Kekawin Nitisastra
menyebutkan tidak ada musuh yang melebihi musuh yang ada dalam hati. "Nora
na satru mangelewihaning ana geleng ri hati " Demikianlah dalam tex Kekawin Nitisastra disebutkan dalam bahasa
Jawa Kuna. Arti tek Kekawin Nitisastra tersebut adalah sbb: "Tidak ada
musuh yang melebihi musuh yang ada dalam
hati " Yang dimaksud dengan musuh itu adalah enam musuh yang bersemayam
dalam diri yang disebut Sad Ripu. Enam musuh itu yang juga disebut Ari Sad
Warga. Ari artinya musuh,Sad artinya enam dan Warga artinya terjalin. Kalau
enam musuh ini terjalin bersatu akan sangat sulitlah manusia mengalahkanya. Karena
itu enam musuh inilah yang dianggap paling sakti. Enam mush itu adalah :
Kama,Lobha.Krodha, Mada, Moha dan Matsarya. Kama artinya keinginan untuk
mengumbar nafsu,Lobha artinya tamak atau rakus, Krodha artinya marah dan
dendam, Mada artinya mabuk, Moha artinya bingung dan Matsarya artinya iri
hati.Kalau keenam musuh ini berkuasa dalam diri seseorang maka orang itu akan
lebih banyak berbuat tidak baik dan
tidak benar. Karena itu sastra Weda mengajarkan agar setiap orang
berusaha menguasai enam musuh yang sangat hebat itu..Enam musuh itu tiada lain
merupakan pengejawantahan dari lima Klesa yang menjadi sifat dari Asuri Sampad
(kecendrungan keraksasaan).Tiga dari enam musuh itu yaitu Kama,Krodha dan Lobha
disebutkan didalam Bhagawadgita XVI.21 sebagai tiga pintu Neraka
.Menghindari kekuasaan enam musuh itu
seseorang hendaknya menempuh kehidupan yang suci..Dalam Bhagawadgita XVIII,5
disebutkan ada tiga cara untuk menempuh
hidup suci. Tiga cara menempuh hidup suci itu dengan melakukan Yadnya, Dana dan
Tapa. Salah sati wujud beryadnya adalah melakukan Upacara Agama. Dengan
melakukan Upacara Agama dengan baik dan benar seseorang akan dapat mencapai
kesucian diri tahap demi tahap. Upacara Agama yang berfungsi untuk mengalahkan
kekuasaan enam musuh itu adalah Upacara Potong Gigi. Upacara ini juga disebut
Upacara Mesangih , Metatah atau Mepandes. Upacara berfungsi mendekatkan manusia
dengan alam lingkunganya,dengan sesamanya dan dengan Tuhan. Kalau orang masih
dikuasai oleh Sad Ripu maka tujuan
upacara membawa orang dekat dengan alam,dengan
sesamanya dan dengan Tuhan tentunya semakin sulit. Karena itu upacara Metatah
itu dilakukan sebagai doa dalam wujud ritual untuk membangkitkan kesadaran spiritual
.Kesadaran spiritual itulah sebagai kekuatan untuk menguasai enam musuh
tersebut.Tehnis pelaksanaan Upacara Metatah atau Potong Gigi itu dengan cara
memotong enam gigi pada rahang bagian atas. Gigi pada rahang bagian atas yang
dipotong adalah empat buah gigi seri dan
dua buah taring. Pemotongan enam gigi pada rahang bagian atas adalah simbol
pemotongan Sad Ripu.Yang patut dipertanyakan mengapa hanya enam gigi pada
rahang bagan atas saja yang dipotong. Sedangkan gigi pada rahang bagan bawah
tidak dipotong dalam Upacara Metatah. Gigi pada manusia dan hewan adalah simbol
Guna Rajas yang memiliki kecendrungan keraksasaan. Kecendrungan sifat-sifat
keraksasaan itu dalam kitab Bhagawadgita disebut Asuri Sampad. Lebih-lebih
adanya taring pada gigi bagian atas.Agar
kecendrungan sifat-sifat Keraksasaan itu
berobah menjadi sifat-sifat Kedewaan maka gigi pada bagian ataslah yang
dipotong. Gigi pada rahang bagian bawah tidak dipotong, karena sifat Rajas atau sifat-sifat keraksasaan akan
menjadi positif kalau ia dikuasai oleh kecendrungan sifat-sifat Kedewaan. Guna
Rajas sangat dibutuhkan sebagai alat
sifat Sattwam. Dalam kitab Wrehaspati Tatwa disebutkan pikiran dilekati oleh Guna Satwam dan Rajas.
Kalau Guna Sattwa dan Guna Rajas yang
menguasai pikiran maka Guna Sattwa yang ingin berbuat baik sedangkan yang
melakukan perbuatan baik itu adalah Guna Rajas. Orangpun akan mencapai Sorga.
Kalau pikiran dilekati oleh Sattwam,Rajah dan Thamah maka orang pun akan dapat
berbuat baik dan buruk. Orang yang demikian itu akan kembali terus menjelma
kedunia berulang-ulang. Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
Upacara Metatah bertujuan untuk menyatukan Guna Sattwam dengan Guna Rajah untuk menguasai Guna Thamas. Dengan bersatunya
Guna Sattwam dengan Guna Rajah menguasai pikiran maka orangpun akan senantiasa
berbuat baik dan benar. Perbuatan yang
baik dan benar itu akan
memberikan kebahagiaan baik kepada orang yang berbuat maupun kepada
orang lain. Perbuatan baik adalah perbuatan yang dapat menghilangkan Sad Ripu
pada diri sendiri.Kemudian barulah mengalahkan musuh dari luar
Dari : I Ketut Widyananda
Hal : Naskah Untuk
Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar