Disamping Banten
Guru sebagai perlengkapan Banten Catur ada juga Banten Gana sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dengan Banten Catur sebagai Banten Pesaksi di Sanggar Surya
atau Sanggar Tawang.Ini artinya Banten Catur,Banten Guru dan Banten Gana selalu
bergandengan saling lengkap melengkapi
sebagai lambang dari persaksian Tuhan.Memperhatikan alas,Pataakaa
(kober/bendera) yang menggunakan gambar Dewa Gana dan perlengkapan yang
membentuk Banten Gana dapat disimpulkan bahwa Banten Gana itu adalah sebagai
lambang dari Dewa Gana sebagai Dewa
Wighna--ghna. Dewa Gana sebagai pelindung ciptaan Tuhan dari berbagai
halangan atau ancaman yang datang dari
luar.Jajan Sesamuhan Banten Catur sebagai alas dari Banten Gana. Alas dari Banten Gana ini
berbeda dengan Banten Catur. Kalau Banten Catur alasnya diberi lukisan Padma
sedangkan kalau Banten Gana alasnya diberi lukisan Dewa Gana.Lukisan Dewa Gana
yang berkepala gajah dengan belalainya itu bertangan empat. Satu tanganya
memegang Genitri (Aksamala ) di Bali
diganti dengan Cakepan Lontar, satu lagi
memegang kapak.ada yang memegang mangkok dgn belalainya masuk kedalam mangkok
dan tangan yang keempat memegang potongan taringnya. Fungsi Dewa Gana sebagai
Wighna-Wighna Dewa tercermin dari alat-alat yang dipegang oleh keempat
tangannya itu. Belalai yang masuk kemangkok itu berarti lambang suatu
kenikmatan hidup lahir dan batin.Kenikmatan hidup lahir batin seperti itu akan
dapat dicapai dengan aman apa bila didahului dengan langkah mencari imu pengetahuan
tanpa batas yang disimbolkan oleh Genitri (Cakepan Lontar).Cakepan Lontar
lambang sumber ilmu pengetahuan baik Para Widya ataupun Apara Widya. Dari
ilmu pengetahuan itulah dapat
diaplikasikan menjadi tehnologi untuk mengatasi berbagai persoalan hidup.
Tehnologi itu digambarkan oleh kapak yang dipegang oleh salah satu dari
tanganya Dewa Gana. Sedangkan tangan
yang memegang potongan taring melambangkan bahwa hidup ini akan menjadi
terlindung dari berbagai ganguan apa bila tidak serakah.Taring yang terpotong
itu lambang dari memotong keserakahan.Meskipun berilmu dan memiliki kemampuan
tehnologi yang tinggi kalau serakah maka hidup ini akan menjadi tidak tentram.
Lukisan Dewa Gana ini juga terdapat pada kober atau bendera yang melengkapi
Banten Gana. Mengapa Banten Gana menyertai Banten Catur sebagai Banten
Pesaksi. Pada hal dalam natar rumah atau Sanggah/Pura sudah dilangsungkan upacara Resi Gana yang
ditanam dinatar rumah atau tempat suci.
Banten Resi Gana itu berfungsi sebagai pelindung yang aktif (Sekala ) menyerang
setiap gangguan sedangkan banten Gana sebagai banten Pesaksi sebagai Gana yang
pasif (bersifat Niskala ).Banten Rsi Gana yang ditanam dinatar sebagai
pelindung kehidupan Sakala sedangkan banten Gana sebagai Pesaksi berfungsi
sebagai pelindung kehidupan Niskala. Banten Catur lambang Cadu Sakti atau empat
kemaha kuasaan Tuhan.Ekspresi dari Cadu Sakti itu menjadi Guru yang
dilambangkan oleh Banten Guru dan menjadi pelindung kehidupan Niskala yang dilambangkan oleh
Banten Gana. Banten Gana itu ada dua jenis yaitu banten Gana Alit atau disebut
juga Banten Ganapati dan yang besar atau
utama disebut Banten Gana Pikulan.Bahan-bahan Banten Gana Alit dan Gana Pikulan
terletak pada jumlah kelipatan bahan yang digunakan.Kalau banten Gana Alit
menggunakan kelipatan enam atau disebut Sarwa Enem (serba enam ),sedangkan
Banten Gana Pikulan menggunakan bahan yang disebut Sarwa Dasa (serba sepuluh
).Banten Gana ini dibuat diatas nyiru di Bali disebut Ngiu yang diisi lukisan
Dewa Gana.Diatas nyiru itulah diletakan berbagai bahan banten Gana seperti
kampil beras,tampak,base tampel,uang kepeng 500 sebagai akah Banten.Diatasnya
diisi jajan pelinggih Gana yang berbentuk senjata Dewata Nawa Sanga,jajan
Saraswati dan yang paling atas jajan berbentuk patung Dewa Gana.Semuanya itu
adalah lambang dari menstanakan Dewa Gana. Sedangkan banten kelengkapan yang
lain adalah Banten sebagai persembahan atau disebut Rayunan untuk Dewa Gana
yaitu sebuah Tumpeng besar dilengkapi dengan lauk pauk seperti kacang
kacangan,sesaur (serondeng),sudang, telur itik putih dan guling itik putih
dibungkus kain putih (mekamben kasa ).pisang dua ijas, jajan bantal galahan 10
buah, canang payasan dan canang sari. Juga dilengkapi dengan bendera (Pataakaa)
yang berwarna putih berlukiskan Dewa Gana. Banten Gana Alit kelengkapanya
menggunakan kelipatan enam.Seperti beras enam kg,pisang enam ijas,tebu enam
potong.Jajanya seperti perlengkapan jajan Catur masing-masing enam biji.Warna jajanya
empat warna dengan bentuk yang inti sebanyak sebelas bentuk.Sedangkan bentuk
yang lainya dapat diberikan sebagai perhiasan saja.Sedangkan Banten Gana
Pikulan pada prinsipnya sama dengan banten Gana Alit cuma kelipatanya yang enam
itu ditingkatkan menjadi sepuluh.Gana Pikulan umumnya menggunakan Pemogpog
Sarwa Galahan sedangkan Banten Gana Alit boleh tidak menggunakan Pemogpog
tersebut.Pemogpog Sarwa Galahan itu berupa kelapa 10 butis,telur itik 10 butir,
ayam hidup 10 ekor,itik hidup 10 ekor,gula 10 kg dan buah-buahan masing masing
10 biji. Perlengkapan yang serba sepuluh ini ditaruh disanggah Pesaksi. Banten
Gana digunakan dalam upacara tingkat Medudus Alit.Biasanya digunakan Banten
Gana Alit.Kalau upacara pada tingkatan Medudus Agung digunakan Banten Gana
Pikulan dan Sanggah Pesaksinya menggunakan Sanggar Tawang Rong Telu. Itu dalam
Upacara Dewa Yadnya.Kalau Upacara Pitra Yadnya Banten Gana Pikulan baru
digunakan kalau Upacara tersebut pada tingkatan Maligia.Singkatnya Banten Gana
Alit digunakan pada tingkat upacara Madia. Kalau Upacara Yadnya itu sudah pada
tingkat Utama apa lagi utamaning utama baru menggunakan Banten Gana Pikulan. Nilai filosofis dari
kedua Banten Gana tersebut sama saja. Yang berbeda adalah nilai nominalnya bagi
mereka yang melangsungkan upacara Yadnya.
Dari : I Ketut Widyananda.
Hal : Naskah Kembang Rampe untuk di Nusa
Tenggara..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar