Rabu, 28 Desember 2016

BHATARA KALA DAN GHANESIA MELINDUNGI PEKARANGAN RUMAH

Dalam areal tempat tinggal umat Hindu di Bali tidak hanya  bangunan rumah saja yang didirikan.Terdapat juga bangunan suci yang disebut Ulun Karang.Bangunan suci Ulun Karang itu didirikan Merajan atau Sanggah Kamulan sebagai pelinggih pokok tempat memuja Dewa Pitara atau rokh suci leluhur.Pemujaan Dewa Pitara ini melalui suatu proses Upacara yang disebut Nuntun Dewa Hyang atau Dewa Pitara Pratistha.Upacara ini dilangsungkan pada Pitara yang telah diupacarai  Pitra Yadnya yaitu Sawa Wedana dan Atma Wedana.Disamping ada tempat suci yang disebut Ulun Karang terdapat juga bangunan suci yang disebut Panunggun Karang.Setiap pekarangan rumah umumnya dilindungi dengan tembok keliling.Ada juga yang belum mampu cukup memakai pagar hidup.Sudut-sudut pekarangan disbut “Jungut atau Padu Raksa “  Rumah tempat tinggal umat Hindu adalah replika dari Bhuwana Agung. Dalam kitab  Yajurveda Bhuwana itu adalah stana Tuhan dengan segala ciptaanya.Demikian juga rumah lambang Bhuwana juga stana Tuhan dengan segala ciptaanya. Karena itu rumah juga dikelilingi oleh Dewa-Dewa. Dewa-Dewa itu sebagai Padu Raksaa. Padu artinya terpadu dan Raksa artinya menjaga atau melindungi.Dengan demikian setiap sudut pekarangan rumah sebagai Padu Raksanya kesucian dan kekuatan Tuhan melindungi kehidupan dalam pekarangan rumah tersebut.Di sudut Timur laut di jaga oleh Sang Sari Raksa sebagai perwujudan Bhatara Sri.Di Tenggara dijaga oleh Sang Aji Raksa sebagai perwujudan Bhatara Guru .Di Barat daya dijaga oleh Sang Rudra Raksa sebagai perwujudan Bhatara Rudra.Di Barat Laut dijaga oleh Sang Kala Raksa sebagai perwujudan Bhatari Uma. Penyengker Padu Raksa tersebut harus dihidupkan secara riitual.Menurut Lontar Hasta Kosala Kosali menyebutlkan kalau Padu Raksa itu tidak dihidupkan dengan ritual  Agama maka tidak akan ada maknanya rumah itu.Dalam Lontar disebutkan: Aywa nora Padu Raksa bilang jungut,yan tan mangkana , hala sang maumah mabwat. Artinya janganlah tanpa Padu Raksa setiap sudut pekarangan,kalau tidak demikian celaka orang yang punya rumah dibuat.Tentang penempatan Palinggih Panunggun Karang disebutkan diarah Barat Laut.Dalam Lontar Hasta Kosala Kosali disebutkan sbb: Wayabya natar ika,iku Panunggun Karang paumahan. Artinya Di sudut Barat Laut pekarangan itu disebut Panunggun Karang Paumahan. Menurut Lontar Hasta Kosala Kosali tersebut diatas yang distanakan di Palinggih Panunggun Karang itu adalah Sang Kala Raksa. Kala disamping berarti waktu Kala juga berarti energi.Yang distanakan pada Palinggih Panunggun Karang adalah energi suci dari Tuhan untuk melindungi kehidupan didalam wilayah pekarangan tersebut.Dalam Pengider-ider Asta Wara . Wara Kala terletak disudut Barat Laut atau Wayabya. Dalam salah satu versi ceritra Wayang Sapuh Leger ada diceritrakan tentang Stana Kala di Barat Laut. Dikisahkan Sang Sudha lahir pada hari Sabtu Kliwon Wuku Wayang atau hari Tumpek Wayang.Sang Sudha memiliki adik bernama Diah Adnyawati. Bhatara Kala mendapat  Panugrahan dari Bhatara Siwa yang mengijinkan Bhatara Kala untuk menjadikan  santapan bagi orang yang lahir pada hari Tumpek Wayang.Sang Sudha 
dikejar-kejar oleh Bhatara Kala karena ia  lahir pada hari Tumpek Wayang. Sang Sudha terus lari dan dapat bersembunyi dirumpun bambu yang sangat lebat.Bhatara Kala terus mencari-carinya kemana-mana. Diah Adnyawati adik Sang Sudha memohon pada Raja  Mayaspati yang bernama Sang Arjuna Sastrabahu agar melawan Bhatara Kala. Atas permintaan Diah Adnyawati itu Raja Mayaspati memerangi Bhatara Kala. Bhatara Kala dalam peperangan tersebut dapat dikalahkan.Setelah Bhatara Kala dikalahkan akhirnya diberikan tempat di setiap sudut barat laut atau Wayabya dari pada pekarangan rumah penduduk.Raja Arjuna Sastrabahu  memerintahkan pada Bhatara Kala sbb:Hai Bhatara Kala  mangke ring Wayabya ungguhanta wus kita angrebeda. Artinya: Hai Bhatara Kala sekarang di Barat Laut tempatmu berstana janganlah lagi engkau mengganggu. Demikianlah Kala itu adalah energi alam semesta yang berasal dari Tuhan akan menjadi pelindung yang positif bagi manusia apa bila dirangkul dikasihi diberikan tempat yang wajar. Jadinya pekarangan  rumah  dilindungi oleh Bhatara Ghana  dan Bhatara Kala. Banten  Resi Ghana itu ditanam dinatar rumah berfungsi sebagai pelindung yang aktif menyerang kalau ada anasir-anasir yang mau mengganggu ketentraman keluarga yang bertempat tinggal dirumah tersebut.Penanaman Banten Resi Ghana di natar rumah itu sangat sesuai dengan tradisi umat Hindu di India. Bagi mereka yang mampu memiliki rumah yang wajar dan memadai dinatar rumahnya menghadap ke pintu masuk rumah umumnya didirikanlah Patung Ghanesia sebagai Wighna-ghna Dewa. Untuk umat Hindu di Bali rumah disakralisasi dengan upacara Resi Ghana, juga didirikan Pelinggih Panunggun Karang. Palinggih Panunggun Karang tersebut sebagai stana Bhatara Kala sebagai pelindung yang menyatukan kekuatan yang disebut Paduraksa dalam Lontar Hasta Kosala Kosali tersebut. Palinggih yang digunakan umumnya Palinggih Tugu. Tinggi Palinggih Tugu Panunggun Karang tersebut ruang  tempat menempatkan sesajen jangan sampai lebih tinggi dari alis mata pemilik rumah yang sudah dewasa. Menurut Lontar Hasta Kosala Kosali Bhumi sbb: Panunggun Karang paumahan ( Bhupati Bhuta Kala Dengen ) sarwa durjana tan yukti dadi kasih.. Maksud kalimat tersebut adalah Panunggun Karang  Paumahan sebagai stana penguasa Bhuta Kala  agar semua manusia jahat tidak melakukan kejahatan dan berbalik menjadi belas kasihan. Sehubungan dengan Palinggih Penunggun Karang ada juga pekarangan yang memiliki Palinggih Tugu Capah Pelinggih Sang Hyang Indra Belaka.Tugu Capah Pelinggih Indra Belaka didirikan apa bila rumah itu terdapat firasat buruk misalnya rumah kebakaran,tertimpa kayu besar yang roboh,ada penghuni rumah yang disambar petir dan kejadian-kejadian lainya yang tidak wajar.Kalau tidak ada kejadian sepertii itu tidaklah perlu ada Tugu Capah lagi dalam atau diluar pekarangan rumah. Palinggih Tugu Capah juga di letakan kalau ada rumah tumbak rurung atau parit atau pangkung atau berada  posisi siku-siku atau dilingkari oleh jalan Pekarangan rumah yang seperti itu  dianjurkan untuk didirikan Pelinggih Tugu Capah sebagai Palinggih Sang Hyang Durga Maya. Jadinya berbedalah sebenarnya antara Palinggih Panunggun Karang yang wajib ada pada setiap pekarangan umat Hindu di Bali,Palinggih Sang Hyang Indra Belaka dan Palinggih Sang Hyang Durga Maya yang tidak mutlak harus ada disetiap Pekarangan rumah.



Dari  : I Ketut Widyananda


Hal   : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net