Prayascitta berasal
dari kata Prayas dan Citta. Prayas dalam bahasa Sansekerta artinya bahagia atau
gembira. Sedangkan kata Citta artinya alam pikiran. Pikiran yang suci dan
netral disebut Citta.Kalau ia sudah ditarik dan dipengaruhi oleh dorongan hawa
nafsu ia disebut Manah.Namun kalau ia dapat membeda-bedakan mana yang baik dan
mana yang buruk pikiran itu disebut Wiweka. Dengan Wiweka pikiran dapat
diarahkan kembali menuju Citta.Pikiran yang sempat kotor dapat dikembalikan
dengan pemahaman Tattwa Jnanya,Susila Agama dan juga dengan Upacara Yadnya.
Dalam tradisi Hindu di Bali salah satu Banten yang dipakai dalam Upacara Yadnya
untuk mengembalikan alam pikiran yang kotor itu adalah Banten Prayascitta. Kalau Banten Byakala yang
telah dibahas Rebo tgl 21 Juli yang baru lalu sebagai Banten yang bermakna
sebagai lambang penyucian yang bersifat lahiriah.Sedangkan Banten Prayascitta
sebagai lambang penyucian rokhaniah. Karena itu Banten Peayascitta ini selalu
menyertai Banten Byakala atau Banten Durmangala.Banten Prayascitta ini biasanya
dipergunakan setelah Banten Byakala atau Banten Durmengala dihaturkan. Ini
berarti penyucian Sekala (lahiriah) terlebih dahulu barulah penyucian Niskala (
rokhaniah).Banten Prayascitta disamping selalu menyertai Banten Byakala dan Banten Durmangala juga digunakan dalam
berbagai peristiwa. Banten Prayscitta dipergunakan saat selesai
mendirikan/memperbaiki bangunan rumah.Banten Prayascitta juga dipergunakan saat
selesai Cunttaka.Misalnya habis melahirkan (42 hari setelah melahirkan),sehabis
upacara kematian,Banten Prayascitta juga selalu melengkapi Banten Eteh-eteh
Panglukatan di depan Pandita Memuja.Pandita sebelum menghaturkan Upakara selalu
didahului dengan menyucikan (Ngelukat) Upakara yang akan dihantarkan oleh
Pandita dalam rangka Upacara Yadnya tersebut.Salah satu dari proses Panglukatan
sarana Upakara yang akan dihantarkan oleh Pandita itu menggunakan Banten Prayascitta. Banten
Prayscita ini terdiri dari Kulit Sesayut
sebagai alasnya,Kulit Peras,pesucian atau Pengeresikan, delapan lembar daun
tabia bun yang dijarit bundar, delapan ujung daunya mengarah kedelapan penjuru
angin dibentuk bagaikan topi tengadah.Bantuk daun tabia bun ini diisi nasi
berbentuk bundar dilengkapi dengan lauk pauk dengan lima iris telur dadar
diletakan sedemikian rupa sehingga mengarah pada lima mata angin. Berikutnya
dilengkapi dengan banten Penyeneng, sampian Nagasari,sampian Padma, Lis
Bebuu,Lis Senjata,bungkak Kelapa Gading,air biasa,Tirtha Pengelukatan,Semua
sampian dan jejahitan agar diusahakan menggunakan kelapa Gading. Alas untuk
membuat Banten Prayascitta ini tidak menggunakan Sidhi seperti Banten
Byakala.Dapat menggunakan baki,atau nare atau di Bali biasa di pakai Tampah atau juga Tamas.Diatas Tampah ( Tetempeh dalam bahasa
Balinya) itulah berbagai bahan-bahan pembuatan Banten Prayascitta disusun
sedemikian rupa sehingga
menjadi Banten Prayascitta yang indah sebagai media ritual yang sakral untuk
menyucikan alam pikiran. Arti dari Banten Prayascitta ini digambarkan oleh
unsur-unsur yang membentuk Banten
Prayascitta tersebut. Misalnya seluruh
bahan Banten Prayascitta hendaknya sedapat mungkin seluruhnya menggunakan daun
kelapa Gading terutama sampian Padma dan Lis Senjata. Penggunaan Kelapa Gading
ini dalam Upacara Panca Yadnya
didasarkan oleh suatu mitologi dalam Lontar Taru Premana dan juga Lontar
Siwagama. Lontar Siwagama menceritrakan bahwa Kelapa itu berasal dari Kepala
yang kelima dari Dewa Brahma.Mitologi tentang Kelapa ini sudah pernah dimuat
dalam rubrik ini ketika menguraikan banten Daksina.Khusus Kelapa Gading
disebutkan dalam Lontar Taru Premana sebagai keturunan Dewa Surya yang dibentuk
dari sari-sari illmu Kepanditaan. Ilmu Kepanditaan ini dalam Taru Premana
berwujud dalam Kelapa Gading. Karena itu Kelapa Gading dapat dijadikan sarana
untuk mengobati berbagai macam
penyakit..Disamping itu dalam Lontar Taru Premana disebutkan Kelapa Gading
memiliki kekuatan magis untuk Ngelukat berbagai kekotoran. Dalam Lontar Taru
Premana disebutkan sbb: Titiyang I kelungah
Nyuh Gading Sesarin Sang
Pandita,titiyang wenang Anglukat sekancan Leteh....... Titiyang pinaka warih
Bhatara Surya nguni. Dari uraian Lontar inilah ada keyakinan dikalangan umat
Hindu bahwa Kelapa Gading itu memiliki kekuatan magis religius. Kelapa Gading
disamping digunakan air buahnya yang muda (dalam bhs Bali disebut Bungkak)
sebagai Tirtha Panglukatan,juga digunakan daunya sebagai Lis Senjata dan
sebagai Sampian Padma.Padma ini khusus sebagai lambang senjata Dewa Siwa
sebagai pemusnah kekotoran. Lis Senjata yang dibuat dari daun janur Kelapa
Gading ini umumnya dibuat dalam bentuk sampian Lis dengan lima macam senjata
saja.Misalnya “reringgitanya dari yang
paling bawah melukiskan senjata Naga Pasa senjatanya Dewa Maha Dewa, terus
diatasnya Gada senjatanya Dewa Brahma, berikutnya Padma senjata Dewa
Siwa,diatasnya Cakra senjata Dewa Wisnu.Diatas Cakra adalah Bajra senjata Dewa
Iswara. Diatas senjata Bajra ada mata dan terus paling diatas menggambarkan
rambut. Ini menggambarkan bahwa seluruh sejata kekuatan Dewa itu adalah satu
dari Hyang Widhi Wasa.Seluruh sejata para Dewa itu lambang kesucian Tuhan yang
akan melenyapkan segala kekotoran alam pikiran.Dengan Sampian Lis Senjata
inilah kita dimotivasi dengan cara ritual agar terus kita memikirkan nama
Tuhan.Kalau pikiran selalu ditambatkan pada Nama Tuhan dengan kesucianya maka
pikiranpun menjadi suci.Menurut Puja penganter Banten Prayscitta itu ada
lima Mala atau kekotoran diri yang
dimohonkan dapat hilang dengan Banten Lis itu yaitu Sarwa Rogha artinya segala
macam penyakit,Sarwa Wighna artinya segala halangan,Sarwa Satru yaitu semua
musuh, Papa Klesa yaitu lima klesa yang mengotori hidup dan Sarwa Dusta artinya
terhindar dari bencana oleh orang-orang jahat.Dusta dalam bahasa Sansekerta
artinya orang jahat.Demikianlah banten Prayascitta bertujuan sebagai sarana
ritual yg sakral untuk melindungi pikiran dari lima kekotoran itu.
Dari : I Ketut Widyananda
Hal : Naskah untuk
Kembang Rampe di Nusa Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar