Sabtu, 03 Desember 2016

KAJANG SIMBOL WAHANA ATMAN MENUJU BRAHMAN

Kata Kajang berasal dari bahasa Jawa Kuna yang artinya tirai atau tutup.Jadinya Kajang dalam hal ini sebagai pengganti selubung Atman yang disebut Panca Maya Kosa dalam kitab Taiterya Upanisad atau Tri Sarira  dalam kitab Wrehaspati Tattwa. Dalam Kekawin Bharat Yuda  Pupuh XIX ,bait 14  disebutkan Dewi Hidimbi meminta diberikan kerudung untuk menutup diri oleh Hidimbi tatkala dijalan yang panas menuju ketempat Nenek Moyang supaya tidak ada rintangan menuju ke Sorga.Ini dapat kita setarakan dengan  pengertian Kajang.Karena Hidimbi ketika Gatotgaca gugur ingin ikut mati dengan cara Satya yaitu mati dengan cara  menceburkan diri keapi unggun mengikuti kepergian Gatotgaca putranya menuju alam Niskala yang langgeng. Dari pengertian ini  maka Kajang itu sebagai  pelindung Sang Pitara menuju alam Niskala. Kerudung Dewi Drupadi yang diminta sebagai kerudung untuk melindungi diri dari kepanasan. Hal ini nampaknya sbagai  kias.Panas itu tiada lain dari dosa-dosa yang pernah dibuat.Untuk melindungi diri itu artinya mengurangi kwantitas dan kwalitas dosa yang pernah di buat. Menurut Manawa Dharmasastra III.37 dan 38 menyatakan bahwa seorang anak yang lahir dari Brahma atau Daiwa Wiwaha,kalau ia berbuat baik ,maka perbuatan baiknya itu akan dapat menebus dosa-dosa leluhur atau keturunanya.Kerudung yang diminta oleh Dewi Hidimbi kepada  Dewi Drupadi pada hakekatnya adalah perbuatan baik keluarga untuk melawan panasnya dosa-dosa yang menyertainya ke alam Nisakala. Dari sisilah namapaknya Kajang itu dapat diberikan oleh leluhur atau Pandita dan selanjutnya dilengkapi oleh keluarga .Hal ini menyebabkan ada istilah nyait Kajang. Saat nyait kajang  yang sudah diberikan oleh Kawitan atau Pandita dijarit lagi beramai-ramai oleh seluruh keluarga atau handai tolan. Cara menjaitnya dengan menusukan jarum kecil-kecil pada Kajang tersebut dengan cara bergantian. oleh keluarag dan teman-teman orang yang akan diaben. Doa lewat nyait Kajang itu sebagai lambang perbuatan baik keluarga untuk mengantarkan Sang Pitara menuju jalan Brahman. Ini lambang keluarga dan handai tolan dapat memberikan bekal doa kepada yang  akan di aben. Karena itu Kajang sebagai sarana sakral mengantarkan Atman menuju Brahman. Dilihat dari penggunaan Aksaranya ,Kajang itu simbol  Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung. Misalnya  digunakanya  Aksara Rwa Bhineda  sebagai Rerajahan  Kajang..Dalam kitab Jnyana Sidhanta disebutkan  Aksara Ang Ah adalah  simbul urip artinya bersatunya unsur Purusa dengan Pradana. Unsur Purusa dengan Predana inilah yang melambangkan terbentuknya Bhuwana Alit wadah Sang Hyang Atma dan Bhuwana Agung Stana Hyang Widhi atau Brahman..  Kalau Aksara Rwa Bhineda itu di balik menjadi Ah dan Ang menjadi lambang Pralina. Dalam Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung ada  Sapta  Loka,Sapta Patala dan Sapta Pada. Di Bhuwana Agung Sapta Loka itu adalah dari bawah keatas yaitu Bhur L:oka, Bhuwah Loka Swah Loka, Tapa Loka,Jana Loka, Maha Loka dan Satya Loka. Sapta Loka di Bhuwana Alit yaitu: Pusat Bhur Loka, Hulu hati Bhuwah Loka,Leher Swah Loka, Muluit Tapa Loka.Hidung Jana Loka, Mata Maha loka dan Ubun-ubun  Satya Loka. Sedangkan Sapta Patala pada diri manusia adalah: Paha lambang Sutala,lutut Atala, betis Witala,pergelangan kaki Sutala-tala.,Tumit Santala, Jari kaki Tala-tala, dan tapak kaki lambang Tala. Tujuh bagian Bhuwana Alit itu  diurip  dengan Sapta Ongkara Mertha. dalam Kajang agar memiliki kekuatan suci mengnatarkan Atman menuju Brahman. Sapta Ongkara Mertha itu  sangat jelas dalam kajang Tri dan juga Kajang Brahmana Wala..Sapta Ongkara Mertha itu adalah tujuh Aksara suci sebagai lambang kesucian Tuhan untuk menghidupkan kembali unsur-unsur kesucian diri Pitara agar dapat menjadi  panutup Sang Pitara.Kalau sebelumnya  Sang Pitara ditutup oleh badan kasar yang sudah rusak. Dengan Kajang itu badan yang sudah rusak itu diganti dengan badan suci dalam bentuk Kajang.Diharapkan dengan badan suci itu Atman dapat mencapai Brahman. Tujuh Akasara suci yang disebut Sapta Ongkara itu adalah sbb: Ang Ung Mang Om,Ardha Chandra.Windhu dan Nadha. Aksara Ang sebagai Pusar . Dewanya Brahma .Aksara Ung menjadi hati Sang Pitara . Dewanya Wisnu. Aksara Mang sebagai kerongkongan .Dewanya  Sang Hyang Iswara. Aksara Omkara sebagai lambang tujuh lobang di bagain kepala yaitu dua lobang mata.dua lobang hidung,dua lobang telinga dan satu mulut.Dewanya Maha Dewa. Aksara Arda Chandara,Windu dan Nada sebagai alis, batas dahi, dan kepala.Dewanya Rudra,Sada Siwa dan Parama Siwa. Di Bhuwana Agung Satpa ongkara itu berada pada Jagra Pada,Swapna Pada,Susupta Pada,Turya Pada,Turyanta Pada,Kewalya Pada dan Parama Kaiwalya  pada. Itulah lambang Kajang sebagai badan pengantar Atman menuju  Brahman di alam Niskala

Dari : I Ketut Widyananda.
Hal  :  Naskah Untuk  Rubdrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara.


            LATAR BELANG PEMBAGIAN JENIS KAJANG.

Meskipun makna filosofis Kajang sama ,namaun bentuk dan nama Kajang itu berbeda-beda. Mungkin dapat dipersamakan dengan pakaian. Fungsi pakaian itu sama.Namun pakaian itu ada banyak jenisnya dan banyak  pula ragam bentuknya. Memperhatikan berberapa bentuk Kajang yang umum dipakai dalam  Upacara Pengabenan Kajang itu dibedakan berdasarkan kedudukan orang yang diaben..Ada Kajang untuk umat yang berkedudukan sebagai Pandita atau Brahmana ,ada Kajang  bagi mereka yang  duduk sebagai pemegang kekuasaan atau Kajang Ksatria dan ada Kajang untuk umat kebanyakan. Latar belakang yang membedakan jenis Kajang ini sangat wajar.Keberadaan diri dari  orang yang  duduk sebagai Pandita tentunya  sangat berbeda dengan orang yang duduk sebagai  pemimpin Negara atau pemerintah..Demikian juga akan berbeda dengan orang yang  menjadi pengusaha ataupun menjadi  orang kebanyakan. Nampaknya perbedaan profesi dan fungsi itulah pada mulanya yang menjadi dasar pembagian jenis Kajang tersebut. Tetapi belakangan perbedaan jenis Kajang itu didasarkan pada Wangsanya. Ini bisa terjadi karena di Bali adanya pergeseran sistim Catur Varna menjadi Tri Wangsa. Yang nyata ada di Bali adalah Tri Wangsa yaitu Wangsa Brahmana,Wangsa Ksatria dan Wangsa Jaba. Wangsa artinya keturunan.Saya tidak mau mengatakan adanya Wangsa Wesya.Karena kenyataanya sampai saat ini hal itu tidak jelas dalam masyarakat.Kalau sistim Varna dibagi berdasarkan Guna dan Karma seseorang. Pembagian Catur Varna berdasarkan Guna dan Karma itu dinyatakan dalam berbagai kitab suci Hindu misalnya Bhagawadgita IV.13..Dalam kitab tersebut dinyatakan bahwa pembagian  Varna menjadi Brahmana  Varna,Ksatria Varna ,Wesia Varna dan Sudra Varna berdasarkan Guna dan karma. Guna itu adalah sifat dan bakat.Sedangkan Karma artinya perbuatan dan pekerjaan. Seseorang disebut Brahman bukan karena berdasarkan keturunanya. Tetapi berdasarkan Guna dan Karmanya. Seorang disebut Brahmana bukan karena ayahnya seorang Pandita.Seorang menjadi Pandita atau Brahmana karena melalui proses pendidikan mendalami ajaran suci Weda dan Satra-Satranya..Proses pendidikan tersebut baik melalui sistem tradisional maupun melalui sistem  modern. Demikian juga  seorang disebut Ksatria bukan karena ia  ayahnya seorang pejabat Kerajaan atau pemerintahan.Seorang disebut Ksatria karena ia berbakat sebagai Ksatria dan  bekerja sebagai seorang Ksatria seperti pemimpin di Pemerintahan atau di masyarakat sebagai politisi dll. Perbedaan bentuk Kajang sesungguhnya pada mula berdasarkan perbedaan Varna. Karena intervensi Kerajaan untuk mempertahankan  stus quonya.Disamping itu pada jaman Kerajaan apa kata Raja itulah yang disebut Undang-Undang atau hukum yang harus ditaati. Rakyat sengaja tidak diajarkan pengetahuan ajaran Agama secara turun temurun. Akhirnya sistem Varna yang digeser menjadi sistem kewangsaan berlangsung berabad-abad. Inilah kesalah pahaman berabad-abad yang meracuni umat Hindu sampai merasuki sistem Upacara Agama yang suci itu. Dewasa ini sesungguhnya  dapat kita kembalikan sistem penggunaan Kajang itu kembali kepada sistem Catur Varna. Karena itu penggunaan kajang Brahmana misalnya sesungguhnya dapat digunakan oleh beliau yang benar-benar berfungsi sebagai Brhamana. Seperti  Pandita dengan tidak usah melihat lagi asal usul leluhur dari Pandita tersebut.Karena seseorang yang akan di upacarai Diksa sebelumnya mohon diri atau "mepamit " pada keluarganya.Karena setelah beliau di Diksa sebagai Pandita sudah tidak dimiliki oleh keluarganya lagi.Beliau dimiliki oleh semua umat Hindu dengan tidak membeda-bedakan asal -usulnya. Oleh karena itu umat perlu mengembalikan paradigmanya  atau pandanganya untuk kembali berpegang pada  Sastra Drstha. Sastra Drsta artinya pandangan yang memiliki landasan Sastra atau hukum-hukum Agama yang bersumber dari kitab suci. Weda. Karena itu sistem penggunaan Kajang dalam upacara Ngaben  tahap-demi tahap tidak lagi berpegang pada sistem Wangsa. Umat harus ada keberanian untuk melepaskan dengan penuh pengertian dan kesadaran tradisi atau Adat-istiadat yang bertentangan dengan esensi  kitab suci . Ini artinya merobah sistem itu jangan dilakukan dengan cara grasa grusu.. Karena acuan beragama bukanlah sembarang Adat istiadat. Kalau Adat istiadat itu masih sebagai wujud pengamalan Agama yang berdasarkan kitab suci memang harus  dipertahankan. Kalaupun ada Adat istiadat yang tidak bersumber pada kitab suci dapat juga dipertahankan sepanjang Adat istiadat itu mendukung pengamalan kitab suci.

Dari : I Ketut Widyananda.
Hal  : Naskah Untuk Rubrik Bunga Rampe di Nusa Tenggara.



                       PENGGUNAAN AKSARA SUCI  PADA KAJANG.


Aksara yang dipakai untuk "Ngerajah" Kajang adalah Aksara Bali yang tergolong Aksara suci. Ngerajah Kajang itu adalah melukiskan  Aksara Sakral pada kain putih bahan Kajang.  Aksara suci itu diyakini mengandung kekuatan  "magis rligius".. Aksara Bali yang kita kenal sekarang ini  ada dua jenis yaitu Aksara biasa dan Aksara suci..Aksara biasa itu dibagi menjadi dua lagi yaitu Aksara Wreastra dan Aksara Swalelita.Aksara Wreastra untuk menuliskan bahasa Bali lumrah (biasa).Jumlah Aksaranya 18 Aksara. Sedangkan Aksara Swalalita adalah Aksara untuk menuliskan bahasa Kawi atau bahasa Jawa Kuna. dan bahasa Sansekerta. Jumlah  hurufnya 47 hurup atau Aksara  terdiri dari 14 huruf vokal dan  33 huruf konsonan. Jenisa Aksara yang kedua adalah Aksara  suci yang disebut dengan Aksara Modre.  Pengunaan Aksara Modre ini untuk menuliskan simbol-simbol yang bersifat Kediatmikan atau  yang mengandung  magis rligius. Seperti simbol-simbol untuk mencapai kelepasan Atman dari ikatan duniawi atau melukiskan Japa Mantra..Aksara Modre ini dibagi lagi menjadi Aksara Lokanatha,Panten atau Aksara  mati dan Wijaksara.  Menurut Prof DR Purbacaraka Aksara Bali itu berasal dari Aksara Palawa. Aksara Palawa  masuk ke Indonsia pada abad ke 4 Masehi dengan persaksian Tugu Yupa Yadnya di Kutai Kalimantan Timur. Sedangkan Aksara Dewa Nagari masuk ke Indoensia pada abad ke 8 Masehi. dengan persaksian Prasasti Kalasan.Aksara Dewa Nagari adalah Aksara yang berasal dari India untuk menuliskan  Mantra-Mantra Weda dan  Sloka-Sloka  Kitab-Kitab Sastra Weda. Dari perkembangan Aksara Palawa dan  Aksara Dewa Nagari itu munculah Aksara Jawa Kuna dan Aksara Bali Kuno.  Dari Aksara Bali Kuna dan Jawa Kuna itulah  berkembang menjadi Aksara Bali Modern dan Aksara Jawa Modern. Wijaksara sebagai bagian dari Aksara suci itulah yang  dijadikan simbol-silbol magis religius yang melukiskan Kemaha Kuasaan Tuhan..Wijaksara  artinya asal mula dari semua Aksara suci atau bibit dari Aksara suci yang lainya. Wijaksara  juga disebut Omkara atau Pranawa. Omkara itu terdiri dari  huruf Okara diatasnya Ardha Candra ,Windu dan Nada. Kalau dibaca menjadi  Om. Dari Wijaksara ini munculah menjadi  Tri Aksara sampai menjadi Dasaksara atau sepuluh huruf suci jiwa Bhuwana Alit dan Bhuwana Agung. Wijaksara inilah yang paling utama  menjadi Rerajahan atau lukisan sebagai simbol yang diyakini mengandung kekuatan magis religius pada Kajang. Penulisan Wijaksara pada Kajang yang tergolong Kajang Utama umumnya  ditulis dengan  Makuuta artinya menggunakan Kuuta.. Kata Kuuta ini menggunakan  "suku ilut " atau U panjang dalam Aksara Bali  dan  Aksara "t"nya menggunakan "t" latik. Kata Kuuta pada Makuuta  dengan cara penulisan seperti itu dalam bahasa Sansekerta artinya gaib atau Niskala. Kalau kata Kuta yang tidak menggunakan suku ilut atau  U panjang dalam bahasa Sansekerta artinya benteng.Dalam Kajang Utama Wijaksaranya selalu Makuuta. Wijaksara yang Makuuta itu adalah Wijaksara yang  matedong dalam Aksara Bali. Bentuk lain dari  Wijaksara adalah  gambar Padma.Pada Kajang Utama Padma ini juga  Makuuta atau menggunakan tedong. Kajang Utama yang menggunakan  Wijaksara yang Makuuta umumnya Kajang  Pandita Putus. Sedangkan Kajang Utama bagi  orang yang Ngawa Raat atau penguasa negara umumnya menggunakan   Padma Makuuta disertai dengan Rerajahan Bedawang, Naga,Singa dan gambar manusia. Namun  Kajang  Sang Ngawa Raat  ada juga menggunakan  Wijaksara Makuuta dan juga Padma Makuuta. Kajang utama umumnya menggunakan  16 Aksara sehingga disebut  Sadasaaksara. Tapi bagi Kajang Brahmana Putus  menggunakan  Wijaksara yang sangat sederhana..Semakin suci tingkatan orang yang diaben semakin sederhana lukisan Kajangnya.. Lukisan Kajang Brahman Putus menggunakan  Wijaksara  yang sangat ringkas. Karena Kajang itu adalah simbol wahana suci untuk menggentarkan Sang Hyang Atma menuju Brahman.Bagi orang yang sudah suci seperti Brahmana Putus tentunya tidak perlu menggunakan banyak sarana. Ibarat orang mandi.Kalau sudah bersih mungkin tidak banyak menggunakan air atau sabun untuk membersihak kekotoranya.Karena Brahmana Putus itu sesungguhnya orang yang sudah suci karena itu tidak perlu  banyak simbol yang digunakan untuk menyucikan diri Sang Brahmana Putus tadi.Sedangkan bagi orang yang berkuasa adalah orang yang sangat disibukan oleh berbagai urusan kehidupan duniawi.Untuk melepaskan ikatan duniawi itu dibutuhkan sarana yang lebih banyak.Bagaikan melepaskan orang yang diikat oleh tali yang kuat dibutuhkan juga alat yang kuat untuk memutuskan tali  tersebut.


Dari : I Ketut Widyananda
Hal  Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara.



                                  JENIS KAJANG BRAHMANA

Pada kenyataanya dilapangan Kajang Brahmana itu ada tiga jenis yaitu Kajang Brahmana Putus,Kajang Brahmana Wala dan Kajang Brahmana. Secara formal ritual orang yang dapat disebut Brahmana adalah umat Hindu yang telah menyelesaikan proses Dwijati. Setelah Dwijati atau lahir untuk kedua kalinya barulah orang itu dapat disebut Brahmana atau Pandita.Setelah beliau di upacarai Dwijati barulah Brahmana itu mengambil peran dalam kehidupan di dunia ini sebagai Pandita. . Ada yang Ngaloka palasraya dalam bidang Upacara Yadnya.Ada pula yang Ngaloka Pala Sraya  sebagai Acharya  menjadi  pemberi penerangan jiwa pada masyarakat yang membutuhkan. Ada yang  hanya menjadi Sanyasin yaitu hanya bermeditasi untuk menumbuhkan vibrasi spiritual pada lingkungan alam dan sosial. .Pada kenyataanya di Bali hanya ada  satu jenis Brahmana yang Ngalokapalasraya untuk memimpin (Muput) Upacara Yadnya. Brahmana yang Muput Upacara Yadnya inilah yang digolongkan Brahmana Putus. Beliau inilah yang menggunakan Kajang Brahmana Putus kalau diupacarai Ngaben. . Bentuk Kajang Brahmana Putus dalam  transkripsi Lontar Kajang ada beberapa variasi. Ada yang menggunakan  beberapa Aksara saja. Ada yang  Aksaranya  berisi Makuuta. Ada yang Aksaranya Makuuta disertai dengan hiasan gambar Padma dan gambar lainya yang sesuai dengan Wijaksara dan Padmanya...Ada juga dengan menggunakan Sadasa Aksara dengan Wijaksaranya makuta dalam lingkaran gambar Padma. Nampaknya Pandita  dibenarkan mengembangkan variasinya untuk membuat Kajang Brahmana ini .Namun intinya adalah Sadasa  Aksara (enam belas Aksara suci) terutama  Wijaksara Rwa Bhineda,Omkara Makuuta , Omkaramerta Makuuta dan Okara. Disamping adanya  Kajang Brahmana Putus dikenal juga  Brahmana Wala. Wala artinya  anak atau putra. Menurut ketentuan Sastra Agama Hindu seorang putra yang ayahnya  menjadi Pandita belumlah dapat disebut Brahmana.Namun tradisi di Bali  mereka yang ayah,atau kakeknya  menjadi Pandita disebut juga Brahmana.Sesungguhnya mereka itu adalah Brahmana Bandu atau  Keluarga Brahmana .Sering juga disebut Brahmana Wangsa. Jadinya beliau itu hanya keluarga Brahmana dalam artian sosial  bukan spiritual.

Kajang Brahmana Wala ini menggunakan gambar manusia berdiri diatas Badawang Nala  yang dibelit oleh dua ekor Naga. Ananta Bhoga dan Basuki. Aksara yang digunakan adalah Wijaksara Rwa Bhineda. Aksara Ang diletakan diatas  ubun-ubun sedangkan Aksara Ah terletak pada kaki. Peletakan Aksara Ang diatas dan Aksara Ah dibawah atau pada kaki merupakan gejala umum dalam penulisan Aksara pada Kajang. Lukisan manusia pada Kajang Brahmana Wala ini dari dada sampai perut dilukiskan Omkaramrta Sumungsang. Disamping itu disebelah kiri dan kanan gambar manusia itu dikelilingi oleh Aksara Makuuta. Lontar Kajang milik Ida Pedanda Putra Telaga termuat lukisan tiga jenis Kajang Brahmana. Lontar tersebut pernah diteliti oleh Drs Nyoman Warjana ( sekarang Dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Denpasar) disamping adanya Kajang Brahmana Putus dan Brahmana Wala juga ada gambar Kajang Brahmana.Dalam Lontar tersebut  Kajang Brahmana itu dilukiskan sangat sederhana.Ada yang menggunakan lima Wijaksara saja. Paling atas Aksara Ang .Paling bawah Aksara Ah,Diantara Aksara Ang dan Ah itu ditulis berurut dari atas kebawah tiga Aksara Omkara.Omkara yang paling dibawah  dilukis  dalam  Omkara Makuuta atau pakai tedong. Jadinya hanya menggunakan lima Aksara suci saja .Tidak ada hiasan apa-apa lagi..Janisnya yang kedua jumlah dan tata letak Aksaranya sama namun setiap Aksaranya dihias dengan variasi yang sederhana tapi  indah .Meskipun demikian mengandung nilai magis religius yang sangat kental.Ada juga Kajang Brahmana yang disebut Kajang Utamaning Utama Wekasing Wekas,Sunya Tattwa..Sepanajang pengamatan saya Kajang ini yang bentuknya paling sederhana.Hanya menggunakan tiga Aksara. Paling atas Aksara Ang paling bawah  Aksara Ah.Diatas Aksara Ah terdapat Aksara Akara.Diatas Akara atau dibawah Aksara Ang terdapat lukisan  bulat mirip gambar Padma.Semuanya tidak Makuuta. Nampaknya  Kajang inilah yang  menunjukan Kajang paling Utama menurut Lontar Kajang. Sebab  Kajang yang lainya  jenis Aksaranya maupun hiasanya tidak ada yang sesederhana ini. Dari bentuk Kajang Utamaning Utama ini yang dimaksud dengan keutamaan dalam spiritual Hindu bukan karena ramai dan hebatnya atribut fisik atau duniawi.Yang panting nilai spiritualnya mengantarkan  menuju Bhur,Bhuwah Swah Loka


Dari : I Ketut Wiana.
Hal  : Naslkah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara.


                        
                                       JENIS KAJANG KSATRIA.


Dalam Lontar tentang Kajang tidak dijumpai adanya istilah Kajang Ksatria. yang dijumpai adalah istilah Kajang Satryia.Hal itu mungkin disebabkan oleh kurang pahamnya para penulis kita dimasa lampau tentang bahasa Sansekerta dan Jawa Kuna.Dalam tulisan ini akan ditulis dengan istyilah Kajang Ksatria.

Kajang Ksatria itu ada enam jenis yaitu: Kajang Ksatria Utama, Kajang Ksatria Anyakrawrtti,Kajang Ksatria Wesia Putus,Kajang Ksatria,Kajang Ksatria Madya,Kajang  Para Ksatria..Perbedaan jenis Kajang Ksatria ini didasarkan pada pemakaian Aksara sucinya dan  pengarga. Istilah "pengarga" disini sering diterjemahkan dengan sesantun yang harus menyertai banten Kajang tersebut.Misalnya Kajang Ksatria Utama dengan "pengarga" 160.000. Istilah Pengergga ini kemungkinan artinya nilai. spiritualnya bukan artinya sesari dalam artian uang. Kajang Ksatria Utama sering juga disebut Utamaning Utama artinya lebih utama dari yang utama. Sering juga disebut Wekasing Wekas artinya akhir dari yang paling aklhir. Kajang Ksatria utama ini sebagai permohonan yang  sangat utama untuk mengantarkan Sang Hyang Atma mencapai Sunya Tattwa artinya hahekat kebenaran yang tertinggi. yaitu alam Brahman. Kajang Ksatria Utama ini mirip dengan Kajang Bramana artinya Kajang ini menggunakan hiasan yang sangat sederhana.Kajang  Ksatria Utama ini hanya menggunkan Aksara Srwa Bhineda, Wijaksara hanya dengan Akara dan Widhu.Namun dalam Lontar disebut  dengan "pengargga 160.000. Ini artinya hiasan Aksara yang sederhana ini nilainya paling tinggi.Dari segi hiasan yang sangat sederhana inilah dapat ditarik kesimpulkan bahwa keutamaan itu tidaklah dilihat dari kemewahan duniawi.Keutamaan rokhani itu justru dilihat dari kesederhanaan duniawinya itu.Jadinya Ksatria Utama bukanlah Ksatria yang dikerubuti oleh hiasan kemewahan. Kajang Ksatria Utama itu Wijaksaranya dengan Makuta artinya menggunakan 'tedong " dibelangkang Wijaksaranya. Ada juga jenis Kajang  Ksatria Utama ini dengan hiasan yang lebih banyak dengan Pengarga 4000.Disamping itu Aksara sucinya lengkap sebanyak enam belas Aksara suci. disertai dengan hiasan. Yang dimaksud dengan Ksatria Utama bukanlah ditentukan oleh jabatan yang dipegangnya. Yang menentukan adalah sikap hidup yang tegar selalu menegakan dan membela kebenaran.Ketegaranya itu sudah terbukti dalam pengalaman hidupnya sebagai Ksatria. Karena itu orang yang menggunakan Kajang Ksatria Utama pada masa yang lampau adalah Raja yang sudah  pensiun atau Lingsir. Raja tersebut terbukti sangat arif bijaksana dalam melaksanakan Swadharmanya sebagai Ksatria .Kajang Ksatria utama sangat berbeda dengan Kajang Ksatria Anyakra Wertti artinya Raja yang sedang  menjabat dalam suatu kerajaan.Kalau Raja yang sedang menjabat atau berkuasa meninggal menggunakan jenis Kajang Anyakra Wertti..Jenis Kajang Ksatria Anyakra Wrtti inilah yang dipakai dalam Upacara Pengabenan kalau Raja yang sedang menjaba itu meninggal .Kajang Ksatria Anyakra Wertti ini seperti  Kajang pada umumnya menggunakan Aksara Rwa Bhineda atau Aksara Ang dan Ah pada ujung atas dan bawah Kajang. Dibawah Aksara Ang terdapat Omkara Merta dengan tujuh windu. Dibawah Omkara Merta itu ada  lukisan Padma yang ditngahnya terdapat Aksara Okara  atau bagian dari Aksara Omkara yang tanpa Ardha Candara,Windu dan Nada. Dibawah lukisan Padma dengan Okara itu dilukiskan 16 Aksara suci ditulis sesuai dengan letaknya. Jadinya Ksatria yang sedang berkuasa berbeda dengan Ksatria yang sudah Wanaprasta. Lukisan Padma dengan Aksara Okara melambangkan bahwa Raja itu adalah sebagai pemimpin yang memiliki kewajiban untuk melayani rakyat dalam kehidupan duniawi. Okara dalam gambar Padma itu adalah bagian dari Aksara suci Omkara.Omkara itu  terdiri dari Okara,Ardha Chandra,Windhu dan Nada. Okara itu adalah lambang dunia Sekala  sedangkan Ardha Chandra,Windhu dan Nada adalah lambang alam Niskala yang mengandung tiga kamahakuasaan Tuhan  pada Bhur,Bhuwah,Swah. Dalam sistem penataan sosial menurut ajaran Hindu ada dua lembaga yang sejajar untuk menata kihidupan duniawi dan rokhani..Lembaga Kerajaan untuk menata kehidupan duniawi sedangkan lembaga Kependetaan atau Purohita  untuk menata kehidupan rokhani.Dengan demikian kehidupan duniawi dan kehidupan rokhani. saling memperkuat. Oleh karena itu sangat tepatlah hanya Okaralah yang dicantumkan dalam Kajang Ksatria Anyakra Wertti.Karena kewajiban Ksatria Anyakra Wertti prioritasnya pada pelayanan hidup rakyat dibidang kehidupan duniawi.


Dari : I Ketut Widyananda
Hal  : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara.



                            KAJANG  KSATRIA  WESYA PUTUS.


Istilah Ksatria dan Wesya Putus digunakan untuk Ksatria dan Wesia yang sudah Lingsir atau Wanaprasta.Ksatria  setelah memegang kekuasaan terus menempuh kehidupan rokhani sebagai Wanaprasthin disebiut Ksatria Putus.Demikian juga Wesia yang sudah meletakan  kegiatanya menggali uang terus menempuh hidup Wanaprasthin juga disebut Wesia Putus. Kalau Ksatria dan Wesia yang sudah Wanaprasta ini meninggal sering digunakan Kajang Ksatria Wesia Putus. Antara Ksatria dan Wesia ini pada masa lampau sering disejajarkan dalam kedudukan sosilanya. Karena keduanya dalam kehidupoan sehari-harinya saling tergantung. Ksatria dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengayom dan pelayan  masyarakat tentunya membutuhkan banyak dana. Demikian juga seorang Wesia membutuhkan  peran Ksatria untuk melindungi kekayaanya.Mungkin sama dengan keadaan sekarang sering terjadi saling keterkaitan antara birokrat dengan konglomerat.Birokrat sering membutuhkan dana extra untuk melaksanakan fungsinya.Dalam hal itulah  birokrat  sebagai pelayan masyarakat  sangat memerlukan bantuan konglomerat.Karena kerja Birokrat itu adalah kerja pelayanan pada masyarakat umum yang benar-benar non profit.Demikian juga sebaliknya konglomerat membutuhkan perlindungan birokrat untuk  mengamankan bisnisnya. Demikianlah dalam hal upacara Ngaben antara Ksatria dan Wesia yang sudah  Wanaprastha dianggap sejajar. Kesejajaran ini ditunjukan dalam penggunaan Kajang saat seorang Ksatria dan Wesia  itu meninggal..Kajang Ksatria Wesia Putus ini bentuknya  cukup sederhana. seperti digambarkan dalam Lontar Kajang .Namun tetap lebih banyak jenis Aksara suci yang dipakai kalau dibandingkan dengan Kajang Brahamana Putus.  Kajang Ksatria Wesia Putus ini menggunakan Aksara Rwa Bhineda yaitu Aksara Ang  pada bagaian atas Kajang dan Aksara Suci Ah pada bagian bawah dari Kajang tersebut. Dibawah Aksara Ang terdapat  lingkaran Padma yang bentuknya agak memanjang seperti bulatan telur,tidak seperti gambar Padma pada umumnya yang bulat penuh.Didalam Bulatan  yang berbentuk Padma itu terdapat Aksara Omakara Ngadeg dan Sumungsang..Dibawah Ongkara Ngadeg dan Sumungsang  terdapat Aksara  suci  Ung,Mang dan Ang. Ini artinya setelah hidup yang dilambangkan oleh  Aksara Ung kita akan  mati yang dilambangkan oleh Aksara  Mang. Kalau belum mencapai Moksha kitapun akan lahir kembali. Lahir kembali ini dilambangkan oleh Aksra Ang..Ini artinya dalam hidup yang diakhiri dengan mati dan terus akan menjelma kembali agar tetap kita menjdikan badan ini sebagai wadah kesucian para Dewa sinar suci Tuhan. Dibawah Aksara Ung Mang dan Ang itu terdapat  Sebelas Aksara suci membentuk lingkaran Pengider-ider delapan penjuru dan tiga ditengah.Ini melambangkan Ekadasa Aksara. Sebelas Aksara suci itu lambang uriping Bhuwana. Ini artinya dengan Kajang tersebut diharapkan Atman dapat berbadan suci setelah melalui proses Ngaskara atau penyucian Sang Pitara yang meninggal. Disamping Kajang Ksatria  Wesia Putus dalam Lontar kajang dikenal juga adanya beberapa Kajang Ksatria. Misalnya Kajang Ksatria  Madya,Kajang Ksatria.Kajang Preksatria dan ada juga dikenal adanya Kajang Arya Mabala. Kata Arya artinya orang besar.Mabala artinya memiliki anak buah sebagai kekuatan. bagaikan bala tentara.Semua Kajang Ksatria ini menggunakan tatacara yang berbebda-beda dalam meletakan Aksara suci dalam gambar kajang tersebut. Misalnya Kajang Ksatria Madia satu-satunya Kajang yang tidak menggunakan Aksara Rwa Bhineda. Kajang Ksatria Madia ini menggunakan Aksara Omkara Ngadeg  Sumungsang dalam Lingakran yang memanjang  menyerupai Padma..Dibawah Aksara  Omkara  Ngadeg dan Sumungsang itu terdapat Nawa Aksara yang diletakan Ngider Bhuwana. disembilan penjuru..Kajang Ksatria menggunakan enam belas Aksara suci yang  lengkap..Aksara Rwa Bhinedanya baik Aksara Ang maupung Aksara Ahnya  keduanya-duanya berada dalam lingkaran gambar Padma.Cuma bentuk Padmanya sedikit berbeda. Gambar Padma yang mengandung Aksra Ah sedikit lebih meriah .Omkara yang terletak dibawah Aksara Ang tidak  Makuta. Aksara Omkara yang makuta atau  menggunakan tedong umumnya dipakai  dalam Kajang Brahmana..Karena  tanda Makuta itu melambngkan hal yang sangat spiritual lepas dari pengaruh aspek duniawi. Jadinya sangat tepatlah kalau Kajang Ksatria itu tidak ada yang Omkaranya Makuta.. Kajang Presatria bentuk paling sederhana hanya menggunakan enam Aksra suci termasuk Aksara Rwa bhineda..Sedangkan Kajang Arya Mabala menggunakan enam belas Aksara suci secara lengkap.yang diletakan dalam  gambar  Kajang demikian indahnya.

Dari : I Ketut Widyananda.
Hal   : Naskah Untuk Kembang Rampe di Nusa Tenggara.



                         KAJANG WESIA DAN KAJANG TRI.


Kajang Wesia  ada tiga jenis.Ada kajang Wesia Putus sama dengan  Kajang Ksatria Putus sebagaimana telah dijelaskan dalam  rubrik ini sebelumnya. Sedangkan kajang Wesia yang lainya ada dua jenis. Dua jenis Kajang Wesia ini  sama-sama menggunakan enam belas Aksara suci secara lengkap.Bahkan kedua-duanya menggunakan Omkara Ngadeg dan Omkara Sumungsang. Cuma  Omakara Ngdeg dan Sumungsang itu ada diletakan dibawah Aksara Ang. Sedangkan kajang Wesia yang tidak menggunakan Aksara Rwa Bhineda meletakan Omkara Ngdeg dan Sumungsang itu berada d iantara Aksara Tri Aksara aagak dibawahnya. Tri Aksara itu dibuat mengepit Omkara Ngdeg dan Sumungsang tersebut..Tri Aksara dibagian kiri atas dari pandangan kita di tulis Ung ,Mang dan Ang.Sedangkan Tria Aksara yang ditulis dibagian kanan atas dari pandangan kita di tulis Ang Mang dan Ung..Jadi  letak perbedaanya yang paling menonjol dari dua jenis kajang Wesia ini adalah pada penggunaan Aksara Rwa Bhineda..Ada Kajang Wesia menggunakan Aksara Rwa Bhineda dengan letaknya menyilang. Aksara  Ang letaknya di sudut  kiri atas dari pandangan  kita. Sedangkan Aksara Ah letaknya di sudut kanan bawah dari pandangan kita. Kajang Wesia yang tidak menggunakan Aksara Rwa Bhineda itu pada bagaian bawahnya menggunakan Eka Dasa Aksara dengan letak Ngider Bhuwana atau sebelas jenis  Aksara suci.. Sedangkan Kajang Wesia yang lainya meletakan  tiga belas Aksara suci disamping kanan  dari pandagnan kita Omkara Ngadeg dan Sumungsang .Mengapa ada yang menggunakan  Eka Dasa Aksara dan ada yang menggunakan Trayo Dasa Aksara. Eka  Dasa Aksara melambangkan sebelas  Dewata manifestasi Tuhan sebagai urip Bhuwana.Sedangkan Trayo Dasa Aksara melambangkan adanya  penunggalan  secara total antara Bhuwana dengan  uripnya..Keberadaan Bhuwana itu dilambangkan oleh Aksara Rwa Bhineda sedangkan keberadaan Urip Bhuwana itu dilambangkan oleh sebelas Aksara suci. Jadinya Kajang Wesia itu termasuk kajang yang  melukiskan bahwa seorang Wesia memerlukan kekuatan Urip dari manifestasi  Tuhan dalam melakukan  Swadharmanya sebagai Wesia. Trayo Dasa Aksara atau tiga belas Aksara suci itu melambngkan Swadharama Wesia itu dalam mengupayakan kesejahtraan ekonomi masyarakat tidak boleh melupakan nilai-nilai religius atau Ketuhanan yang dilambangkan oleh   Eka Dasa atau sebelas Aksara suci Dengan Kajang Wesia ini  menggambarkan  para pengusaha atau  profesi Wesia ini tidak boleh dilakukan dengan lepas dari  nilai-nilai religius..Justru Wesia yang bergerak dalam bidang  ekonomi ini harus dapat menjadiakn  sikap religius itu sebagai sikap dasar yang harus dimiliki oleh seorang Wesia sebelum melakukan Swadharmanya  dalam bidang ekonomi.Karena keterikatan Wesia pada  nilai material dunia ini maka  Wesia  itu harus dibebaskan dengan sarana yang lebih rumit.Sarana Kajang yang  dilukiskan lebih rumit  dengan berbagai Aksara suci itu lambang bahwa  untuk melepaskan orang yang ber Varna Wesia itu membutuhkan upaya penycuian yang lebih intensip.Karena pekerjaanya sehari-hari sebagai Wesia adalah berurusan dengan harta benda atau uang..Kalau tidak kuat pengendalianya uang atau harta itu akan dapat lebih mudah mengikat orang dengan dunia ini Karena itu Kajang Wesia itu adalah kajang yang  lebih rumit kalau dibandingkan dengan Kajang Brahamana. Disamping ada Kajang Wesia yang dua jenis itu ada juga  Kajang Tri..Kajang Tri ini untuk mereka yang dari Varna Ksatria,Wesia dan Sudra..Kajang Tri ini diwujudkan dengan rangkaian gambar Padma sejumlah enam. Diatas enam lukisan Padma itu ada lukisan Nada lambang  Parama Siwa Sunyatma .Dibawah lukisan Nada dalam lukisan Padma terdapat lukisan Windu lambang Sada Siwa Niskalatma, terus dibawahnya dalam lukisan Padma juga ada Ardha Candra lambang  Sada Rudra Atyatma,terus  Aksara Okara.lambang Maha Dewa Niratma,terus Makara lambang Iswara Paraatma, Ukara lambang Wisnu Antaratma dan yang paling bawah atau paling dasar Akara lambang Brahma Atma..Disebelah kiri dari pandangan kita ditulis Aksara Sapta Omkara  dimana Aksara Nada yang tertinggi. .Kajang Tri ini menggambarkan adanya kesejajaran antara  Ksatria,Wesia dan Sudra dalam melukiskan badan jasmani dan rokhaninya yang baru  untuk menuju alam Niskala..Dalam Lontar kajang memang sangat banyak jenis kajang itu dilukiskan. Seperti dikenal adanya kajang Bendesa Pasek,kajang Bendesa, Kajang Pande madya,Kajang Pande Utama, Kajang Sudra Utama, Kajang Sudara Yoni,Kajang Sudra Nista. Menurut Bapak  I Gst Ketut Kaler almarhum mantan Kepala Bidang Bimas Hindu dan Budha Kanwil Depag Bali perbedaan itu konon diberikan oleh Raja atau Dalem  atas pertimbangan pandita tentunya.


Dari : I Ketut Widyananda.
Hal  : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net