Di masyarakat umat Hindu ada banyak istlah yang kita
ketahui tentang Upacara Atma Wedana ini. Namun dalam Lontar Siwa Tattwa Purana
dijumpai hanya ada lima macam Upacara Atma Wedana.Pembagian lima macam Upacara
Atma Wedana itu didasarkan pada pertimbangan besar kecilnya upacara dilihat
dari Sekalanya. Nanum makna filosofinya tetap sama saja. Sangat tergantung pada kesungguhan hati umat yang melangsungkan
upacara tersebut. Lima macam Upacara Atma Wedana yang disebutkan dalam Lontar
Siwa Tattwa Purana itu adalah: Ngangsen, Nyekah,Memukur,Maligia
dan Ngeluwer. Jadinya
Upacara Atma Wedana yang paling sederhana itu disebut Ngangsen.Sedangkan yang
paling besar atau disebut Utamaning Utama disebut Ngeluwer. Dalam Lontar Siwa
Tattwa Purana itu dinyatakan juga bahwa setiap macam Upacara Atma Wedana
tersebut nama Sang Hyang Atma sebutanya
berbeda-beda. Kalau macam Atma Wedana yang dipilih adalah Upacara Ngangsen maka
Sang Hyang Atma disebut Sang Hyang Pitara. Kalau yang dipilih itu Nyekah Sang
Hyang Atma disebut Sang Dewa Pitara. Kalau Memukur Sang Hyang Atma disebut Pita
Widhi. Kalau Upacara Meligia yang dipilih Sang Hyang Atma disebut Widhi Wasa
Pitra.Sedangkan dalam upacara Ngeluwer Sang Hyang Atma disebut Acintya Parama
Wadya Pitra. Sepanjang pengetahuan saya dalam sejarah belum ada umat Hindu di
Bali yang pernah melaksanakan Upacara Atma Wedana dengan Upacara Ngeluwer.
Konon Upacara Ngeluwer itu persyaratanya sangat berat. Umat Yang melangsungkan
Upacara Ngeluwer itu tidak boleh menolak sama sekali segala jenis permintaan
orang dari manapun datangnya.Apapun milik orang yang melangsungkan Upacara
Ngeluwer itu apa bila diminta oleh siapa
saja,permintaan itu tidak boleh ditolak. Disamping itu Upacara Ngeluwer itu
juga dilakukan dengan berbagai kemegahanya. Perbedaan macam-macam Upacara Atma Wedana itu adalah
terletak juga pada tempat diselenggarakan Upacara Atma Wedana tersebut. Kalau
Upacara Ngangsen tempatnya dapat dilakukan di dalam pekarangan rumah orang yang
melangsungkan Upacara tersebut. Umumnya dilakukan dalam perkarangan rumah tua
atau rumah asal. Rumah tua atau rumah induk umumnya lengkap dengan rumah
adatnya dengan pekarangan yang lebih luas. Sedangkan kalau Upacara Nyekah dan
Memukur dapat dilakukan di halaman luar depan rumah atau kalau orang
Bali menyebutnya di “lebuh”.Umumnya jaman dahulu halaman luar umat Hindu di
Bali cukup luas.Di halaman luar rumah itulah didirikan segala bangunan Upacara
Nyekah atau Memukur itu. Bangunan yang paling penting didirkan adalah bangunan
yang disebut balai” Payadnya”. Di balai inilah distanakan “Sekar “ atau Puspa
Lingga orang yang akan diupacarai Nyekah atau Memukur. Puspa Lingga itu adalah
lambang badan halus atau Suksma Sarira Sang Hyang Atma. Sedangkan Upacara
Maligia dan Ngeluwer dilangsungkan di ruangan terbuka (Ngarang Embang ) dekat
dengan Kahyangan atau Pura tempat pemujaan umum.Kalau Ngeluwer di langsungkan
di ruang terbuka dekat Kahyangan Jagat yang tergolong Sadkahyangan. Sesungguhnya perbedaan
macam-macam Upacara Atma Wedana tersebut dalam kehidupan beragama Hindu kini
dan masa yang akan datang sudah semakin tidak begitu penting diberikan
perhatian yang terlalu serius.Macam upacara yang mana saja semuanya baik
asalkan dilangsungkan dengan sebaik-baiknya .Karena perbedaan tersebut lebih
banyak merupakan pertimbangan duniawi saja.Memang secara sosiologis dan
psykhologis hal itu masih berpengaruh. Kalau orang yang dipandang kaya atau
berada dalam masyarakat melangsungkan Upacara Agama secara sederhana memang
sangat risi terutama dalam masyarakat yang masih tradisonal sekali cara
berpikirnya.Namun kalau orang yang sudah lebih meningkat pemahamanya akan
hahekat beragama Hindu, besar kecilnya Upacara tersebut tidak menjadi perhatianya
yang serius. Karena menurut ketentuan kitab Manawa Dharmasastra pada jaman Kali
ini bukan upacara Agama yang harus paling ditonjolkan dalam mengamalkan ajaran
Agama Hindu. Yang harus paling ditonjolkan dalam mengamalkan ajaranAgama Hindu
adalah berdana punia dengan sesama. Namun demikian Upacara yadnya tetap harus
dilakukan.Namun jangan terlalu ditonjolkan.Karena Upacara yadnya itu
merupakan kulit pembungkus yang
mengkemas unsur Tattwa dan Susila Agama. Hal ini rupanya umat Hindu di India
kalau ada upacara Pitra yadnya tidak
dilangsungkan dengan cara mewah-mewahan.Cukup dilakukan secara sederhana.Namun
untuk mengenang dengan baik keluarga yang diupacarai dilakukanlah Dana
Punia.Misalnya membantu penerbitan buku Agama dengan mengurangi biaya Upacara
Pitra Yadnya tersebut.Dana Punia seperti itu tergolong Jnyana Yadnya.Dengan
demikian buku-buku Agama Hindu yang beredar dipasaran menjadi lebih mudah dapat
dijangkau oleh umat Hindu.Inilah Yadnya jaman Kali yg lebih tepat sasaran .Karena membantu
mencerdaskan umat secara langsung.
Dari : Ni Made Yuliani.S.Sos.
Hal : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa
Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar