Kamis, 17 November 2016

UPACARA YANG DILAKUKAN DENGAN KEBODOHAN

Mantra Brhadaranyaka Upanisad.VI.4.10 menyatakan bila Upacara Yadnya dilakukan dengan kebodohan, maka orang yang melakukan upacara Yadnya tersebut akan dibawa memasuki alam kegelapan.Alam gelap itu bukan alam tanpa mata hari.Alam gelap itu adalah alamnya hati nurani yang disebut  “ timira ”. Dalam bahasa Sansekerta  “timira” artinya kegelapan.Yang dimaksud “timira” itu adalah kegelapan hati nurani. Dalam Bhagawad Gita XVII,11s/d 13 dinyatakan bahwa ada tiga kwalitas  Yadnya yaitu ada Satvika Yadnya.Rajasika Yadnya dan Tamasika Yadnya. Yadnya itu ada yang dilakukan dalam wujud Upacara Agama. Ada tujuh syarat Yadnya yang tergolong Satvika Yadnya. Misalnya Yadnya itu harusnya dilakukan berdasarkan Sastra Drsta. Drsta berasal dari kata “ drs” artinya memandang atau pandangan. Sastra Drsta artinya berdasarkan pandangan Sastranya. Purwa Drsta,Loka Drsta dan Desa Drsta dapat dipakai dasar sepanjang tidak bertentangan dengan Sastra Drstanya.Dalam Bhagawad Gita Sastra Drsta itu disebut”vidhidrsta”.Vidhi disamping berarti Tuhan Maha Pencipta atau yang menakdirkan, Vidhi juga berarti Mantra Veda yang masih murni (Vedicpure).Vidhidrsta artinya menurut pandangan  kitab suci Veda atau Sastra Veda.Ini artinya Satvika Yadnya itu hendaknya dilaksanakan berdasarkan pandangan kitab suci Veda atau Sastranya. Sampai saat ini masih banyak Upacara Yadnya yang diselenggarakan bertentangan dengan ketentuan ajaran Veda atau Sastranya.Misalnya ada Upacara Yadnya yang diselenggarakan dengan menonjolkan egoisme kelompok atau soroh.Pada hal salah satu syarat Upacara Yadnya yang Satvik adalah diselengarakan dengan “naasmita” artinya tidak boleh upacara Yadnya itu diselenggarakan  untuk pamer egoisme.Ada Upacara Yadnya yang dilangsungkan tanpa memahami apa arti dan fungsi Upacara Agama yang dilangsungkan itu.Ada Upacara Yadnya yang dilangsungkan tanpa keikhlasan.Buktinya banyak umat yang mengeluh karena Upacara yang diselenggarakan begitu banyak menghabiskan  biaya ,waktu dan tidak melestarikan alam lingkungan. Keluhan ini banyak muncul dalam dialog-dialog dengan umat dibergai pelosok.Dengan demikian Upacara itu dilakukan tidak dengan kepercayaan dan keikhlasan yang penuh.Apa lagi ada Upacara Yadnya untuk merendahkan pihak lain dan menonjolkan kelompok sendiri.Upacara Yadnya yang demikian itu tergolong Upacara yang Rajasika dan Tamasika.Upacara yang diselenggarakan dengan kebodohan itu akan menjerumuskan umat pada kegelapan sebagaimana disebutkan dalam Brhadaranyaka tersebut. Ada tujuh kegelapan yang disebutkan dalam Kekawin Nitisastra IV.19. Yang dapat menimbulkan tujuh kegelapan atau kemabukan itu disebut Sapta Timira yaitu Surupa artinya ketampanan, Guna artinya kepintaran,Dhana artinya kekayaan,Kula Kulina artinya meninggi-ninggikan kewangsaan, Yowana artinya kemudaan,Sura artinya minuman keras,Kasuran artinya keberanian. Itulah tujuh hal yang dapat menimbulkan kegelapan atau Timira.Barang siapa yang tidak mabuk karena tujuh hal itu dialah yang dapat disebut ;Sang Mahardika” dan dapat diberikan gelar Sang Pinandita.

Demikianlah tujuh jenis kemabukan.Kalau Upacara Yadnya dilangsungkan dengan kebodohan maka orang akan terancam menderita salah satu atau sebagain dari tujuh kegelapan itu. Bahkan mungkin semua dari Sapta Timira tersebut.Karena itu marilah kita dalami arti dan makna dari upacara Yadnya tersebut dengan sebaik-baiknya.Karena Yadnya itu diwujudkan dalam bentuk Upacara dengan sarana Upakara. Upacara dalam bahasa Sansekerta artinya “mendekat”. Dengan Upacara sebagai wujud dari yadnya harus dapat diupayakan agar kita manusia semakin dekat dengan alam lingkungan, semakin akrab dengan sesama manusia terutama dilingkungan sosial kita.Dan yang tertinggi kita merasa  sangat dekat dengan Hyang Widhi Wasa. Upacara Yadnya itu dilangsungkan dengan sarana “Upakara” .Istilah Upakara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “melayani dengan ramah tamah “.Ini berarti tujuan utama Upacara keagamaan Hindu itu adalah timbulnya rasa dekat dengan alam dalam wujud mengasihi alam dengan melestarikan isi alam ini.Dekat dengan sesama dengan saling mengabdi sesuai dengan Swadharma kita masing-masing dengan konsep Cakra Yadnya. Dekat dengan Tuhan melalui Sradha dan Bhakti sesuai dengan tuntunan kitab suci. Sikap dekat itu akan muncul dalam diri kita apa bila kita menanamkan nilai-nilai “pelayanan” kedalam lubuk hati sanu bari dengan membangun rasa kasih sayang dalam diri.Kita datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Hal inilah yang hendaknya senantiasa didengungkan dalam diri.Karena itulah sarana Upacara Agama itu disebut Upakara. Sarana Upakara itu untuk membangun sikap melayani dengan hati yang tulus.


Dari  : I Ketut Wiana.

Hal   : Naskah Untuk Mimbar Agama Hindu di Bali Post.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net