Minggu, 01 Januari 2017

BANTEN DURMENGGALA LAMBANG REHABILITASI DIRI

Bila ada suatu kejadian yang tidak wajar dalam kehidupan ini umat Hindu di Bali menyebutkan kena  Durmenggala. Misalnya rumah ditimpat pohon besar.Ada ular masuk rumah tinggal  dll.Menurut L.Mardiwarsito dalam Bukunya Kamus Jawa Kuna Indonesia menyebutkan bahwa kata Durmenggala berasal dari bahasa Sansekerta  yang artinya alamat buruk,kemalangan, dan tak beruntung. Keadaan kena Durmenggala itu disebutkan dalam Lontar Bhamakrtih dengan ciri-cirinya misalnya ada babi beranak satu,dipekarangan muncul asap,ada tawon bersarang dalam rumah,ular masuk kedalam rumah,ayam bersenggama ditempat tidur,rumah kebakaran,ada pohon kayu besar tumbang sampai keakar-akarnya tanpa sebab, ada pohon kelapa tumbuh bercabang,pohon pinang bercabang,,pohon enau bercabang, ada kelahiran yang aneh atau ganjil,ada peristiwa amuk,jamur tumbuh dilantai,ada lulut yaitu sejenis ulat berwarna kekuning-kuningan yang bersambung-sambung. ada pohon pisang bebuah ditengah-tengah batangnya.Keadaan sperti itu sering diyakini oleh umat Hindu di Bali sebagai alamat akan terjadi suatu hal yang buruk.Alamat buruk itulah yang disebut Kedurmenggala. Mangapa alamat buruk itu terjadi tentunya ada sesuatu yang tidak pantas pernah dilakukan oleh umat yang kena Durmenggala pada masa-masa yang lampau.Bahkan mungkin pula oleh leluhur pada penjelmaannya yang lalu. Untuk menenangkan hati secara Niskala umat menyelenggarakan upacara yang disebut  Tebasan Durmenggala. Namun demikian Banten Tebasan Durmenggala itu tidaklah semata-mata digunakan untuk mengembalikan ketenangan hati karena kejadian-kejadian yang disebutkan dalam Lontar Bhamakertih tersebut diatas.BantenTebasan Durmenggala digunakan juga dalam beberapa Upacara Panca yadnya. Misanya saat upacara Ngeraja Sewala, saat Upacara Otonan pertama.Upacara Ngaben saat Ngulapin Atman orang yang akan diaben juga disertai dengan Banten Tebasan Durmenggala. Saat Upacara Atma Wedana,carunya menggunakan juga Tebasan Durmenggala. Banten Tebasan Durmenggala selalu disertai oleh Banten Prayascita. Kalau Banten Prayascita semua sampainya dan bungkaknya menggunakan janur kelapa Gading.Sangat berbeda halnya dengan Banten Tebasan Durmenggala semua sampian sampai dengan bungkaknya menggunakan janur gadang atau hijau.Tebasan Durmenggala selalu diikuti oleh Banten Prayascita. Penggunaanya kalau ia dilengkapi oleh Banten Byakala maka Banten Byakala terlebih dahulu duhaturkan,kemudian baru Banten Tebasan Durmenggala dan terakhir barulah Banten Prayascita.Penggunaan Banten Tebasan Durmenggala untuk  menanggulangi keadaan yang tidak wajar atau bila terjadi alamat buruk atau kemalangan.Ini berarti Tebasan Durmenggala itu bertujuan untuk merehabilitasi keadaan hati  nurani  yang  dikacaukan  oleh  kejadian-kejadian  yang  aneh-aneh  itu . Tebasan Durmenggala  berarti merehabilitir keadaan yang merupakan alamat buruk. Sedangkan Banten Prayascittanya menandakan telah berhasilnya alam pikiran itu dibuat tenang dan damai setelah  melakukan rehabilitasi diri. Banten Tebasan Durmenggala menurut Lontar Bhamakertih hendaknya dilangsungkan selambat-lambatnya 42 hari setelah kejadian yang dianggap kejadian Kedurmenggala tersebut. Namun dalam kehidupan sehari-hari hal itu sering kurang mendapatkan perhatian oleh umat yang kena Durmenggala. Hal ini terjadi mungkin karena umat tidak mengetahui bahwa kejadian tersebut suatu Kedurmenggalaan.Banten Tebasan Durmenggala ini juga digunakan kalau ada Upacara Pemelaspas bangunan besar seperti Upacara Pemelaspas  Palinggih Meru,Padmasana dan Kahyangan Tiga.Banten Caru dari Upacara Pemelaspas bangunan atau Pelinggih tadi menggunakan  Banten Byakala,Durmenggala dan Prayascitta .Saat melakukan Banten Caru Pengeruak terus menghaturkan Tebasan Durmenggala kepada Sang Bhuta Bhuwana dan Segehan Agung pada Sang Bhuta Dengen.Dengan demikian bangunan itu akan menjadi suci.Membuat Banten Tebasan Durmenggala sangat mirip dengan membuat  Banten Prayscitta. Alasnya juga menggunakan Kulit Sesayut cuma harus menggunakan daun kelapa Gadang (hijau).Kalau Prayascitta menggunakan daun Kelapa Gading Diatasnya diisi sebuah Tumpeng disipi bawang merah,jae dan terasi mentah. Tumpengnya ada yang menggunakan Tumpeng warna Putih ada juga sumber menyebutkan berwarna hitam dan juga menggunakan Tumpeng Poleng. Dilengkapi dengan buah-buahan,jajan,Rerasmen dan telor asin. Perlengkapan lainya adalah Banten Pengeresikan/Pesucian,Penyeneng, Canang Genten dan Burat Wangi,Daksina,uang bolong dua ratus dua puluh lima kepeng lengkap dengan Benang Satu Tukel,sampian Lis,Sampian Padma.Lis Bebuu, Sampian Nagasari ,air bungkak kelapa hijau danTirtha, Menurut  Puja penganternya Banten Tebasan Durmenggala ditujukan untuk Nyomia enam Bhuta Kala yaitu Sang Kala Purwa,Sang Kala Sakti,Sang Kala Brajamuka,Sang Kala Petre,Sang Kala Ngulaleng dan Sang Kala Suksma. Keenam Kala inilah yang dapat menimbulkan keadaan Durmenggala. Nampaknya keenam Kala itu seperti halnya Sad Ripu  yaitu enam musuh manusia yang selalu mengintai kehidupan manusia sehar--hari. Yang menarik dalam Banten Byakala.Tebasan Durmenggala dan Prayascita ini adalah ketiga-tiganya Banten ini menggunakan Sampian Nagasari.Naga dalam bahasa Sansekerta disamping berarti ular yang besar juga berarti bumi tempat makhluk hidup mengembangkan dirinya. Sedangkan kata “Sari “ artinya inti yang paling utama. Dalam ketiga Banten ini yang dimaksud adalah prosesi penyucian inti dari Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung.Dengan demikian berbagai kekacauan di Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung kembali direhabilitasi menjadi tenang dan normal kembali.



Dari : I Ketut Widyananda

Hal  : Naskah Untuk Kembang Rampe di Nusa Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net