Jumat, 30 Desember 2016

BANTEN BYAKALA LAMBANG PENYUCIAN LAHIRIAH

Setiap Upacara yadnya umumnya selalu diawali dengan Upacara pembersihan atau penyucian tahap awal. Penyucan itu meliputi dua macam.Ada penyucian yang bermakna lahiriah dan ada penyucian yang bermakna rokhaniah. Banten Byakala adalah Banten yang melambangkan upacara penyucian lahiriah.Upacara yang melambangkan penyucian lahiriah ini dilengkapi dengan Upacara penyucian rokhaniah dengan menggunakan upakara atau Banten Prayascitta.Banten Byakala ini terdiri beberapa  unsur yang hampir semuanya melambangkan suatu proses penyucian yang bersifat lahiriah.Banten Byakala ini dibuat dengan alas menggunakan Ayakan dalam bahasa Bali namanya Sidi. Penggunaan Sidi atau ayakan ini sangat jelas fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Ayakan ini alat untuk menyaring tepung beras untuk mendapatkan tepung yang halus. Hal ini melambangkan tujuan Banten Byakala ini adalah untuk menyaring wujud yang kasar  menjadi lebih halus.Upacara Byakala untuk meningkatkan sifat-sifat Bhuta Kala dari yang kasar menjadi lebih halus untuk membantu manusia dalam menangani berbagai perkerjaan dalam rangka beryadnya. Diatas Ayakan itu diletakan Kulit Sesayut. Kulit Sesayut itu dibuat dari daun janur yang masih hijau yang disebut Selepan. Kulit Sesayut itu bentuknya bundar dengan garis tengah antara dua puluh lima sampai tiga puluh cm. Dibuat dari Selepan dengan cara Maiseh berkeliling sehingga bentuknya menjadi bundar. Bentuk ini juga melambangkan hidup di dunia Sekala ini diusahakan dengan cara bertahap dengan rencana yang matang menuju tujuan yang semakin baik.Bentuk Kulit Sesayut itu memang sejalan dengan arti istilah Sesayut. Istilah Sesayut ini berasal dari kata “Ayu “ yang artinya selamat atau Rahayu. Kata “Ayu” ini mendapat penganter Dwi Purwa lalu menjadi Sesayu. Dari sesayu itu mendapat reduplikasi “t “ lalu menjadilah Sesayut yang artinya menuju kerahayuan..Dengan Kulit Sesayut itu telah tergambar bahwa tujuan Banten Byakala itu adalah merobah keadaaan dari yang kurang baik menjadi  lebih baik.Dari yang kotor menjaadi bersih dan suci tahap demi tahap.Perlengkapan berikutnya adalah menggunakan Kulit Peras Pandan berduri.Pandan berduri itu disebut Pandan Wong.Istilah Peras dalam Lontar Yadnya Prakerti  artinya Prasidha. Prasidha artinya sukses dengan mengendalikan Tri Guna. Dengan mengendalikan Tri Guna di Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung kita akan mendapat kekuatan yang tangguh untuk menyucikan kekotoran yang bersifat Sekala ini.Pandan Wong adalah pandan lambang senjata untuk melindungi kebenaran yang diperjuangkan oleh maanusia. Bersih dalam artian Sekal adalah segala sesuatunya berada dalam keadaan seimbang sesuai dengan posisi,proporsi dan fungsi masing-masing. Misalnya dalam pekarangan rumah.Meskipun ada sampah dan kotoran lainya,sepanjang semuanya itu berada pada tempatnya masing-masing ,seperti sampah berada pada tempat sampah,kotoran manusia berada pada tempat pembuangannya,limbah keluarga tersalur lewat saluranya yang sudah disiapkan untuk itu.Hal yang seperti itulah yang disebut bersih. Bersih dalam artian Sekala bukanlah berarti sama sekali tidak ada yang kotor dalam lingkungan hidup kita.

Banten Byakala dilengkai dengan Nasi Metajuh dan Nasi Metimpuh. Nasi ini dibuat dengan Nasi dan garam dan lauk pauk lainya.Nasi tersebut dibungkus dengan  daun pisang sedemikian rupa sehingga ada yang berbentuk segi empat (Nasi Metajuh ) dan Segi Tiga (Nasi Metimpuh ). Membungkus Nasi dengan lauk pauknya dalam dua bentuk tadi dengan menggunakan daun pisang. Nasi dalam dua bentuk itu melambangkan isi alam yang dibutuhkan oleh manusia sehari-hari. Isi alam tersebut patut dilindungi dari pencemaran Bhuta Kala. Daun pisang yang dijadikan pembungkus itu lambang perlindungan dari pengaruh Bhuta Kala.Hal ini diceritrakan dalam  Maha Bharata. Dalam perang Bharata Yudha diceritrakan Duryudana dipanggil oleh ibunya Dewi Gandhari. Duryudana disuruh olehibunya menghadap waktu malam hari dalam keadaan telanjang bulat. Atas nasehat Sri Kresna Duryudana tidak jadi menghadap ibunya dalam keadaan telanjang bulat.Karena hal itu sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang anak yang sudah dewasa bahkan sudah beristri dihadapan ibunya. Hal ini memang atas nasehat Sri Krisna. Duryudana akhirnyamenghadap ibunya dengan menutup bagian badanya yang terlarang dengan daun pisang. Begitu Duryudana menghadap ibunya.lalu Dewi Gandhari membuka tutup matanya untuk memancarkan kesaktian pada Duryudana agar Duryudana menjadi teguh tidak tembus segala macam senjata.  Karena ada bagian tubuhnya yang tidak telanjang maka bagian itulah yang tidak teguh.Waktu Duryudana bertempur dengan Bima bagian tubuhnya yang tidak teguh itulah yang dipukul oleh Gadanya Bima.Duryudanapun rubuh dan terus gugur dalam medan pertempuran. Hal inilah yang menyebabkan daun pisang diyakini memiliki kekuatan untuk menolak kekuatan negatif seperti Bhuta Kala itu agar dapat di somia. Banten Byakala juga menggunakaan Sampian yang disebut Lis Alit atau Lis Bebuu  sebagai Lis Pabyakalaan. Lis Bebuu ini sangat berbeda dengan Lis Senjata atau juga Lis Amu Amu yaang dipergunakan dalam Banten Prayascitta. Sampian Lis Bebuu ini lambang alam dalam keadaan seimbang.Dalam Sampian Lis ini terdapat beberapa sampian jejahitan seperti “tangga menek,tangga tuwun,jan sesapi, ancak bingin,alang-alang,tipat pusuh,tipat tulud, basang wayah basang nguda,,tampak,tipat lelasan,tipat lepas dllnya itu dibungkus dijadikan satu dengan sebuah jejahitan yang bernama Takep Jit terus diikat menjaadi satu sehingga berbentuk Base tampelan. Diisi  urung tipat Kukur.Menurut Mantram Lis Bebuu ini tujuan pernggunaan Lis ini untuk menghilangkan Dasa Mala yaitu sepuluh perbuatan yang kotor yang tidak layak dilakukan. Dasa Mala ini diuraaikan dalam kitab Slokantra 84 yaitu Tandri,Kleda,Leja,Kutila,Kuhaka,Metraya,Megata,Ragastri,Bhaksa Bhuwana dan Kimburu. Itulah sepuluh jenis perbuatan yang dianggaap kotor atau Mala yang menghalangi seseorang mencapai karunia Tuhan.Dalam Banten Byakala digunakan juga Sampian Padma lambang senjata Dewa Siwa sebagai pembasmi yang bersifat negatif seperti Dasa Mala tersebut.Dengan Banten Byakala ini kita wujudkan kesucian secara Sekala dengan menata segala sesuatunya sesuai dengan posisi,proporsi,fungsi dan profesi maasing-masing. Keadaan itulah yang akan melahirkan keadaan yang harmonis.Keadaan yang har monis itulah keadaan  yang dianggap bersih untuk ditingkatkan menuju kesucian Niskala.


Dari : I Ketut Wiana
Hal  : Naskah Untuk  Majalah Homa Yadnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net