ditampilkan di hadapan rakyar.Pusatkan segala potensi untuk mewujudkan kualitas yang tinggi.Janganlah ada potensi yang di arahkan untuk  meredahkan kualitas yang lain. .Jangan membuang energi untuk menghantam lawan  bersaing .Hal ini kurang disadari oleh para politisi di indonesia.Dalam debat capres saja ada capres yang menghantam pribadi lawan debatnya. Sehingga debat itu berubah menjadi arena pertengkaran capres.

Persaingan politik  haruslah merupakan persaingan dalam merebut hati rakyat. para politik itu hendaknya menunjukkan kepintaran merumuskan masalah yang terjadi dalam masyarakat. Perumusan  masalah  tersebut dilanjutkan dengan memilih landasan teori yang tepat, yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah tersebut.Dari landasan teori itu dilahirkan solusi-solusi pemecahan masalah ,dilanjutkan  dengan menawarkan progam-progam yang prakmatis  untuk dilaksanakan  seandainya menang  dalam pemilu .Masyarakat  jangan dikerubuti dengan bendera,spanduk secara berlebihan dengan mengabaikan faktor keindahan,keamanan dan kenyamanan.Akan lebih baik  jika dana atribut itu sebagaian dijadikan bantuan  untuk menyukseskan  progam-progam  rakyat yang lebih bermanfaat untuk  mengentaskan kemiskinan ekonomi dan  kemiskinan moral.

Agama harus diberikan porsi yang jelas dan terprogram untuk menjarga agar prilaku para politis dari parpol bersangkutan memiliki hati nurani  dalam melakukan politik praktis. parpol haruslah mengadakan seleksi yang tepat  pada kader-kadernya yang akan  terjun ke masyarakat.  Dalam  seleksi itu nilai-nilai moral agama haruslah dijadikan unsur yang sangat penting dalam menentukan seleksi  tersebut.Parpol haruslah memiliki  program pembinaan  rohani yang jelas dan berkesinambungan untuk kader-kadernya.Sementara ini  ada parpol yang memiliki Biro Kerohanian dalam susunan pengurusanya .Namun kurang diberikan peran  untuk membangun  keluhuran moral dan daya tahan mental pada kader parpol tersebut.

Biro Kerohanian tersebut hanya formalitas semata. Kiprahnya sangat insidental dan hanya
untuk basa-basi saja.Membina kader yang miilitan  dan bermoral tingi menguasai visi politik
yang benar kurang diperhatikan.Berpolitik hanya bersifat hura-hura untuk mencarikan kedudukan para  kadernya agar dapat hidup mapan. Selama mereka mempunyai kedudukan  dan hidup mapan, akan setia pada parpol bersangkutan Begitu mereka tidak  mempunyai kedudukan merekapun loncat dengan alasan aspirasinya tidak tertampung oleh parpol bersangkutan. Karena perhatian parpol mengejar kedudukan semata, membentuk kader yang militan  kurang  mendapat perhatian.Karena itu parpol sangat miskin kader permanen yang bermoral luhur dan bermental tangguh menghadapi godaan hidup berpolitik.

Partai Politik Hindu.

Mengenai lembaga untuk mengamalkan idialisme dan konsepsi berpolitik menurut perspektif Hindu memang perlu diwacanakan lebih luas.Apa lagi menyangkut masyalah penanganan konflik.Dapatkan melalui Partai yang bernuansa Hindu untuk memanagement konflik sehingga akibat negatif yang ditimbulkabn oleh konflik itu dapat dicegah . Apakah umat Hindu di Indonesia sudah membutuhkan sebuah Partai Politik  Hindu untuk mengamalkan idialisme dan konsepsi politik yang  bernuansa Hinduisme. Dalam kondisi umat Hindu sebagai golongan yang minoritas di Indonesia  nampaknya  membangun Partai Politik Hindu belum begitu mendesak. Yang saya maksud dengan minoritas dalam artian kwantitas umat bukan dalam artian kwalitas ajaranya.Akan lebih baik umat Hindu yang terjun dalam bidang politik dibekali pengetahuan politik Hindu yang  baik dan memadai untuk dijadikan bekal dalam kiprahnya  sebagai politisi.. Dengan bekal pemahaman  ilmu politik menurut perspektif Hindu itu  para politisi Hindu akan dapat memberikan kontribusi positif dalam dinamika perpolitikan Nasional maupun regional.

Umat Hindu dalam menerapkan  idialisme politik Hindu itu  dapat dilakukan dalam partai politik yang menjadi pilihanya. Tentunya idialisme politik Hindu yang dapat diterapkan dalam Partai politik pilihanya  adalah aspek universal dari idialisme politik Hindu tersebut. Umat Hindu dalam melakukan kegiatan berpolitik dipartai pilihanya menjadi ajaran Hindu sebagai landasan moral,mental dan etika berpolitik..Dengan demikian kader-kader politik suatu partai yang bergama Hindu dapat menampilkan diri sebagai kader politik yang berkwalitas.Tidak gila jabatan,tidak mudah frustasi,tidak rakus,tidak suka mengadu domba.tidak menghalalkan semua cara mencapai tujuan politik dan tidak sombong.Disamping itu politisi Hindu harus mampu mendaya gunakan ajaran Hindu untuk menyerap, merumuskan dan menyelesaikan berbagai persoalan  yang dihadapi oleh-rakyat.Dalam bentuk lembaga keumatan Hindu seperti LSM,kelompok spiritual  maupun ormas Hindu baik yang tradisional maupun yang modern sebaiknya  jangan menjadi  onderbaw suatu partai politik.Lebih-lebih Parisada Hindu Dharma janganlah menjadi onderbaw suatu partai politik. Ini bukan berarti Lembaga-Lembaga Hindu  tersebut  anti partai politik. Lembaga-lembaga Hindu dapat saja bekerja sama dalam kesetaraan dengan berbagai partai politik dalam rangka meningkatkan peran masing-masing dalam pengabdiannya dengan kepentingan rakyat banyak.Independensi bukan berarti tidak boleh berhubungan dengan siapa saja..Sepanjang  untuk menegakan fungsi masing-masing dalam kesetaraan Lembaga-lembaga keumatan Hindu dapat saja bekerja sama dalam kesetaraan untuk kepentingan rakyat.Dalam kerjasama itu Lembaga-lembaga keumatan Hindu itu tidak membeda-bedakan partai politik. Kerja sama itu dapat saja dilakukan dengan partai politik manapun sepanjang kerja sama tersebut untuk menegakan fungsi masing-masing  tidak menghilangkan independensi untuk mengabdi pada masyarakat yang menderita.Meskipun demikian bukan berarti kalau ada umat yang memiliki gagasan untuk membentuk Partai Hindu harus dimusuhi.Setiap orang tentunya dijamin kemedekaanya untuk memunculkan ide-ide yang diyakininya sangat mulia.Namun demikian diharapkan setiap gagasan sebaiknya di kaji secara mendalam berbagai aspeknya.Mengkajinya itu mungkin dengan sistim Management SWOT seperti yang lazim berlaku dewasa ini.Janganlah ada yang mentabukan orang untuk memunculkan gagasan-gagasan yang dianggapnya baik dan mulia.

Hakekat Politik Tidaklah Kotor.

Slogan Politik Kotor Agama Suci  perlu dicermati dengan hati-hati.Slogan tersebut kemungkinan berasal dari pemikiran barat.Slogan tersebut dapat menimbulkan akibat pisikologis yang negatif bagi para politis.Karena politik itu di sebut kotor maka seolah-olah sah-sah saja bagi para politisi untuk berbuat kotor.Memang kenyataannya banyak politisi yang menghalalkan segala cara  untuk mencari tujuan pribadi yang sempit,yang di anggap sebagai tujuan politik. Politik dan agama sesunguhnya sama-sama suci namun kadar dan sumbernya berbeda.

Politik adalah hasil upaya manusia mewujudkan kebijaksanaan menata kehidupan bersama agar  semua unsur dan potensi dapat berperan sesuai dengan  kemampuannya untuk mengabdi  menciptakan kehidupan  yang aman, damai dan sejahtera.Sedangkan agama berasal dari sabda Tuhan yang supra empiris. Jadinya hakikat politik sangat mulia untuk mengabdi pada rakyat demi kepentingan  bersama. Jadinya tujuan berpolitik adalah untuk mengabdi pada mereka yang menderita dan mewujudkan kepentingan bersama  mencapai hidup bahagia..Kalau kenyataannya  ada politis melakukan kegiatan berpolitik untuk mencapai  tujuan pribadi  yang sempit, misalnya mendapatkan  kedudukan agar dapat  hidup berfoya-foya menikmati fasilitas kedudukan dengan menggunakan uang rakyat.Hal itu bukanlah prinsip politik. Hal itu adalah penyelewengan dari  prinsip politik yang benar.Berpolitik adalah kegiatan  untuk mendaya gunakan lembaga-lembaga politik sebagai  wadah  untuk menyerap dan merumuskan aspirasi  rakyat untuk diperjuangkan dalam kehidupan bersama. Perjuangan itu menjadi kebijaksanaan  bersama dalam rangkai mencapai tujuan bersama  mewujudkan kehidupan yang sejahtra lahir batin.

Untuk mewujudkan   kebijak sanaan  bersama itu agar menjadi kenyataan dibutuhkan  orang yang diberikan  kekuasaan  untuk memimpin agar kebijaksanaan  tersebut  menjadi kenyataan  yaitu  mewujudkan keamanan, kedamaian dan kesejahteraan  bersama. Berpolitik  adalah mewujutkan norma-norma untuk memunculkan  kekuasaan dan penguasa yang dikehendaki bersama. Lembaga-lembaga politik seperti partai politik bukanlah lembaga untuk memperjuangkan  kepentingan  pribadi dan golongan yang sempit Karena itu seorang politisi adalah seorang pengabdi.. Politisi hendaknya sebagai profesi pengabdian kepada rakyat dan kebenaran. .Dalam pandangan Hidup pengabdian melalui profesi  sebagai politisi dapat digolongkan sebagai Ksatria Varna.Dalam  Manawa Dharmasastra 1,89 disebutkan kewajiban pokok politisi tersebut adalah untuk  menciptakan rasa aman dan sejahtera bagi masyarakat (Prajanam Raksanam Danam). Kewajiban itulah  yang  ditugaskan oleh Tuhan kepada para politisi (Kasatria). Karena demikian mulianya kewajiban seorang politisi maka Manawa Dharmasastra menekankan  agar seorang politis juga mempelajari  kitab suci dengan baik, dan  mengendalikan hawa nafsunya, termasuk melangsungkan upacara keagamaan yang bernilai spiritual.. Pada hakikatnya  seorang politisi juga seorang negarawan .Politisi berpolitik  bukan mementingkan diri dan  golongannya namun demi kepentingan negara dan kebenaran (Dahrma). Jadinya partai politik hanyalah wadah untuk  menjaring aspirasi, merumuskan dan memperjuangkan kepentingan rakyat. Rumusan aspirasi tersebut diwujudkan menjadi program yang praktis  sampai dapat dinikmati oleh rakyat. Kalau dari  pengabdian tersebut politisi mendapat imbalan  berupa penghormatan, jabatan ,fasilitas dan lain-lainnya itu saya kira wajar wajar saja..Namun jangan lah itu dijadikan motivasi berpolitik.Kalau kedudukan pribadi tersebut dijadikan  dasar berpolitik,hal itulah yang patut digolongkan perilaku politik yang menyimpang dari prinsip politik yang benar.Karena perilaku politik yang menyimpang itulah menyebabkan banyak pihak berpendapat politik itu  kotor.

Sesungguhnya perbuatan kotor dapat dilakukan diberbagai bidang.Dalam bidang agama pun banyak orang  melakukan perbuatan kotor.Namun tidaklah berarti agamanya yang disebut kotor.Manusianya yang berpolitik atau  beragama itulah yang kotor.karena itu parapolitis wajib mengembalikan citra politik itu agar kembali citranya mulia.

Agar politik kembali mulia para politisi haruslah menjadikan moral agama sebagai landasan berpolitik.Janganlah agama dan politik dipisahkan  dan dipertentangkan. Namun posisi dan fungsi antar agama dan politik itulah yang harus didudukkan pada posisi dan fungsi yang tepat dan benar. Agama menjaga politik dengan moral yang luhur dan mental yang tanguh.Sedangkan  politik sebagai pengawal agama agar jangan agama diselewengkan untuk kepentingan yang sempit.Membangun agama demi bangsa dan membangun bangsa untuk melindungi agama. Nilai-nilai agama akan menjadi kekuatan untuk meluhurkan moral dan  mental bangsa. Negara dan bangsa yang kuta akan da[pat menjamin kebebasan umat beragama  untuk melakukan ajaran Agama sesuai dengan pilihanya.

Bangsa yang kuat akan memberikan pengayaoman pada kehidupan beragam yang baik. Motif pribadi yang sempit sebagai dasar berpolitik, kalau gagal akan  menimbulkan kekecewaan. Kalau berhasil mencapai kedudukan  akan timbul kecongkakan dan penyalah gunaan  wewenang.Jabatan dan wewenang yang diperoleh bukan untuk mengabdi  pada mereka yang menderita,namun untuk menimbulkan kekayaan demi kepentingan diri dan keluarga..Iulah penyelewengan  politik yang menimbulkan dosa sosial. Mahatma Gandhi adalah contoh pemimpin perjuangan politik yang sangat mulia. Mahatma Gandhi  berjuang  melawan penjajah inggris menggunakan landasan  Satya Graha,Ahimsa dan Swadesi sebagai filosofi perjuangannya.Atas landasan  filosofi tersebut Mahatma Gandhi mendapat dukungan  dari seluruh rakyat india.Setelah perjuangannya berhasil justru Mahatma Gandhi tidak mau memgang  jabatan  empuk dikursi kekuasaan.. Yang diperjuangkan justru  Nehru,seorang Pandita Hindu menjadi Perdana Mentri pertama India. Radha Krisna seorang suci akhli  Darsana (Filsafat Hindu ) yang sangat terkenal dijadikan Presiden pertama India. Auro Bindo yang dijadikan ketua Parlemen India pertama .Auro Bindo juga seorang Resi..Jdinya mahatma Gandhi adalah seorang politisi,negarawan dan rokhaniawan Hindu yang komplit..Karena perjuanganya itu Mahatma Gandhi sampai mencapai keadaan hidup tanpa nafas. Artiny meskipun Mahatma Gandhi sudah tidak bernapas lagi,apa ayang pernah beliau lakaukan itu menjadi teladan dan sumber inspirasi dari jutaan manusia di dunia.Pikiran,ucapan dan tindakanya benar-benar memberikan penerangan  jiwa pada banyak manusia dan para  pemimpin  di dunia ini.

Satya Graha adalah salah satu Wrata dari Mahatma Gandhi  yang artinya suatu sikap yang berpegang teguh pada kebenaran Weda..Ahimsa adalah Wrata  berikutnya yang artinya Mahatma Gandhi pantang menggunakan cara-cara kekerasan  atau kasar dalam memperjuangkan cita-citanya..Wrata berikutnya adlah Swadesi artinya suatu sikap hidup mandiri tidak tergantung pada pihak lain.Dari tiga belas Wrata yang dijadikan pegangan  dalam perjuangan oleh Mahatma Gnadhi. Tiga dasar perjuangan itulah yang menyebabkan penjajah Inggris menjadi takluk dan menjadikan India merdeka dari penjajahan.

Dalam  Itihasa dan Purana banyak  juga tokoh-tokoh politik yang juga seorang Negarawan yang dapat dijadikan contoh dalam mengembangkan paradigma politik Hindu. Dalam Sastra Weda kita mengenal Ilmu Arthasastra atau Nitisastra sebagai Ilmu yang mengandung muatan ilmu politik .Karena dalam   kitab Sastra Weda tersebut ada konsep untuk membangun suatu kehidupan bernegara yang sejahtra..Seperti adanya kewajiban untuk mengamalkan ajaran Catur Widya atau empat Ilmu untum membangun Negara sejahtra. Catur Widya itu adalah Anwiksaki = Ilmu Idiologi..Weda Trayi  = ilmu  untuk membangun moral yang luhur. Wartta =ilmu untuk membangun kesejahtraan ekonomi dan Dandha Niti  =ilmu management.

Demikian juga dalam Ilmu Nitisastra dikenal adanya konsep pemukiman yang idial .Agar pemukiman itu menjadi wadah kehidupan yang kondusive membangun kehiduapn yang sejahtra lahir batin..Dalam kitab Kautilya Athasastra dan juga Manawa Dharmasastra  terdapat bagaiamana  membangun suatu negara dengan unsur-unsurnya yang lengkap.Hal ini agar kehiduopan politik disuatu negara dapat memberi kontribusi  untuk  membangun  stabilitas hidup  dalam artian yang luas. Dengan mengikuti ajaran Nitisastra ini dalam melakukan kegiatan berpolitik maka politik itu tidaklah kotor.

Hubungan Agama Dan Negara.

Sumber ajaran  Agama Hindu adalah kitab suci Veda. Kitab suci Veda  adalah Sabda Tuhan sering juga disebut Apuruseya  Sabda. Apuruseya Sabda artinya bukan ucapan manusia. Isi kitab suci Veda adalah “Sanatana Dharma “ artinya kebenaran yang kekal abadi.Swami Siwananda menyatakan bahwa isi Veda yang kekal abadi itu penerapannya selalu “Nutana “ artinya selalu dapat diperbaharui sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan jaman.Syair-syair kitab suci Veda disebut Mantra sedangkan tafsir Veda yang disebut kitab Sastra Veda syairnya disebut Sloka.

Mantra-Mantra Veda itu sebagai Sabda Tuhan dinyatakan dalam Mantra Atharvaveda X.7.20.,Mantra Yajurveda XXXI,7. Kitab suci Veda sebagai Sabda Tuhan dinyatakan pula dalam kitab suci Bhagawad Gita XV.15 dan Manawa Dharmasastra I.23.Karena itulah tidak benar di dunia ini ada Agama langit dan agama bumi dan Agama Hindu selalu digolongkan Agama bumi.Penggolongan itu sama sekali tidak berdasar.

Kebenaran Veda yang kekal abadi itu agar selalu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan jaman maka penerapanya agar sukses (Dharma Sidhyartha) harus terus diperbaharui (Nutana Dharma).Karena itu Agama Hindu dalam pengamalanya ada aspek yang tidak boleh dirubah dan ada aspek yang dapat dirubah. Karena itu penerapan Agama Hindu agar sukses, Manawa Dharmasastra VII.10 menunjukan lima pedoman untuk dijadikan dasar pertimbangan menerapkan ajaran Agama Hindu. Lima pedoman sebagai dasar bertimbangan menerapkan ajaran Hindu itu adalah : Iksha,Sakti,Desa, Kala danTattwa. Maksudnya Agama Hindu itu boleh disesuaikan dengan cita-cita hidup seseorang atau masyarakat (Iksha).disesuaikan dengan kemampuan umatnya (Sakti),disesuaikan dengan keadaan setempat (Desa) dan disesuaikan dengan waktu dan jaman (Kala).Namun demikian tidak boleh bertentangan dengan kebenaran yang hakiki dari Veda (Tattwa). Jadinya Tattwa inilah yang harus kekal abadi. Inilah menyebabkan Agama Hindu bentuk luarnya dimana-mana berbeda-beda.Namun intinya pasti sama dan universal.Inilah yang sekarang disebut berpikir universal bertindak lokal.

Prof DR.S.Radhakrishnan akhli ilmu filsafat dan Presiden India pertama menyatakan Hindu itu bukan semata-mata  “The Hindu Religion” tetapi intinya adalah “The Hindu Way Of Life “.Pernyataan S.Radhakrishnan ini dikutip oleh Sri Swami Siwananda dalam bukunya All About Hinduisme. Maksudnya pernyataan Radhakrishnan ini adalah Hindu itu bukanlah semata-mata Agama sebagia ajaran rokhani untuk mencapai Tuhan yang bersifat Supra Empiris.Tetapi ajaran Hindu itu adalah merupakan tuntunan hidup yang universal yang menuntun umat manusia menapak kehidupanya di dunia ini sampai di dunia yang lain. Karena itu Sri Swami Siwananda juga menyatkan bahwa kitab Catur  Veda memuat 20389 Mantra atau syair suci. Seluruh Mantra Veda itu mengandung empat kelompok untuk menuntun empat tahapan hidup yaitu:
          1.Mantra Samhita: memuat  tuntunan hidup Brahmacari (tahapan hidup berguru)
          2.Brahmana    : memuat tuntun hidup Grhastha (tahapan hidup berumah tangga)
          3.Aranyaka     :memuat tuntunan hidup Wanaprastha (tahapan hidup saat pensiun)
          4.Upanishad :memuat tuntunan hidup Sanyasin (tahapan hidup untuk meninggal
             kan kehidupan di dunia ini menuju dunia yang lain.

Untuk menata tuntunan hidup tersebut manusia harus berkerja sama satu sama lainya.Kerjasama itu pada awalnya dalam bentuk yang sederhana sampai terbentuknya Negara dalam bentuk Kerajaan.Untuk menata hidup bersama itu Tuhan menciptakan manusia unggul yang memiliki sifat-sifat Dewata dan melebihi dari sifat-sifat manusia yang dipimpinnya.Inilah yang disebut Raja dalam kitab Manawa Dharmasastra VII dalam beberapa Sloka (syairnya). Raja dalam bahasa Sansekerta berasal dari kata Raj artinya memimpin pengamalan ajaransuci Veda dalam masyarakat Kerajaan.Karena Raja itu manusia tentunya disamping memiliki kelebihan ada juga kekuranganya. Untuk memelihara kelebihanya itu dan menekan kekuaranganya Tuhan menurunkan Putranya yang disebut Dharma sebagai pegangan Raja dalam menjalankan kewajibanya memimpin pengamalan  Veda.Dalam Manawa Dharmasastra.VII.14  menyatakan :
Demi untuk itu Tuhan menciptakan Putranya Dharma,pelindung semua makhluk, penjelmaanya dalam bentuk Undang-undang (hukum).Inilah wujud kemuliaan dari Tuhan.
Dalam Sloka berikutnya yaitu Manawa Dharmasastra VII,17 dinyatakan bahwa :
Undang-Undang (hukum) itu adalah suami bagi Raja yang mengatur berbagai hal dari penguasa.Dan itu disebut kepastian bagi keempat tingkatan hidup yang tunduk kepada undang-undang.

Selanjutnya dalam Manawa Dharmasastra VII,18 dinyatakan tentang kedudukan hukum dalam kehidupan bersama dalam Kerajaan sbb:
Hukum itu sendiri yang memerintah (menggerakan) semua makhluk.hukum itu sendiri yang melindungi mereka,hukum yang berjaga selagi orang tidur.Orang-orang bijaksana menyamakanya (hukum) itu dengan Dharma.

Memperhatikan beberapa pernyataan kitab suci Manawa Dharmasastra itu bahwa Agama Hindu sebagai Sabda Tuhan juga mengatur kehidupan umat manusia di dunia ini dari tahapan hidup Brahmacari Asrama yaitu tahapan hidup berguru sampai pada tahapan hidup mempersipakan diri untuk meninggalkan hidup di dunia Sekala (nyata) dan menuju kehidupan di dunia lain yaitu di dunia Niskala (dunia rokhani).

Untuk mensukseskan tujuan hidup pada setiap tahapan hidup dibutuhkan kerjasama dalam wujud Negara yang pada jaman dahulu disebut Kerajaan.Kehidupan bersama dalam Kerajaan itu dipimpin oleh seorang Raja.Raja dalam memimpin itu tidak boleh menuruti kehendaknya sendiri .Kekuasaan Raja dan aparat bawahanya dibatasi oleh Dharma atau undang-undang sebagaimana dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra VII,Sloka 14 dan 17 tersebut. Hal ini menyatakan bahwa Agama Hindu tidak mengenal Negara kekuasaan tetapi Negara Hukum.Karena menurut kutipan Manawa Dharma sastra diatas bahwa Hukum itu suami bagi Raja. Ini artinya kedudukan hukum lebih tinggi dari Raja. Hukum itu adalah ciptaan Tuhan dan orang yang boleh menjadi Raja adalah orang yang memiliki sifat-sifat Kedewataan.Ini artinya Raja itu harus orang yang religius.Raja yang religius itu adalah  orang yang memiliki delapan sifat-sifat Dewa sebagai manifestasi Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam Manawa Dharmasastra VII.7.Delapan sifat-sifat Dewa inilah dalam kitab Ramayana disebut Asta Brata.Dalam Asta Brata Ramayana Walmiki dan Ramayana Kekawin hal ini dijelaskan lebih  jelas dan rinci.

Jadinya menurut konsep Hindu ,Agama memberikan landasan moral dan etika untuk mengatur kehidupan manusia didalam kehidupan bersama dalam Negara agar umat manusia dapat mewujudan tujuan hidupnya dengan tertib dan benar.

Dalam sistim pemerintahan Kerajaan menurut ajaran Hindu Raja itu harus selalu didampingi oleh Pandita yang disebut Purohita.Puro hita ini bukan dibawah kekuasaan Raja. Raja juga bukan bawahan dari Purohita.Hal ini diuraikan secara panjang lebar dalam kitab Kautilya Arthasastra. Kesejajaran Raja dan Purohita sebagai Pandita istana nampak  dalam sistim pengangkatan seorang Raja dan Purohita. Kalau menobatkan Raja dilakukan oleh Pandita istana (Purohita) dengan suatu Upacara yang disebut Raja Suya.Jadinya Purohitalah yang menobatkan Raja. Sebaliknya pelantikan Purohita dilakukan oleh Raja. Raja melantik Purohita dengan suatu Upacara yang disebut Brhaspati Sawa.
Kesejajaran kedudukan Raja dan Purohita ini menggambarkan bahwa ajaran Hindu memandang membina kehidupan duniawi sejajar dengan membina kehidupan rokhani.Jadinya Agama menurut pandangan Hindu bukan mengurus hal-hal rokhani semata.Kehidupan  duniawi dan rokhani harus dibuat bersinergi.Raja dan Purohita itulah yang berkewajiban untuk mensinergikan dua kehidupan itu.Atasan Raja dan Purohita adalah Dharma (undang—undang).Dharma itu artinya sangat luas.Namun dalam hal ini Dharma itu artinya undang-undang yang bersumber dari Sabda Tuhan.

Jadinya menurut pandangan Hindu kehidupan bernegara dan beragama memang berbeda tetapi tidak terpisah. Namun perbedaan itu bukan perbedaan yang berdikotomi. Perbedaan itu adalah perbedaan yang komplementatif sinergis.Artinya perbedaan yang saling lengkap melengkapi dan saling memperkuat satu sama lainya.

Konsep Negara Menurut  Pandangan Hindu.

Negara dalam ajaran Hindu di sebut Rajya.Yang memimpin Rajya inilah disebut Raja. Menurut ketentuan Manawa Dharmasastra IX,294 suatu kehidupan bersama dapatdisebut Rajya atau Negara apa bila memiliki tujuh unsur yaitu : Swamin (Raja).Amatya (para Mentri), Puram (IbuKota),Rastra (wilayah),Kosa(perbendaharaan),Danda (angkatan
bersenjata) dan Suhrittatha ( Negara sahabat yang mengakui ).Namun dalam Manawa DharmasastraVII,157  unsur Negara itu ada lima yaitu  Amatya ( pemerintahan = semacam kabinet ),Rastra (wilayah),Artha (harta benda) juga berarti tujuan,Durgha (benteng) dan Dandakyah (angkatan bersenjata).Dalam kitab Kautilya Arthasastra konsep Negara itu harus memenuhi tujuh unsur yaitu :Swamin (Raja) ,Amatya ( pemerintahan), Janapada(wilayah dan penduduk),Durgha (benteng pertahanan) ,Kosa (perbendaharaan Negara).Bala (angkatan bersenjata) dan Mitra (Negara sahabat yang mengakui).
Unsur Negara inilah kemungkinan menjadi konsep Catur Bhuta Negara pada jaman Majapahit yaitu Prabhu (Raja),Praja (penduduk), Mandala (wilayah) dan Dharma Negara (tujuan Negara). Dalam beberapa contoh konsep Negara menurut Hindu tidak dimasukanya unsur Putohita.Ini artinya sistim kehidupan beragama tidak secara langsung berada dibawah sistim pemerintahan negara.Namun demikian sistim kehidupan beragama itu tidak berdikotomi dengan sistim pemerintahan Negara.Sistim beragma itu memberikan sinergi dan kontrol pada sistim pemerinthan Negara.Ini artinya sistim beragama itu hendaknya bukan subordinasi dari sistim pemerintahan Ngegara.Meskipun demikian bukan berarti sistim beragama berada diluar Negara. Sistim beragama itu menjadi sumber inspirasi dari kehidupan pemerintahan Negara.

Raja dalam ajaran Hindu disebut sebagai golongan Ksatria. Dalam ajaran Hindu dinyatakan Raja itu wajib berbuat untuk menciptakan rasa aman dan mengusahakan kesejahtraan bagi rakyatnya. Dalam Manawa Dharmasastra I,89 dinyatakan : Prajanam raksanam daanam. Artinya para Ksatria diwajibkan oleh Tuhan untuk memberikan rasa aman (Raksanam) dan terciptanya kesejahtraan (Daanam) bagi rakyatnya (Prajanam). Dalam Sloka tersebut dinyatakan pula Raja sebagai Ksatria untuk melakukan Upacara keagamaan,mendalami kitab suci dan mengendalikan hawa nafsunya. Jadinya secara Sekala Raja itu berbuat untuk mengusahakan rasa aman dan sejahtra bagi rakyatnya. Sedangkan secara Niskala Raja hendaknya melakukan Upacara keagamaan untuk mendoakan keselamatan rakyat ,membekali dirinya dengan pengetahuan suci dengan mendalami kitab suci dari Agama yang dianutnya.Dan yang sangat penting Raja memberikan contoh dalam hidupnya tidak hidup untuk menghumbar hawa nafsu.              
    
Konsep Negara Sekuler dan Negara Agama.

Istilah Negara Sekuler dan Negara Agama sepanjang pengetahuan saya tidak dikenal dalam pandangan Agama Hindu. Istilah Sekuler dan Sakral sering membuat kita terkecoh pada suatu  debat yang tidak tentu ujung pangkalnya. Istilah itu harus dibatasi pengertianya.Dalam kenyataanya Negara Sekuler itu adalah Negara yang tidak menjadikan ajaran suatu Agama tertentu sebagai dasar menata pemerintahan Negara. Sedangkan Negara Agama adalah Negara yang menjadikan ajaran Agama tertentu sebagai dasar Negara. Dinegara yang tidak menjadikan ajaran Agama tertentu sebagai dasar bernegara kehidupan beragama malahan ada yang baik dalam artian Agama mampu memberikan kontribusi yang positif pada prilaku  penduduknya baik yang duduk menjadi pejabat Negara maupun yang  menjadi pengusaha dan lain-lainya.Menurut  pandangan Agama Hindu kehidupan bernegara dalam artian oprasional hendaknya diciptakan manusia sendiri.Namun demikian ajaran Agama sebagai sabda Tuhan dapat dijadikan sumber inspirasi dalam menciptakan berbagai hal dalam kehidupan bernegara yang baik dan benar.Dalam pengertian ini konsep Sakral dan Sekular tidak dicampur adukan namun  dibuat saling bersinergi dalam kehidupan bersama dalam kehidupan bernegara. Kehidupan Sekuler tidak menentang kehidupan beragama yang Sakral dan kehidupan beragama yang Sakral tidak melupakan kehidupan yang duniawi yang Sekular.Dengan bersinerginya kehidupan Sakral dan Sekular ini dapat membangun manusia seutuhnya. Namun kalau  yang Sakral dan yang Sekular dicampur adukan lebih-lebih dibuat dikotomis maka semua sistimpun akan menjadi rusak. Ibarat bubur kacang hijo di  isi kecap dan saos. Namun kalau mie kuah diisi kecap dan saos, setelah makan mie kuah kita makan bubur kacang hijo hal itu justru menjadi semuanya enak.

Hubungan Sakral dan Sekular ini mungkin mirip dengan konsep Sekala dan Niskala dalam ajaran Hindu.Seperti kalau umat Hindu bikin rumah.Setelah rumah selesai secara fisik terus diupacarai secara keagamaan Hindu. Rumah yang diselesaikan secara fisik itu disebut langkah Sekala. Sedangkan Upacara keagamaan Hindu untuk meresmikan rumah itu disebut langkah Niskala. Ini artinya mensinergikan yang nyata dan yg tak nyata
Jadinya Negara Sekular dan Negara Agama itu tidak dikenal dalam sistim bernegara menurut ajaran Agama Hindu. Dalam kehidupan bernegara  menurut ajaran Agama Hindu itu menata kehidupan pemerintahan Negara disebut  langkah Sekala ,sedangkan Upacara keagamaan bagi pemimpin Negara dan untuk keselamatan Negara hal itu disebut langkah Niskala.

Demikian juga menyangkut kehidupan berpolitik. Hindu tidak mengenal istilah “ politik kotor Agama suci “. Berpolitik itu tujuanya juga suci seperti tujuan beragama.Karena politik itu hahekatnya adalah mengabdi pada kepentingan rakyat banyak dan mengabdi kepada mereka yang menderita.Mengabdi kepada rakyat  terutama kepada mereka yang menderita dengan konsep yang dianut oleh politisi bersangkutan. Karena itu berpolitik itu ada dua wujud kegiatanya yaitu mencari pengaruh (hegemoni) dan mencari kekuasaan (dominasi). Mencari pengaruh untuk tujuan mulia dan mencari kekuasaan untuk mengabdi kepada yang dikuasai hal itu justru mulia.Mencari pengaruh itu sesungguhnya untuk mendapatkan kepercayaan dan dukungan akan gagasan mulia dari politisi bersangkutan.Demikian juga mencari kekuasaan untuk mendapatkan kesempatan mewujudkan gagasan pengabdianya kepada rakyat.Itulah prinsip politik.Karena itulah Mahatma Gandi menyatakan bahwa : “Politik tanpa prinsip menimbulkan dosa sosial”. Mengapa timbul  istilah “Agama suci politik kotor “.Hal itu muncul sebagai pernyataan atas kenyataan yang terjadi dalam praktek kehidupan berpolitik. Politisi mencari pengaruh dan kekuasaan untuk mendapatkan fasilitas publik untuk mengumbar hawa nafsu dan popularitas untuk kepuasan hidup duniawinya.Bahkan dalam kehidupan berpolitik itu mereka menghalalkan semua cara.Yang penting tujuan tercapai soal cara tidak perlu diperhitungkan landasan moralnya. Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip politik.Kalau saja politisi itu mau bertapa artinya tidak berpolitik dengan hawa nafsu tetapi berpolitik dengan hati nurani,maka politik itu suci karena untuk mengabdi kepada rakyat.Pengabdian politisi kepada rakyat itulah yang akan membawa politisi suci.

Kesimpulan.
                    1. Kehidupan politik di Indonesia  dewasa ini semakin jauh dari idialisme  politik  untuk mengabdi pada kehidupan masyarakat  yang dinamis dan stabil.Karena hanya dalam  keadaan stabil itulah  masyarakat dapat berdinamika membangun dirinya mendapatkan kehidupan yang aman dan sejahtra lahir batin.
                    2.Pembangunan bidang Agama /moral di Indonesia belum mampu memberikan kontribusi yang berarti pada  kemajuan berpolitik di Indonesia.
                    3.Politik dalam Negara Theokrasi  Hindu sesungguhnya dapat membangun kehidupan politk.Karena ajaran Agamalah yang dijadikan pegangan utama oleh para politisi dalam melakukan kegiatan politik. Runtuhnya Negara Kerajaan yang Theokrasi karena para politisi (para Ksatria) tidak lagi berpegang pada ajaran Agama  dalam melakukan kegiatan politik.
                   4. Untuk mengembalikan kehidupan politik yang sehat hendaknya dikubur slogan politik kotor Agama suci. Karena Politik dan Agama itu sama-sama suci cuma sumbernya yang berbeda. Politik hasil upaya  hati nurani manusia.Sedangkan Agama adalah Sabda Tuhan. Prilaku kotor itu dapat saja dilakukan oleh politisi maupun oleh tokoh Agama.
              5.Politik dan Agama dalam artian spiritualitasnya harus disinegikan dalam kehidupan berpolitik.Dengan demikian orang berpolitik itu akan  menjadikan Agama sebagai pedoman prilaku dalam berpolitik  yang lebih riil dalam masyarakat.
               6. Jangan mentabukan politik dalam kehidupan beragama,sepanjang berpolitik itu dilakukan berdasarkan prinsip politik yang benar yaitu mengabdi pada mereka yang menderita.
       Demikianlah pandangan Hindu tentang politik dalam kehidupan bernegara.
.

                              PUSTAKA  YANG  DIGUNAKAN.

Bibek Debroy,Dipavali Debroy                                : Padma Purana
               Th 2000.                                                     Narada Purana
                                                                                  Brahma Purana.

Darmayasa,I Made                                        : Canakya Niti Sastra,alih bahasa dan

                 Th 1995.                                           komentar.
                                                                         Penerbit.Yayasan Dharma Naradha
                                                                         Cetakan Pertama.

Kajeng.I Nyoman.                                          : Sarasamuscaya.alih bahasa.
              1970/1971                                          Penerbit Ditjen Bimas Hindu dan Budha.

Mantra.Prof DR Ida Bgs.                                : Bhagawad Gita,Alih Bahasa
               Th 1967.                                            Penerbit  : PHDI Pusat.
        
Ngurah Bagus.Prof DR I Gusti (Penyunting)           : Hindu Dharma (Kumpulan Naskah)
             Th.1995.                                                        Penerbit: Upadasastra Denpasar
N.Kasturi.Prof.DR.                                                : Dharma Wahini.disunting/terjemahan
                                                                               oleh: Dra RetnoS.Buntoro.
            Th.1993                                                      Diterbitkan Oleh:Komite Penerbitan
                                                                                Buku Yayasan Sri Sathya Sai Indo
                                                                                nesia.Jl.Pasar Baru Selatan N0:26
                                                                                            Jakarta.            


Oka. I Gusti Agung.                                                    : Slokantara,Alih Bahasa
             Th..1992.                                                          Penerbit: Hanoman Sakti
            .                                                                         Jakarta.
                                                                         
Purwita.Drs Ida Bagus                                   : Pengertian Padharman di Bali.
              Th 1980                                              Naskah Sekripsi.

Putra.dkk.Drs I.Gst Agung Gede.                      : Sejarah PerkembanganAgama Hindu
             
             Th.1987.                                                 di Bali. Penerbit.Pemda Bali

Puja.MA.I Gde dan Tjok.Rai Sudharta.MA.   : Manawa Dharmasastra,alih bahasa.
               Th.1977/1978.                                   Penerbit : Dep. Agama.R.I.

Poerbatjaraka,R.Ng. Prof DR.                         Nitisastra Kekawin,alih bahasa
              Th,1971.                                            Diperbanyak oleh P.G.A Hindu Negeri
                                                                         
Radhakrishnan.DR.S.Terjemahan oleh Tri,B.Sastrio : Pencarian Kebenaran
             Th.2000.                                                           Penerbit:F.Penyadaran Dharma



R.Goris.TerjemahanProf.Dr.Koentjaraningrat.  : Sekte-Sekte di Bali.

            Th.1974.                                                    Penerbit : Bhratara.Jakarta.

Sri Swami Siwananda.                                  : All About Hinduism.Diterjemahkan  oleh
               Th.1988.                                          Yayasan Sanatana Dharmasrama.Surabaya
                                                                        dengan judul.Intisari Ajaran Hindu. 1993.
                                                                        Penerbit : Paramita Surabaya.
Sura. Drs .I Gede.                                            : Pengendalian Diri dan Etika
                                                                           Dalam Kehidupan.
          1987                                                         Penerbit.Ditjen Bimas Hindu danBudha


Titib. DR I Made.                                              : Ketuhanan Menurut Weda.
        Th 1994                                                     : Penerbit : Pusataka Manik Geni.



Titib. DR. I Made.                                               :Teologi Hindu Dan Simbol-Simbol
         Th.2000.                                                      Dalam Agama Hindu.
                                                                              Penerbit. Paramita Suarabaya.


Titib.Drs. I Made.                                                          : Weda Walaka.
             Th.1986.                                                            Penerbit:PT. Dharma Nusantara
                                                                                        Bahagia. Jakarta.

Titib.DR I Made.                                           : Veda Sabda Suci.
              Th.1996.                                           Pedoman Praktis Kehidupan
                                                                       Penerbit : Pramita Surabaya.
Titib.DR.I Made.                                                 : Purana.
         Th.2001/2002.                                            Penerbit: STAH.Negeri Denpasar.

Vivekananda(terjemahan)                                            : Suara Vivekananda
             Th. 1972.                                                         Stensilan Institute Hindu Dharma 

Vivekanada (terjemahan,Yogamurti.M.R.                    : Karma Yoga.
             Th.1973                                                             Penerbit:Murnianda.Brotherhood         


Wiana. Drs I Ketut.                                             : Berbhakti Kepada Leluhur,
           Th.1998                                                     Upacara Pitra Yadnya dan Upacara
                                                                              Nuntun Dewa Hyang.
                                                                              Penerbit : Paramita Surabaya.






Wiana.Drs I Ketut                                             : Memelihara Tradisi Weda
Th. 2002.                                                            Penerbit Bali Post.

Wiana.I Ketut.                                              : Nitisastra,Ilmu Bangun Negara.
            Th.1982.                                             Penerbit: Ditjen Bimas Hindu dan Budha.
                                                                       Dep.Agama.R.I. Jakarta.




Wiana. Drs .I Ketut                                            : Veda Vakya.Tuntunan Praktis Memahami           
          Th. 2002.                                                    Veda.Jilid Pertama.
                                                                              Penerbit. Bali Post.
                                                                                                                     
Wiana.I Ketut                                                : Veda Vakya: Mendalami Isi Veda.
           Th.2003.                                               Jilid Kedua
                                                                         Penerbit : Bali Post.Denpasar.
                     
Wiana.DKK . Drs. I Ketut                                   : Acara. III.
          Th 1989.                                                    Penerbit .Upada Sastra. 

Wiana. Drs  I Ketut                                              Yadnya Dan Bhakti Dari Sudut Pandang
           Th. 1995.                                                   Penerbit. PT. Pustaka Manik Geni.

                                                          
Wiana.Drs I Ketut.                                               : Beragama Pada Zaman Kali
            Th.1999.                                                    Yayasan Dharma Naradha.
Wettam Mani.                                                   : Puraanic Ensyclopaedia.
              Th.1989.                                               Penerbit.Motilal Banarsidhass Dehli,Ind
Wiana.Drs.I Ketut                                               : Pelinggih di Pamarajan.
          
          Th.1992.                                                     Penerbit.Upadasastra.Denpasar.

Wiana.Drs .I Ketut.                                           : Cara Belajar Agama Hindu Yang Baik.
             Th.1997.                                                Penerbit: Yayasan Dharma Naradha.
         

                                                           
Wiana.Drs I Ketut.                                               : Beragama Pada Zaman Kali
            Th.1999.                                                    Yayasan Dharma Naradha.

Wiana.Drs I Ketut                                                : Memelihara Tradisi Weda
            Th. 2002.                                                    Penerbit Bali Post.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net