Selasa, 15 November 2016

MANDIRI ADALAH CIRI GRHASTHA ASRAMA

Tahapan hidup berumah tangga dapat ditempuh apa bila sudah berhasil menjalankan Swadharma sebagai Brahmacari.Menurut Nitisastra Kekawin menyatakan hidup berumah tangga melalui perkawinan dapat ditempuh setelah berumur diatas dua puluh tahun.Smara wisaya ruang puluhing ayusa,Demikian dinyatakan dalam Nitisastra tersebut. Syarat tersebut mungkin baru secara fisik.Nanum secara mental masih perlu diperhitungkan lebih matang.Setelah kawin terbentuklah rumah tangga. Tahapan hidup berumah tangga ini disebutkan hidup dalam tahapan Grhastha Asrama.Dalam kitab Agastia Parwa dinyatakan sbb: Grhastha ngarania sang yatha sakti kayika Dharma. Artinya Grhastha namanya adalah orang yang telah mampu mandiri mengamalkan Dharma.Kemandirian mengamalkan Dharma dalam artian yang luas. Kemandian disini tidak saja dalam artian fisik dan ekonomi.Kemandirian seorang Grhastha dalam artian moral,mental dan wawasan.Dalam istilah populernya kalau sudah dewasa. Ada pendapat yang menyatakan bahwa istilah dewasa dalam bahasa Indonesia sesungguhnya berasal dari bahasa Sansekerta dari kata “dewasya” artinya terang bersinar atau memiliki sinar. Orang dianggap dewasa apa bila sudah mampu memiliki pendirian yang terang,jelas dan tentu dalam bersikap.Tidak ragu-ragu dalam menyikapi perjalanan hidup ini. Itulah ciri kedewasaan sebagai modal memasuki Grhastha Asrama.Salah satu fungsi Agama juga membangun sikap hidup yang terang,,jelas dan tentu.Orang yang sudah dewasa itulah yang sangat tepat memulai memasuki tahapan hidup Grhastha Asrama.Tanpa kedewasaan seseorang akan lebih banyak mengalami kesulitan dalam menempuh tahapan hidup Grhastha.Setelah menempuh Grhastha Asrama persoalan hidup bukan semakin sedikit dan semakin gampang.Justru dalam kehidupan Grhastha orang akan lebih banyak menghadapai beraneka ragam persoalan hidup.Namun hal itu tidak akan dirasakan sebagai beban hidup yang memberatkan kalau dihadapi dengan sikap yang dewasa.Sikap dewasa ini ditempa saat dalam tahapan hidup Brahmacari.Menguasai ilmu pengetahuan rokhani (Para Vidya) dan ilmu pengetahuan duniawi (Apara Vidya) sebagai kekuatan yang menyebabkan seorang - Grhastha siap untuk mandiri.Kemandirian seorang Grhastha adalah menjalankan Dharmanya sebagai Grhastha.Grhastha harus sudah siap melakukan dua macam kewajiban utamanya yaitu Bhastri dan Pati.Bhastri artinya memiliki kemampuan untuk menjamin secara mandiri kehidupan ekonomi keluarga.Karena itu saat masih dalam tahapan hidup Brahmacari wajib mendalami Guna Vidya yaitu ilmu pengetahuan yang mampu memberikan ketrampilan atau profesi sebagai modal utama untuk mencari nafkah.Guna Vidya itu ilmu yang tergolong Apara Vidya .Kalau saat Brahmacari hal ini tidak disiapkan dengan baik maka kehidupan Grhasthapun akan sulit dapat dilakukan dengan baik dikemudian hari.Kuranglah baik kalau saat Grhastha masih tegantung pada orang tua.Orang tua sifatnya hanyalah membantu menciptakan kondisi agar seorang Brahmacari siap memasuki tahapan hidup Grhastha.Bhastri ini adalah kewajiban pertama dari seorangGrhastha.Sedangkan kewajiban yang juga  sangat penting adalah kewajiban yang kedua yang disebut Pati. Pati adalah kewajiab Grhastha untuk memberikan perlindungan  kepada keluarga  sehingga setiap anggota keluarga memproleh rasa aman dalam menjalani hidupnya.Dalam hal memberi rasa aman inilah para Grhastha membutuhkan pandangan yang luas baik mebngenai pengathuan keagamaan maupun pengetahuan sosial lainya.Karena Grhastha itu diawali dengan menyatukan dua orang uang berbeda yaitu swami dan instri.Kalau perkawinan itu terjadi hanya didorong oleh kebutuhan biologis seperti terpenuhinya kebutuhan nafsu sex, maka  perkawinan itu akan mudah goyah.Swami maupun istri sama-sama membutuhkan keyakinan akan pasanganya selalu setia.Kalau kepercayaan pada masing-masing pasangan itu merasa terancam maka rumah tangga itu akan goyah.Kalau saling percaya mempercayai itu keropos maka rasa aman dalam pasangan itu tidak dapat dijamin.Kalau salah satu pihak merasa tidak terlindungi cinta kasihnya maka Grhastha yang demikian itu akan menurun kemampuanya untuk mandiri menjalankan Swadharmanya sebgai Grhastha.Karena itu masing-masing pihak harus menjaga diri untuk tidak saling melukai perasaan pasanganya sehingga masing-masing pihak merasa aman dalam kehidupan Grhastha itu.Demikian juga halnya dengan anak-anak kepercayaan kepada kedua orang tuanya bahwa orang tuanya akan bertanggung jawab akan kehidupanya sampaiaia mampu menjadi Grhastha baru.Memberikan perlindungan itulah yang disebut Pati

Dari : I Ketut Wiana.

Hal  : Naskah Untuk Mimbar Agama Hindu di Bali Post.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net