Dalam kitab
Taittiriya Upanisad I.11 ada disebutkan
: Matri deva bhava,pitri deva bhava,aacaaryadevo bhava atithideva bhava.
Artinya ibu,ayah,pandita dan tamu upacara adalah Deva. Istilah deva disini
artinya sinar suci.Ibu dan ayah sebagai leluhur adalah sinar suci dalam rumah
tangga. Karena itulah ibu dan ayah sangat wajar mendapatkan puji dan
bhakti dari keturunanya. Kitab
Sarasamuscaya 250 menjanjikan empat pahala mulia bagi mereka yang berbhakti
pada leluhurnya.Empat pahala mulia itu adalah.
Pertama: Kirti.Dalam Sarasamuscaya disebutkan: Kirti ngarania paleman ring ayu. Artinya selalu dipuji dan di doakan untuk mendapatkan
kerahayuan. Didoakan oleh orang lain dapat memberi dorongan jiwa dan
membesarkan semangat hidup.Apa lagi yang mendoakan itu orang tua, pemimpin atau
penguasa negara apa lagi seorang
Pandita. Nilai doa mereka itu akan jauh lebih mulia dari orang-orang pada
umumnya. Ada seorang ayah dan ibu berpuasa
saat anaknya sedang menghadapi ujian akhir di sekolahnya. Si anak benar-benar merasakan betapa doa
kedua orang tuanya dalam bentuk puasa mendorong jiwanya untuk sungguh-sungguh
belajar. Doa yang dilakukan dengan tulus dan dengan keyakinan yang tinggi
itu memiliki nilai spiritual yang kuat
untuk membangkitkan kekuatan spirit yang ada dalam diri..Doa yang sunggug-sungguh
itu memiliki dua dimensi yaitu dimensi psykhologis dan dimensi magis
religius..Dimensi psykhologis dapat secara langsung memberikan dorongan moral pada yang didoakan. Dimensi magis
religiusnya dapat menggerakan kesucian Atman untuk lebih mampu menguasai
Budhi,Manah dan Indria. Orang akan bersikap hidup idial apa bila indrianya
dikuasi oleh pikiranya.Pikiranya dikuasai oleh Budhinya.Budhinya dikuasai oleh
kesucian Atman. Keadaan seperti itu dapat menarik karunia Tuhan untuk mencapai
hidup bahagia.
Kedua Ayusa. Dalam Sarasamuscaya disebutkan :Ayusa ngaraning urip. Artinya Ayusa namanya berumur panjang. Yang dimaksud dengan umur
panjang bukan berarti orang mati sampai lanjut usia. Meskipun hidup
berlama-lama di dunia ini kalau tidak berbuat kebaikan berdasarkan kebenaran
itu namanya mayat bernafas. Demikian disebutkan dalam
Sarasamuscaya 179. Ayusa itu artinya dalam umur kita berjalan ini tidak banyak mendapatkan halangan dalam
hidup. Menurut Sarasmuscaya 367 umur kita hidup didunia ini sangat pendek.
Hidup yang pendek ini sebagian diambil
oleh waktu malam,waktu tidur,waktu sakit,bersedih, keadaan tua renta, dan
gangguan-ganguan lainya. Jadinya Ayusa ini adalah penggunaan waktu hidup yang efektive
untuk berbuat baik berdasarkan kebenaran. Kita akan mampu berbuat baik dan
benar sebanyak-banyaknya apa bila
gangguan yang mengurangi waktu hidup itu tidak ada. Kalau kita berbhakti
sungguh-sungguh pada leluhur gangguan itu akan semakin dikurangi oleh kekuatan
yang ditimbulkan oleh bhakti tersebut. Kita akan semakin maksimal dapat
menggunakan waktu hidup ini untuk mewujudkan kebaikan dan kebenaran.
Ketiga Bala.Dalam Sarsamuscaya disebutkan :Bala ngaraning kesaktin. Artinya Bala adalah kekuatan. Di Bali
istilah "sakti" sering dihubungkan dengan kemampuan magis yang negatif. Orang sakti itu sering
dicibir oleh masyarakat.Sesungguhnya
kata "sakti " dalam bahasa Sansekerta bukanlah berarti kekuatan yang negatif.Sakti dalam bahasa
Sanseketa artinya kemampuan yang positif. Karena itulah kekuatan Pradana atau
Prakerti dari Tuhan disebut Sakti yang
dilambangkan dengan Dewi. Orang yang sungguh-sungguh berbhakti pada lelhur
dijanjikan mendapatkan pahala Bala sebagai kekuatan untuk melaksanakan
gagasan-gagasan yang baik dan benar.Orang yang memiliki kemampuan yang tinggi
dalam mewujudkan gagasan-gagasanya yang baik dan benar itu sungguh hidunya
sangat berguna di dunia ini..
Keempat Yasa.Dalam Sarasamuscaya disebutkan: Yasa ngaraning patitinggal rahayu.Artinya Yasa
adalah meninggalkan kerahayuan.Inilah pahala yang keempat yang dijanjikan oleh
kitab Sarasamuscaya bagi mereka yang berbhakti pada leluihurnya.Dalam hidup ini
berbuat jasa merupakan dorongan naluriah bagi setiap orang. Berbuat jasa kepada keluarga apa lagi kepada masyarakat, bangsa dan negara hal itu sangat
didambakan oleh setiap orang..Perbuatan baik dan benar itu akan dapat menebus
dosa leluhur dan keturunan sebagaimana dinyatakan dalam kitab Manawa Dharmasastra
III.37 dan 38.Berbuat meninggalkan Jasa inilah yang disebut mencapai tingkatan hidup tanpa napas.Meskipun
secara fisk sudah mati namun jasa-jasanya selalu akan dikenang.
Dari : I Ketut
Widyananda
Hal : Naskah Untuk
Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar