Upacara Potong
Gigi atau Mepandes diawali dengan Natab Banten Byakala dan Maprayascita. Hal
ini lambang penyucian lahir dan batin. Setelah suci lahir batin barulah Sembahyang
kehadapan Bhatara Surya dan Bhatara
Smara Ratih. Sembahyngan ini simbol
mohon persaksian Tuhan dan kasih
sayang yang sejati. Dewa Surya
manifestasi Tuhan sebagai Saksi Agung kehidupan di alam semesta ini.
Dewa Smara Ratih manifestasi Tuhan sebagai Dewa Kasih Sayang. Selanjutnya
Sangging atau rokhaniawan yang akan melakukan Upacara Potong Gigi ini terlebih
dahulu "Ngerajah " orang yang
akan Mepandes. Ngerajah itu adalah menuliskan aksara suci pada bagian-bagian
tertentu dari orang yang diupacarai. Aksara suci itu dalam upacara Mepandes
dituliskan pada antara kedua kening (selaning Lelata),pada taring sebelas kiri dan kanan, pada gigi atas dan
bawah, pada lidah,dada,pusar dan pada paha. Makna penulisan Aksara suci itu
adalah lambang memohon agar kesucian para Dewata Nawa Sanga manifestasi Tuhan
meresap pada diri orang yang diupacarai.
Penulisan yang disebut "Ngerajah : itu sebagai suatu Puja Mantra semoga dengan penulisan tersebut
kekuatan suci Dewata Nawa Sanga menghapuskan kekuatan yang negatif pada diri
yang di upacarai.Setelah prosesi Ngerajah tersebut dilanjutkanlah memotong gigi
orang yang diupacarai dengan kikir khusus yaitu peralatan.Kikir yang dipakai alat memapar gigi sebelunya di
berikan Mantra. Makna Mantra tersebut memohon kepada Tuhan agar kikir tersebut menjadi sarana untuk mendapatkan kekuatan suci untuk
melindungi orang yang diupacarai (tan ketekaning lara wighna). Pedangal atau Singgang gigi yang dibuat dari potongan
tebu dan pohon Dapdap dijadikan alat pembatas gigi atas dan gigi bawah. Gigi
atas lambang sifat-sifat Kedewaan sedangkan gigi bawah lambang sifat-sifat
Keraksasaan. Singgang dari tebu dan pohon Dapdap itu melambangkan kekuatan manusia untuk memisahkan antara
kecendrungan Kedewaan dengan
Kecendrungan Keraksasaan. Pemisahan tersebut disertai dengan upaya untuk
memenangkan Kecendrungan Kedewaan. Tebu lambang usaha manusia untuk hidup penuh
dengan perhitungan yang rational. Dari perhitungan itu diharapkan muncul
rencana hidup yang matang. Rencana
hidup yang matang adalah rencana hidup yang memadukan antara harapan dan
kenyataan dan berbagai perhitungan menghadapi resiko terburuk. Sikap hidup yang
planmateg itulah yang akan dapat memeperkecil peluang Kecenrungan Keraksasaan
mendominasi kecendrungan Kedewaan. Sedangkan potongan pohon Dapdap adalah sarana sebagai lambang permohonan kepada Dewa Siwa untuk
mendapatkan kekuatan suci untuk
menguasai kecendrungan Keraksasaan..Mantra saat memapar gigi disertai dengan
Puja Mantra sbb" Om lunga
ayu teka ayu.
Puja Mantra ini diucapkan tiga kali. Angka Tiga kali ini dalam Candra Sangkala artinya mendaki menuju alam kesucian atau dari alam Bhur
menjuju Bhuwah dan terus mencapai Swaha Loka. Ini artinya setelah upacara
potong gigi ini orang yang diupacarai selalu mendapatkan keselamatan dan
kesucian. Saat pergi selamat dan saat
datangpun selamat .Disamping itu dilanjutkan dengan Puja Mantra
"Pangurip-urip
" sbb: Om urip-uriping bayu sabda idep teke urip, Ang Ah. Puja Mantra ini
lambang permohonan kepada Tuhan (Om ) semoga Tri Premana (sabda,bayu dan idep )
orang yang diupacarai menjadi sumber kehidupan (Urip ) lahir dan batin.
Puja Aksara Ang dan Ah itu lambang
permohonan agar terjadinya keseimbangan
yang sinergis antara kekuatan Purusa dan Predana. Dari perpaduan itulah Tri
Premana itu menyatu menjadi kekuatan suci
manusia yang sangat hebat. Sehabis
gigi dipapar ludah dan Singgang dibuang kedalam kelapa gading terus
ditanam di belakang Sanggah Kamulan. Ini berarti segala sesuatu yang negatif
dalam diri seperti kecendrungan Keraksasaan bukanlah menjadi limbah yang boleh
dibuang sembarangan. Ia harus diperlakukan dengan baik untuk di "somia
" sehingga menjadi kekuatan yang berguna. Kelapa gading lambang
"pengelukatan " dari yang tidak baik menjadi semakin baik. Upaya
untuk memperbaiki itu hendaknya di lakukan melalui cara berguru. Sanggah
Kamulan adalah Stana Bhatara Hyang Guru
untuk merobah yang kurang baik menjadi semakin baik. Sehabis gigi dipapar orang
yang di upacarai makan sirih berupa Lekesan.Lekesan itu dibuat dari sirih yang
digulung. Didalam sirih itu berisi kapur
dan pinang. Saat mengunyah sirih itu ludahnya ditelan tiga kali. Ini lambang
menyatukan kekuatan Tri Murti agar manusia itu dewasa.Ciri manusia Dewasa dapat
mencipta dan memelihara yg baik ,menghilangkan yang buruk.
Dari : I Ketut Widyananda..
Hal : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa
Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar