Jumat, 18 November 2016

MAKNA NGEJOT DALAM TRADISI HINDU DI BALI

Tradisi menyampaikan makanan maupun benda lain dalam kehidupan beragama Hindu di Bali bukan sekedar tradisi yang merupakan kreasi umat Hindu di Bali.Tradisi tersebut memiliki landasan yang kuat dalam Sastra Agama Hindu.Dalam Bhagawad Gita XVII Sloka 11s/d 13.Dalam tiga Sloka tersebut dinyatakan bahwa Upacara Yadnya itu ada tiga kwalitasnya yaitu Satvika Yadnya,Rajasika Yadnya dan Tamsika Yadnya.Yadnya yang paling berkwalitas itu disebut Satvika Yadnya.Salah satu syarat Yadnya yang Satvika itu  adanya jamuan makanan  kepada para tamu atau Athiti Yadnya.Makanan yang dijadikan jamuan itu adalah makanan yang telah dipersembahkan kepada Tuhan.  Karena itu disebut Prasadam artinya karunia. Kalau ada Yadnya tanpa jamuan makanan yang disebut Asrsta Annam maka Yadnya tersebut tergolong Yadnya yang berkwalitas jelek atau Tamasika Yadnya.Jadinya kalau Yadnya yang tergolong  Satvika adalah harus ada Srsta Annam atau dalam tradisi Hindu di India disebut Anna Seva. Dalam kitab Manawa Dharmasastra juga ada dinyatakan bahwa betapapun mewahnya suatu Upacara Yadnya kalau disekitar Upacara Yadnya itu ada orang kelaparan maka Yadnya itu tidak memberikan makna apa-apa.Dalam kitab Agastia Parwa juga dinyatakan bahwa :Maweh apangan ring kraman .Artinya menjamu makanan kepada masyarakat.Hal itulah yang disebut Manusa Yadnya dalam kitab Agastia Parwa tersebut.Dalam kitab Sarsamuscaya dan juga dinyatakan dalam Purana ada istilah Ista Purta.Ista artinya suatu pemeberian yang menyebabkan orang semakin dekat denganTuhan.Sedangkan Purta adalah suatu pemberian yang membawa orang semakin terdorong untuk hidup makmur.Karena itu dalam tradisi Hindu di Bali kalau ada Upacara Yadnya ada umat yang membawa arak berem untuk Nyomia Bhuta Kala dan ada yang membawa Dupa untuk membantu mendekatkan orang yang sedang melangsungfkan Upacara Yadnya pada Tuhan.Disamping itu disertai juga membawa beras,ketan,gula ,kopi,buah-buahan sebagai  sarana doa atau dorongan moral semoga Upacara Yadnya itu membawa kemakmuran kepada mereka yang sedang melangsungkan Upacara Yadnya tersebut.Jadi tradisi Ngejot atau sebaliknya masyarakat membawa sesuatu saat ada  umat melangsungkan Upacara Yadnya memang diajarkan dalam Sastra Agama Hindu Jadinya hal itu bukan tradisi umat Hindu di Bali semata yang ada menyatakan tidak ada  sumber sastranya dalam ajaran Hindu. Bagaimana tata cara melakukan saling memberi dalam Yadnya yang timbal balik itu terserah kesepakatan umat dalam tiap-tiap kelompoknya.Ada yang membawa kado dalam bentuk uang tunai ada yang masih bertahan membawa  pakaian,alat-alat rumah tangga terutama dalam Upacara Manusa Yadnya hal itu tidak perlu  terlalu dirisaukan.Karena banyak ada kasus mengenai kado dari tamu Yadnya itu.Misalnya ada keluarga yang sampai cekcok dalam membagi kado itu dalam keluarganya.Ada yang sangat susah menggunakan.Misalnya barang-barang bawaan dari tamu yadnya itu sudah dibagi-bagikan kepada tetangga dan sanak saudaranya.Masih saja banyak jumlahnya.Kalau dibuang sayang.Dijual malu rasanya.Dibiarkan begitu saja,banyak mengambil tempat.Dalam hal inilah banyak timbul kreasi dari sementara umat untuk mewujudkan kadonya itu dengan uang tunai.Nyatanya hal itu banyak yang merasakan lebih bermanfaat.Kalau hal itu memang demikian kenyataanya dirasakan oleh umat biarkanlah.Tidak usah kita cela dan dianggap merusak tradisi.Umat dewasa ini sudah cukup dewasa dan cerdas menanggapi hal itu.Toh tidak semua jenis Yadnya Kadonya diwujudkan dengan uang.Tetap saja ada yang membawa Kado dalam wujud barang.Apa lagi Upacara itu bukan Upacara Pawiwahan atau Mapandes. Hakekat saling memberi dalam wujud makanan atau benda lainya itu adalah untuk menanamkan adanya Cakra yadnya atau hidup untuk saling memelihara dalam wujud yang lebih nyata dalam kehidupan bersama.Karena saling memberi itu sebagai media latihan rokhani untuk membangun jiwa yang ikhlas berkorban demi kehidupan kita bersama.Kedepan biarkanlah umat mengarahkan cara saling memberi itu sesuai dengan  kebutuhan jaman.Karena kebutuhan jaman terus berkembang.Pada jaman dahulu mungkin kwalitas makanan orang tidak sebaik sekarang.Karenanya makanan itulah yang lebih ditekankan dalam  melakukan komunikasi sosial dalam Upacara Yadnya.Cara saling beryadnya itu tentunya terus berkembang dan akan ada kreasi-kreasi baru yang akan dibuat oleh masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.Sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan Tattwanya biarkanlah ada kreasi dalam tradisi tersebut agar jangan tradisi itu sampai ada yang basi.


Dari : I Ketut Wiana.

Hal  : NaskahUntuk Mimbar Agama Hindu di Bali Post.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net