Upacara
Yadnya dalam Agama Hindu sebagai suatu visualisasi nilai-nilai ajaran Agama
Hindu agar mudah dapat dijangkau oleh seluruh lapisan umat dengan segala
keaneka ragamannya.Untuk memvisualisasikan nilai-nilai ajaran tersebut ada yang disebut Yantra.Yantra artinya nilai yang abstrak disimbolkan dengan sarana
yang nyata.Salah satu wujud sarana tersebut adalah Banten atau ada juga yang
menyebutkan sesaji.Dalam Lontar Yadnya Prakerti Banten itu memiliki tiga
makna.Banten lambang diri manusia yang memuja Tuhan (pinaka raganta
tuwi).Banten berarti juga simbol Kemahakuasaan Tuhan(pinaka warna rupaning Ida
Bhatara).Banten juga lambang alam semesta (pinaka Anda Bhuwana). Untuk membuat
Banten itu digunakanlah tumbuh-tubuhan ,hewan dan bahan alam lainya. Penggunaan
Sarwa Prani (tumbuh-tumbuhan dan hewan) itu sebagai sarana Upacara Yadnya memiliki tujuan yang sangat mulia. Manawa
Dharmasastra V.40 menyatakan bahwa
tujuan penggunaan Sarwa Prani itu adalah bertujuan untuk mendoakan agar
semua jenis Sarwa Prani tersebut menjadi meningkat penjelmaanya yang akan
datang demikian juga kwalitas dan kwantitas keturunanya selanjutnya.Penggunaan Sarwa Prani sebagai
sarana Upacara keagamaan adalah suatu upaya Niskala dalam wujud ritual
keagamaan.Setiap langkah Niskala seyogyanya ditindak lanjuti dengan langkah Sekala atau nyata. Ini artinya doa itu
harusnya diwujudkan dalam tindakan yang
lebih nyata oleh umat Hindu dengan dengan langkah-langkah nyata menjaga
kwalitas dan kwantitas populasi Sarwa Prani tersebut. Kalau populasinya sudah
menurun semestinya penggunaan tumbuh-tumbuhan dan hewan itu juga dikurangi
dalam kegiatan Upacara Yadnya. Apa lagi dalam petunjuk melaksanakan Upacara Yadnya itu ada tingkatan Nista,Madya
dan Utama. Tiga tingkatan Upacara Yadnya itu hanya berarti wujud fisik dari
Upacara tersebut. Kalau Bantennya besar dan lengkap disebut Utama.Kalau sedang
disebut Madya dan kalau kecil disebut Nista.Hal ini hanya mengandung makna
duniawi nya.Sedangkan makna rokhaninya sangat tergantung pada kwalitas
keyakinan dan ketulus ikhlasan yang melangsungkan Upacara tersebut .Kalau
keadaan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dijaidkan sarana Upakara sudah semakin langka semestinya wujud Banten
yang sedang atau
yang kecil sajalah yang diambil. Dengan demikian Upacara Yadnya tidak justru ikut memperburuk populasi
kwalitas dan kwantitas Sarwa Prani yang ada.
Menurut
Manawa Dharmasastra I.86 prioritas beragama pada jaman Kali bukanlah pada
Upacara Yadnya namun melakukan Dana Punia. Beragama dengan memprioritaskan
Upacara Yadnya sebagai hal yang utama
adalah cara beragama pada jaman Dwapara Yuga.Ini artinya pada jaman apapun
Upacara Yadnya itu harus ada namun yang berbeda adalah skala prioritasnya.
Di
Bali keadaan alam lingkungan sudah semakin memprihatinkan.Pohon kelapa.pisang
,bunga-bungaan,buah-buhan sudah sangat
merosot produksinya.Demikian juga kwalitas dan kwantitas populasinya.Kalau
prioritas beragama masih saja mengutamakan Upacara yadnya yang besar,hal itu
sudah tidak didukung oleh alam Bali. Akhirnya umat lebih banyak menggunakan
sarana import. Seperti buah-buahan luar negeri, janur,pisang, bunga dan
sejenisnya sudah mendatangkan dari luar
Bali.Hal ini tentunya tidak menimbulkan pasaran di daerah Bali sendiri.Dari
sudut pandang ekonomi ini sudah patut dipertimbangkan dengan
sebaik-baiknya.Karena sarana Upacara sudah semakin banyak mendatangkan dari luar Bali,maka semangat
penduduk untuk melestarikan buah-buahan asli Bali demikian juga tumbuh-tumbuhan
dan hewan yang lainya akan menjadi memudar.Upacara Yadnya sesungguhnya memiliki
dimensi mendinamisasikan Dharma, Artha
dan Kama.Kalau dimensi ini dapat dijaga maka Upacara Yadnya itu bukanlah suatu
pemborosan,meskipun ada yang karena kemampuanya membuat Upacara Yadnya yang
besar atau Utama. Karena keadaan alam sudah semakin tidak mendukung, Upacara Yadnya
dalam bentuk Banten dipilih yang kecil saja.Yang lebih diutamakan melakukan
langkah nyata untuk mengusahakan lestarinya berbagai tumbuh-tumbuhan yang
semakin langka itu. Sedangkan tekanan beragama dikembalikan pada konsep
beragama pada jaman Kali yaitu berdana
punia sebagai mana telah diajarkan dalam Manawa Dharmasastra tersebut
diatas.Dana Punia itu diarahkan untuk membangun Suputra.Seperti membantu
anak-anak cerdas berbakat tetapi ekonomi orang tuanya kurang mampu mendukung
pendidikan anaknya. Karena menurut Slokantara lebih utama memiliki seorang
Suputra dari seratus kali berupacara yadnya.
Dari : I Ketut
Wiana.
Hal : Naskah Untuk Mimbar Agama Hindu di Bali
Post. Sudahdimuat tgl 11-6-2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar