Berbhakti pada
leluhur tidak semata-mata saat beliau
masih hidup saja. Bhakti pada leluhur menurut ajaran Hindu dilakukan sampai
leluhur itu berada dialam Niskala.Karena itu saat leluhur itu meninggal rasa
bhakti itupun dilakukan dengan merawat jenazah belaiu yang sudah meninggal.
Kalau dipandang secara filosofis setelah Atman itu tiada di badan maka badan
itu tidak ada bedanya dengan benda
lainya. Namun dari sudut pandang Agama meskipun badan yang hanya merupakan
sisa-sisa Panca Maha Bhuta itu harus dirawat dengan sebaik-baiknya.Karena badan
kasar itu juga sangat berjasa menjadi
alat Atman melakukan bebagai kegiatan selama hidup di dunia ini. Badan yang sudah
ditinggalkan oleh Atman atau Jiwa itu tidak dapat dianggap sampah begitu saja
terus ditanam atau dibakar tanpa arti. Adanya perawatan zenazah bagi orang yang
telah meninggal sebagai bukti bahwa manusia itu memiliki budaya.Dalam Lontar Dharma Kahuripan adanya
upacara Agama bagi manusia dari saat lahir sampai meninggal itu merupakan ciri
perbedaan kita manusia dengan hewan.
Mengenai pengertian mati atau meninggal ini dalam ajaran Hindu ada beberapa hal
yang wajib kita perhatikan. Kalau dalam Sarasamuscaya 179 disebutkan orang yang
dalam hidupnya tidak pernah melakukan Dana Punia itu sama dengan mati.bedanya
hanya ia bernafas. Kalau kalau dalam hidup ini kita tidak prnah berbuat Dharma
seperti berdana punya melakukan yadnya dan Tapa itu sama juga dengan mati. Atau
sering disebut mayat bernafas. Dalam pengertian ajaran Hindu mati itu ada dua
tinjauan. Tinjauan dari sudut Tatwa dan dari sudut Upacara. Dalam Wrahaspati
Tatwa disebutkan sbb:
...kala ikang pati
ngarania wih,turun mapasah lawan panca maha bhuta juga tekang Atma ri
sarira.ikang aganal juga hilang.ikang Atma langgeng tan molah apan ibek ikang raat kabeh dening Atma.
Artinya: Pada waktu mati namanya,hanya berarti berpisahnya Panca
Maha Bhuta dengan Atma yang ada pada tubuhnya..Hanya badan kasarnya saja yang
lenyap sedangkan atmanya tetap tak berubah,sebab alam ini penuh denga Atman.
Jadinya mati atau
meninggal menurut konsep Tattwa apa bila jiwa atau Atman orang itu sudah lepas
berarti orang itu sudah disebut maninggal
Namun menurut pandangan Upacara
meninggalnya tersebut belum syah.Belum dapat keluarga mengambil Cuntaka
atau pernyataan bela sungkawa secara Adat. Ibarat sebuah bangunan
rumah.Meskipun sudah selesai secara fisik.Kalau rumah itu belum di Upacarai
secara keagamaan Hindu yang disebut "Mepelaspas" maka rumah itu belum
dapat dikatakan selesai dengan
tuntas.Demikian juga halnya dengan orang meninggal.Meskipun secara Tattwa sudah meninggal namun perlu
juga meninggalnya itu disyahkan menurut Upacara Agama Hindu yang disebut
Atiwa-tiwa. Atiwa-tiwa ini adalah proses
perawatan jenazah orang meninggal. Hal ini diuraikan dalam Lontar Pratekaning
Wong Pejah. Setelah jenazah itu dirawat menurut ketentuan Atiwa-tiwa itu barulah orang tersebut
dianggap syah meninggal menurut pandangan Upacara Agama Hindu di Bali. Secara
umum jenazah itu dimandikan dengan air
bersih (toya anyar ).Setelah itu dimandikan dengan air bunga yang disebut Toya
Kumkuman..Terus dirawat dengan bablonyoh putih kuning ,makeramas,makerik kuku dll. .Pokoknya
jenazah itu dirawat layaknya orang masih hidup.Setelah itu disembahyangankan
dengan cara memercikan Tirtha
Pengelukatan,Tirtha Pebersihan.Tirtha Pengentas Tanem Tirtha Kawitan
atau Tirtha Batara Hyang Guru,Tirtha
Kahyangan Tiga.Hal ini melambangkan bahwa yang bersangkutan untuk "matur
uning " tentang dirinya telah meninggal dan mohon pamit kepada semuanya
itu.Terakhir melangsungkan Upacara Mapepegat dengan seluruh sanak
keluarga.Umumnya dengan keluarga yang satu Merajan.Setelah Mapepegat yang
artinya berpisah barulah jenazah itu digulung. Setelah digulung itulah barulah
orang itu dianggap syah meninggal menurut ketentuan Upacara. Setelah digulung
barulah dibawa kembali ke Balai Gede .Kalau
keluarga itu punya rumah Adat yang disebut Bale Gede. Di Bale Gede itu
ada Patung Garuda sebagai lambang untuk
memohon bantuan penyupatan secara simbolik
pada Garuda agar Dosa-Dosanya terampuni.Setelah di Bale Gede ada dua pilihan Upacara.Apakah akan di Aben langsunga atau akan
ditanam.tentunya tergantung keluarga yang memiliki keluarga meningal
tersebut.Yang jelas setelah digulung
dengan kain kapan itu proses meninggal sudah syah menurut upacara Agama.
Dari : I Ketut Widyananda
Hal : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa
Tenggara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar