Senin, 21 November 2016

MITOLOGI UPACARA POTONG GIGI

Dalam mitologi Siwagama diceritrakan Bhatara  Siwa menikmati perjalanan bersama Dewi Uma terbang di udara diatas samudra. Perjalanan tersebut semata-mata untuk melihat-lihat  keindahan alam ciptaaNYA sambil bersantai-santai bersama Dewi Uma. Diceritrakan  kain Dewi Umat tersingkap  sedikit oleh  angin yang berembus kencang. Dengan tersingkapnga kain yang dipakai oleh Dewi  Uma maka  kelihatanlah sedikit paha mulus Dewi Uma. Kejadian itu menyebabkan Bhatara Siwa menjadi sedikit terkesima dan ereksi. Karena ereksi  keluarlah Kama Petak Bhatara Siwa dan jatuh disamudra. Kama Petak Bhatara Siwa yang jatuh disamudra itu dipelihara oleh Dewa Bharuna dilaut. Setelah beberapa lama Kama Petak itu lahir menjadi Bhatara Kala. Wujud Bhatara kala tinggi besar berbentuk Raksasa. Bhatara Kala  terus kedarat untuk menanyakan siapa sesungguhnya orang tuanya. Ternyata didarat tidak ada seorang pun yang menegtahui orang tua yang melahirkan  BHatara  Kala.Karena itu Bhatara Kala sangat marah. Siapapun yang ditanya ,kalau tidak dapat menjawab pertanyaanya terus dibunuhnya. Para Rajapun ditanya oleh Bhatara Kala. Setiap Raja yang tidak dapat menjawab juga dibunuhnya .Kemarahan Bhatara Kala semakin menjadi-jadi. Karena di bumi ini tidak ada yang dapat menjelaskan siapa yang mengetahui orang tua Bhatara Kala maka Bhatara Kalapun sampai bertanya ke Sorga Loka. Di Sorga Loka pun tidak ada Dewa-Dewa yang mengetahui orang tua Bhatara Kala. Dewa-Dewa di Sorga Loka itupun diperangi oleh Bhatara Kala. Sorga Loka menjadi heboh dan geger karena ngamuknya Bhatara Kala Bhatara Kala memang sangat tangguh dalam setiap peperangan. Tidak ada  Raja maupun  Dewa yang mampu mengalahkanya Bhatara Kala.Tidak ada senjata yang dapat melukai Bhatara Kala.Akhirnya Bhatara Kala berhadapan dengan Bhatara  Siwa. Bhatara Kala juga menanyakan kepada Bhatara Siwa siapa sesungguhnya ayah dan ibunya. Bhatara Siwa memberi tahu Bhatara Kala agar Bhatara  Kala memotong terlebih dahulu taringnya yang tajam itu. Kalau taring yang tajam itu sudah hilang atau datar maka secara otomatis Bhatara Kala akan ketemu dengan siapa yang menciptakanya. Nasehat Bhatara  Siwa diikuti oleh Bhatara Kala. Setelah Bhatara Kala memotong  taringnya yang lancip---lancip itu  Bhatara kalapun  bertemu dengan penciptanya sendiri. Ternyata yang menjadi  ibu dan ayah sebagai penciptanya adalah Dewi Uma dengan Bhatara Siwa sendiri. Katika Bhatara Kala mengetahui bahwa yang menciptakan dirinya adalah Bhatara Siwa dengan Dewi uma barulah Bhatara Kala berdatang sembah kepada Bhatara Siwa dan Dewi Uma.Dengan bertemunya Bhatara Kala dengan Bhatara Siwa sebagai penciptanya maka redalah marahnya Bhatara Kala. Ceritra ini memiliki nilai-nilai filosofi yang dicerminkan oleh beberapa simbolis yang terdapat dalam ceritra ini.Pertemuan Bhatara Siwa dengan Dewi Uma di tempat yang tidak wajar melahirkan anak yang tidak wajar. Bhatara Kala berbadan raksasa dan pemarah.. Ini mengandung nasehat janganlah bertemu asmara dengan istri disembarang tempat.Pertemuan ditempat yang tidak layak akan dapat melahirkan anak yang tidak wajar. Marah dan suka menyerang salah satu sifat anak yang dilahirkan oleh suami istri yang bertemu pada tempat yang tidak wajar. Marah dan suka menyerang sifat yang dimiliki oleh Bhatara Kala sebelum bertemu dengan Bhatara Siwa. Perjuangan Bhatara Kala untuk menemukan siapa ayah dan ibunya yang sebenarnya mengandung suatu nilai simbolik. Nilai simbolik yang dikandungnya adalah nilai perjuangan mencari Sang Pencipta. Perjuangan Bhatara Kala mencari ibu dan ayahnya itu sesungguhnya perjuangan untuk bertemu dengan Tuhan. Cuma Bhatara Kala ingin bertemnu dengan Tuhan dengan  nafsu marah dan dengan kekerasan. Nafsu marah dan dengan kekerasan tidak akan membawa orang dapat bertemu dengan Tuhan. Karena itu kemanapun ia menanyakan penciptanya Bhatara Kala tidak mendapat jawaban. Setealh mendapat nasehat dari Bhatara Siwa  dan nasehat itu dilaksanakan dengan baik. Nasehat itu adalah memotong taringnya. Setelah itu barulah Bhatara Kala tahu bahwa Bhatara Siwalah  penciptanya.Yang dimaksud nasehat Bhatara Siwa itu tiada lain adalah wejangan kitab suci Weda. Memotong taring adalah simbolis memotong keserakahan dan gejolak hawa nafsu. Salah satu isi ajaran Weda adalah mengendalikan nafsu marah dan nafsu serakah. Gejolak hawa nafsu itu menjelma menjadi apa yang disebut Sad Ripu (Kama,Lobha,Kodha,Mada.Moha dan Matsarya).Jadinya memotong gigi (terutama taring) adalah memotong berkobarnya  enam musuh yang bersemayam dalam diri  tsb.


Dari : I Ketut  Widyannda

Hal   : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net