Rabu, 30 November 2016

KONSEP MATI MENURUT PANDANGAN HNDU

Berbhakti pada leluhur  tidak semata-mata saat beliau masih hidup saja. Bhakti pada leluhur menurut ajaran Hindu dilakukan sampai leluhur itu berada dialam Niskala.Karena itu saat leluhur itu meninggal rasa bhakti itupun dilakukan dengan merawat jenazah belaiu yang sudah meninggal. Kalau dipandang secara filosofis setelah Atman itu tiada di badan maka badan itu tidak ada bedanya dengan  benda lainya. Namun dari sudut pandang Agama meskipun badan yang hanya merupakan sisa-sisa Panca Maha Bhuta itu harus dirawat dengan sebaik-baiknya.Karena badan kasar itu juga sangat berjasa  menjadi alat Atman melakukan bebagai kegiatan selama hidup di dunia ini. Badan yang sudah ditinggalkan oleh Atman atau Jiwa itu tidak dapat dianggap sampah begitu saja terus ditanam atau dibakar tanpa arti. Adanya perawatan zenazah bagi orang yang telah meninggal sebagai bukti bahwa manusia itu memiliki  budaya.Dalam Lontar Dharma Kahuripan adanya upacara Agama bagi manusia dari saat lahir sampai meninggal itu merupakan ciri perbedaan kita  manusia dengan hewan. Mengenai pengertian mati atau meninggal ini dalam ajaran Hindu ada beberapa hal yang wajib kita perhatikan. Kalau dalam Sarasamuscaya 179 disebutkan orang yang dalam hidupnya tidak pernah melakukan Dana Punia itu sama dengan mati.bedanya hanya ia bernafas. Kalau kalau dalam hidup ini kita tidak prnah berbuat Dharma seperti berdana punya melakukan yadnya dan Tapa itu sama juga dengan mati. Atau sering disebut mayat bernafas. Dalam pengertian ajaran Hindu mati itu ada dua tinjauan. Tinjauan dari sudut Tatwa dan  dari sudut Upacara. Dalam Wrahaspati Tatwa disebutkan sbb:

 ...kala ikang pati ngarania wih,turun mapasah lawan panca maha bhuta juga tekang Atma ri sarira.ikang aganal juga hilang.ikang Atma langgeng tan molah apan  ibek ikang raat kabeh dening Atma.

Artinya: Pada waktu mati namanya,hanya berarti berpisahnya Panca Maha Bhuta dengan Atma yang ada pada tubuhnya..Hanya badan kasarnya saja yang lenyap sedangkan atmanya tetap tak berubah,sebab alam ini penuh denga Atman.

Jadinya mati atau meninggal menurut konsep Tattwa apa bila jiwa atau Atman orang itu sudah lepas berarti orang itu sudah disebut maninggal  Namun menurut pandangan Upacara  meninggalnya tersebut belum syah.Belum dapat keluarga mengambil Cuntaka atau pernyataan bela sungkawa secara Adat. Ibarat sebuah bangunan rumah.Meskipun sudah selesai secara fisik.Kalau rumah itu belum di Upacarai secara keagamaan Hindu yang disebut "Mepelaspas" maka rumah itu belum dapat dikatakan selesai  dengan tuntas.Demikian juga halnya dengan orang meninggal.Meskipun  secara Tattwa sudah meninggal namun perlu juga meninggalnya itu disyahkan menurut Upacara Agama Hindu yang disebut Atiwa-tiwa.  Atiwa-tiwa ini adalah proses perawatan jenazah orang meninggal. Hal ini diuraikan dalam Lontar Pratekaning Wong Pejah. Setelah jenazah itu dirawat menurut ketentuan  Atiwa-tiwa itu barulah orang tersebut dianggap syah meninggal menurut pandangan Upacara Agama Hindu di Bali. Secara umum  jenazah itu dimandikan dengan air bersih (toya anyar ).Setelah itu dimandikan dengan air bunga yang disebut Toya Kumkuman..Terus dirawat dengan bablonyoh putih kuning  ,makeramas,makerik kuku dll. .Pokoknya jenazah itu dirawat layaknya orang masih hidup.Setelah itu disembahyangankan dengan cara memercikan Tirtha  Pengelukatan,Tirtha Pebersihan.Tirtha Pengentas Tanem Tirtha Kawitan atau  Tirtha Batara Hyang Guru,Tirtha Kahyangan Tiga.Hal ini melambangkan bahwa yang bersangkutan untuk "matur uning " tentang dirinya telah meninggal dan mohon pamit kepada semuanya itu.Terakhir melangsungkan Upacara Mapepegat dengan seluruh sanak keluarga.Umumnya dengan keluarga yang satu Merajan.Setelah Mapepegat yang artinya berpisah barulah jenazah itu digulung. Setelah digulung itulah barulah orang itu dianggap syah meninggal menurut ketentuan Upacara. Setelah digulung barulah dibawa kembali ke Balai Gede .Kalau  keluarga itu punya rumah Adat yang disebut Bale Gede. Di Bale Gede itu ada Patung Garuda  sebagai lambang untuk memohon bantuan penyupatan secara simbolik  pada Garuda agar Dosa-Dosanya terampuni.Setelah di Bale Gede ada  dua pilihan Upacara.Apakah  akan di Aben langsunga atau akan ditanam.tentunya tergantung keluarga yang memiliki keluarga meningal tersebut.Yang jelas setelah  digulung dengan kain kapan itu proses meninggal sudah syah menurut upacara Agama.




Dari : I Ketut Widyananda

Hal  :  Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net