Salah satu tujuan
memuja Tuhan adalah untuk mendapatkan perlindungan dari bencana. Tuhan itu
Mahakuasa.Tidak akan ada suatu peristiwa dapat terjadi tanpa kehendakNYA.Dalam
konsepsi Siwa Sidhanta Tuhan dalam fungsinya sebagai pelindung umatnya dari
gangguan bencana hidup disebut Dewa Ghana.Semenjak Sang Hyang Atma secara resmi
distanakan pada badan raga (ring raga tawulan) ketika upacara
Nyambutin atau Upacara Telu Bulanan dilangsungkan Pinandita atau Pandita sudah
memanjatkan doa pada Tuhan sebagai Dewa Ghana agar Raga Tawulan dengan Sang
Hyang Atma didalamnya terlindung dari serangan mara bahaya.Permohonan tersebut
dipanjatkan saat upacara pengguntingan Rambut pada waktu upacara Nyambutin.Ada
juga saat Upacara Ngotonin.Dalam Puja Astawa pengguntingan rambut itu doa
dipanjatkan agar terhindar dari lima macam bahaya yaitu pengguntingan rambut di
depan untuk memohon agar jangan tertimpa gangguan hidup yang disebut Papa
Klesa. Pemotonga rambut dikanan lambang permohonan agar jangan tertimpa ganguan
hidup yang disebut Lara Roga.Pemotongan rambut disebalah kiri lambang memhon
perlindungan agar jangan tettimpa Gering Sasab Merana. Pemotongan rambut dari
belakang agar jangan memiliki musuh atau
Satru. Pemetongan rambut ditengah agar jangan kena bencana yang disebut Sebel Kandel. Inilah
tujuan pemujaan Dewa Ghana agar jangan kena lima sumber bencara hidup tersebut.
Sumber bencana yang pertama disebut Papa Klesa .Ada lima Klesa
yang dapat menimbulkan Papa yaitu Awidya =kegelapan hati,Asmita =mementingkan
diri sendiri,Raga =hawa nafsu yang bergelora,Dwesa=kebencian dan Abhiniwesa=
katakutan akan kematian. Sumber bencana yang kedua adalah Lara Roga artinya penyakit yang berasal dari
dalam diri sendiri. Sumber bencana yang ketiga adalah Gering Sasab Merana artinya sumber penyakit dari keadaan
alam yang tidak harmonis ,seperti cuaca yang tidak teratur.Sumber bencana yang
keempat adalah Satru atau musuh.
Bermusuhan itu suatu keadaan yang sangat menyengsarakan dan akan mengurangi
semangat kerja seseorang. Sumber bencana hidup yang kelima adalah Sebel Kandel. Kata Sebel berarti sedih.Kesedihan
juga merupakan sumber penderitaan. Orang yang sedih sulit mengembangkan pikiran yang jernih.Sebel Kandel adalah
kesedihan yang sangat mendalam disebabkan oleh kekacauan wawasan tentang
hakekat hidup. Sesungghunya setiap hari kita wajib waspada pada lima sumber
bencana kehidupan tersebut. Yang paling utama harus kita waspadai adalah Klesa
yang akan membawa manusia pada kehidupan yang Papa. Klesalah yang menjadi
penyebab timbulnya empat sumber bencana yang lainya. Misalnya sakit yang
berasal dari dalam diri sendiri yang disebut Lara Roga. Penyakit ini dapat
timbul dari dalam diri manusia apa bila
dikuasai oelh lima Klesa tersebut.Misalnya suka mengumbar hawa nafsu (Raga),
marah atau membenci (Dwesa). Orang yang
memendam rasa takut yang mendalam
(Abhiniwesa) dapat juga jatuh sakit. Manusia terlalu mementingkan
dirinya sendiri (Asmita) dapat merusak kelestarian alam dan juga keharmonisan
sosial. Rusaknya kelestarian alam
dapat menimbulkan
Gering Sasab Merana. Rusaknya keharmonisan sosial dapat membuat manusia saling
bermusuhan.Hidup bersama saling bermusuhan sungguh suatu kehidupan yang
sengsara. Kekuasaan Klesa dalam diri seseorang menyebabkan diri dalam
keadaan sedih dan berpikiran yang kotor
atau Sebel Kandel. Untuk melawan lima sumber bencana hidup tersebut hendaknya
dihadapi dengan memuja Tuhan sebagai Dewa Ganesha. Mitology tentang keberadaan
Dewa Ghana itu banyak ragamnya. Salah satu tentang kelahiranya yang mengandung
banyak filosofi misalnya. Diceritrakan dalam Smara Dahana ada Raksasa bernama Nila Rudraka yang sangat sakti.Nila
Rudraka ini memerangi Raja-Raja di dunia dan sampai para Dewa di Sorga.Tujuan
Rakasasa ini adalah untuk menguasai dunia manusia sampai Sorga. Dalam
peperangan tersebut tidak ada Raja maupun manusia sakti yang dapat mengalahkan
Raksasa tersebut. Akhirnya Sang Hyang Widhi Tuhan Yang Mahakuasa memberi
tahukan pada para Dewa bahwa yang dapat mengalahgkan Nila Rudraka hanyalah
putra Dewa Siwa yang berkepala Gajah. Pada waktu itu Dewa Siwa tidak memiliki
putra yang berkepala Gajah. Tetapi saat
itu Dewi Uma Saktinya Dewa Siwa kebetulan hamil tua. Dewi Uma sedang
berjalan-jalan ditaman kaputren di Sorga. Sedang asyiknya Dewi Uma menikmati
keindahan taman di Sorga Loka itu tiba-tiba Dewa Indra melepaskan seekor Gajah
dan lewat secara tiba-tiba dihadapan Dewi
Uma. Dewi Umapun terkejut terus hamilnya yang tua itu segera lahir. Putra Dewi
Uma lahir sebagai bayi yang berkepala Gajah. Para Dewapun sangat gembira karena
sudah lahir Putra Dewa Siwa yang berkepala Gajah.Putra yang berkepala Gajah
tersebut diberi nama Dewa Ghanesia. Meskipun Dewa Ghanesia masih bayi langsung
saja diadu berperang melawan Raksasa Nila Rudraka.Karena masih bayi tentunya
Ghanesia yang masih bayi itu tidak bisa berperang. Raksasa Nila Rudrakapun
langsung menghamtamkan senjata Gadanya
pada Ghanesia.Anehnya setiap Ghanesia dihantam oleh Nila Rudraka, Ghanesia
tidak apa-apa. Malahan Ghanesia semakin besar.Setiap dipukul Ghanesia terus
membesar.Semakin dipukul Ghanesia
semakin cepat membesar.Sampai akhirnya Ghansia seketika itu menjadi dewasa.Setelah
ia kuat berbaliklah Ghanesia yang memukul Nila Rudraka. Ternyata Nila Rudraka
tidak dapat juga dikalahkan oleh Ghanesia. Setelah mendapat bisikan dari Hyang
Widhi agar Ghanesia memotong taringnya.Dan dengan taringnya itulah ia memerangi
Nila Rudraka. Ternyata setelah taringnya dipotong Ghanesiapun menjadi semakin
Sakti. Aklhirnya Ghanesiapun dapat mengalahkan Nila Rudraka. Ceritra itu
mengandung makna suatu perjuangan manusia yang hidup berhadapan dengan alam.
Raksasa Nila Rudraka lambang alam sedangkan Ghanesia lambang penjuangan manusia
berhadapan dengan alam itu sendiri. Hantaman-hantaman Nila Rudrakan kepada
Ghanesia adalah lambang pengalaman hidup berhadapan dengan alam.Kalau baik cara
kita menghadapi tantangan alam ini ,justru tantangan alam itulah yang akan
membawa kita semakin dewasa. Namun alam itu jangan dilawan dengan kasar dan
kekerasan. Alam itu harus dihadapi dengan kasih.Tanpa kekerasan itu
dilambangkan oleh taring Ghanesia yang dipotong.Setelah taringnya dipotong
justru kekuatan kasih Ghanesia meningkat Dengan kasih alam menjadi mitra hidup
bagi manusia.Alam tidak lagi menjadi musuh ( Nila Rudraka) namun menjadi sumber
hidup manusia.
Dari : I Ketut Widyananda
Hal :Naskah untuk Bunga Rampe di Nusa Tenggara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar