Bila ada suatu
kejadian yang tidak wajar dalam kehidupan ini umat Hindu di Bali menyebutkan
kena Durmenggala. Misalnya rumah
ditimpat pohon besar.Ada ular masuk rumah tinggal dll.Menurut L.Mardiwarsito dalam Bukunya
Kamus Jawa Kuna Indonesia menyebutkan bahwa kata Durmenggala berasal dari
bahasa Sansekerta yang artinya alamat
buruk,kemalangan, dan tak beruntung. Keadaan kena Durmenggala itu disebutkan
dalam Lontar Bhamakrtih dengan ciri-cirinya misalnya ada babi beranak
satu,dipekarangan muncul asap,ada tawon bersarang dalam rumah,ular masuk
kedalam rumah,ayam bersenggama ditempat tidur,rumah kebakaran,ada pohon kayu
besar tumbang sampai keakar-akarnya tanpa sebab, ada pohon kelapa tumbuh
bercabang,pohon pinang bercabang,,pohon enau bercabang, ada kelahiran yang aneh
atau ganjil,ada peristiwa amuk,jamur tumbuh dilantai,ada lulut yaitu sejenis
ulat berwarna kekuning-kuningan yang bersambung-sambung. ada pohon pisang
bebuah ditengah-tengah batangnya.Keadaan sperti itu sering diyakini oleh umat
Hindu di Bali sebagai alamat akan terjadi suatu hal yang buruk.Alamat buruk
itulah yang disebut Kedurmenggala. Mangapa alamat buruk itu terjadi tentunya
ada sesuatu yang tidak pantas pernah dilakukan oleh umat yang kena Durmenggala
pada masa-masa yang lampau.Bahkan mungkin pula oleh leluhur pada penjelmaannya
yang lalu. Untuk menenangkan hati secara Niskala umat menyelenggarakan upacara
yang disebut Tebasan Durmenggala. Namun
demikian Banten Tebasan Durmenggala itu tidaklah semata-mata digunakan untuk
mengembalikan ketenangan hati karena kejadian-kejadian yang disebutkan dalam
Lontar Bhamakertih tersebut diatas.BantenTebasan Durmenggala digunakan juga
dalam beberapa Upacara Panca yadnya. Misanya saat upacara Ngeraja Sewala, saat
Upacara Otonan pertama.Upacara Ngaben saat Ngulapin Atman orang yang akan
diaben juga disertai dengan Banten Tebasan Durmenggala. Saat Upacara Atma
Wedana,carunya menggunakan juga Tebasan Durmenggala. Banten Tebasan Durmenggala
selalu disertai oleh Banten Prayascita. Kalau Banten Prayascita semua sampainya
dan bungkaknya menggunakan janur kelapa Gading.Sangat berbeda halnya dengan
Banten Tebasan Durmenggala semua sampian sampai dengan bungkaknya menggunakan
janur gadang atau hijau.Tebasan Durmenggala selalu diikuti oleh Banten
Prayascita. Penggunaanya kalau ia dilengkapi oleh Banten Byakala maka Banten
Byakala terlebih dahulu duhaturkan,kemudian baru Banten Tebasan Durmenggala dan
terakhir barulah Banten Prayascita.Penggunaan Banten Tebasan Durmenggala
untuk menanggulangi keadaan yang tidak
wajar atau bila terjadi alamat buruk atau kemalangan.Ini berarti Tebasan
Durmenggala itu bertujuan untuk merehabilitasi keadaan hati nurani
yang dikacaukan oleh
kejadian-kejadian yang aneh-aneh
itu . Tebasan Durmenggala berarti merehabilitir keadaan yang merupakan
alamat buruk. Sedangkan Banten Prayascittanya menandakan telah berhasilnya alam
pikiran itu dibuat tenang dan damai setelah
melakukan rehabilitasi diri. Banten Tebasan Durmenggala menurut Lontar
Bhamakertih hendaknya dilangsungkan selambat-lambatnya 42 hari setelah kejadian
yang dianggap kejadian Kedurmenggala tersebut. Namun dalam kehidupan
sehari-hari hal itu sering kurang mendapatkan perhatian oleh umat yang kena
Durmenggala. Hal ini terjadi mungkin karena umat tidak mengetahui bahwa
kejadian tersebut suatu Kedurmenggalaan.Banten Tebasan Durmenggala ini juga
digunakan kalau ada Upacara Pemelaspas bangunan besar seperti Upacara
Pemelaspas Palinggih Meru,Padmasana dan
Kahyangan Tiga.Banten Caru dari Upacara Pemelaspas bangunan atau Pelinggih tadi
menggunakan Banten Byakala,Durmenggala
dan Prayascitta .Saat melakukan Banten Caru Pengeruak terus menghaturkan
Tebasan Durmenggala kepada Sang Bhuta Bhuwana dan Segehan Agung pada Sang Bhuta
Dengen.Dengan demikian bangunan itu akan menjadi suci.Membuat Banten Tebasan
Durmenggala sangat mirip dengan membuat
Banten Prayscitta. Alasnya juga menggunakan Kulit Sesayut cuma harus
menggunakan daun kelapa Gadang (hijau).Kalau Prayascitta menggunakan daun
Kelapa Gading Diatasnya diisi sebuah Tumpeng disipi bawang merah,jae dan terasi
mentah. Tumpengnya ada yang menggunakan Tumpeng warna Putih ada juga sumber
menyebutkan berwarna hitam dan juga menggunakan Tumpeng Poleng. Dilengkapi
dengan buah-buahan,jajan,Rerasmen dan telor asin. Perlengkapan lainya adalah
Banten Pengeresikan/Pesucian,Penyeneng, Canang Genten dan Burat
Wangi,Daksina,uang bolong dua ratus dua puluh lima kepeng lengkap dengan Benang
Satu Tukel,sampian Lis,Sampian Padma.Lis Bebuu, Sampian Nagasari ,air bungkak
kelapa hijau danTirtha, Menurut Puja penganternya
Banten Tebasan Durmenggala ditujukan untuk Nyomia enam Bhuta Kala yaitu Sang
Kala Purwa,Sang Kala Sakti,Sang Kala Brajamuka,Sang Kala Petre,Sang Kala
Ngulaleng dan Sang Kala Suksma. Keenam Kala inilah yang dapat menimbulkan
keadaan Durmenggala. Nampaknya keenam Kala itu seperti halnya Sad Ripu yaitu enam musuh manusia yang selalu
mengintai kehidupan manusia sehar--hari. Yang menarik dalam Banten
Byakala.Tebasan Durmenggala dan Prayascita ini adalah ketiga-tiganya Banten ini
menggunakan Sampian Nagasari.Naga dalam bahasa Sansekerta disamping berarti
ular yang besar juga berarti bumi tempat makhluk hidup mengembangkan dirinya.
Sedangkan kata “Sari “ artinya inti yang paling utama. Dalam ketiga Banten ini
yang dimaksud adalah prosesi penyucian inti dari Bhuwana Alit dan Bhuwana
Agung.Dengan demikian berbagai kekacauan di Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung
kembali direhabilitasi menjadi tenang dan normal kembali.
Dari : I Ketut
Widyananda
Hal : Naskah Untuk Kembang Rampe di Nusa
Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar