Istilah Upacara Atma Wedana kurang populer ditelinga
masyarakat umat Hindu di Bali. Upacara Atma Wedana lebih populer dengan istilah
Upacara Nyekah,Memukur .Ngeroras,Maligia dan lain-lainya. Sesungguhnya semua
istilah tersebut memiliki makna yang sama dalam upacara Agama Hindu. Upacara
Atma Wedana merupakan kelanjutan dari upacara Ngaben. Upacara Ngaben bertujuan
untuk menyucikan Atman dari selubung Stula Sarira atau badan wadag.Sedangkan
Upacara Atma Wedana bertujuan untuk melepaskan Atman dari belenggu Suksma
Sarira atau badan Astral. Setelah upacara Atma Wedana inilah rokh atau Atman
seseorang diyakini mencapai alam Dewa.Karena sudah mencapai alam Dewa maka rokh
tersebut disebut Dewa Pitara.Artinya
Pitara yang telah mencapai alam Dewa. Menurut Lontar Gayatri kalau orang
yang baru meninggal dan belum diupacarai apa-apa secara keagamaan maka rokhnya
disebut ‘Petra ‘ Kalau sudah diupacarai Ngaben maka rokhnya disebut Pitra dan
berada di Bhuwah Loka. Setelah diupacarai Atma Wedana rokhnya disebut Dewa
Pitara dan sudah diyakini berada di Swah Loka.Sang Dewa Pitara yang diyakini
mencapai alam Niskala di Swah Loka itulah distanakan di Merajan Kamulan melalui
suatu Upacara.Jadinya Upacara Atma Wedana itu adalah Upacara keagamaan Hindu
untuk meningkatkan kesucian Atman pada tahap kedua .Pada tahap pertama
melepaskan Atman dari selubung Stula Sarira melalui Upacara Ngaben dan yang
kedua dengan melepaskan Atman dari selubung Suksma Sarira melalui upacara Atma
Wedana.Mengapa disebut Atma Wedana karena yang diupacarai itu tidak lagi
berbadan jazad atau Atman sudah berbadan halus yang disebut Suksma
Sarira.Karena jazad yang disebut Stula sarira itu sudah dilepaskan membelenggu
Atman dengan Upacara Ngaben.Jadi yang diupacarai adalah Atman yang berbadan
Suksma. Dalam Pustaka Wrehaspati Tattwa dinyatakan kalau badan raga yang disebut Stula Sarira itu lepas dari
badan halus maka Atman masih berbadan Panca Tan Matra,
Dasendria, Budhi, Manah, Ahamkara, Satwam Rajas Thamas dan Karma Wasana. Itlah
unsur-unsur yang membangun Suksma Sarira. Dalam Upacara Atma Wedana baik dalam upacara yang besar maupun upacara yang
kecil badan halus yang disebut Suksma
Sarira itu disimbulkan dengan Sekah atau disebut juga Puspa Lingga. Setelah
memalui prosesi Upacara akhirnya Puspa Lingga atau Sekah itu dibakar dengan api
suci dan Puja Mantra tertentu oleh Pandita pemimpin Upacara Atma Wedana tersebut
. Dengan proses ritual itu diyakini badan halus Suksma Sarira itu
sudah lepas tidak lagi menjadi selubung Sang Hyang Atma. Dengan demikian Sang
Hyang Atma yang hanya masih berbadan Karma Wasana menghadap Sang Hyang Widhi
Wasa. Jadinya Karma Wasana yang masih melekat pada Atman itulah yang menentukan
apakah rokh mencapai Sorga atau Neraka.Karma Wasana artinya bekas-bekas atau
sisa-sisa perbuatan. Hal ini tentunya akan menimbulkan pertanyaan. Kalau Karma
Wasana itu yang menentukan rokh masuk Neraka atau Sorga apa perlunya ada
Upacara Ngaben,Atma Wedana segala atau melakukan Tri Kaya Parisuda. Setiap
prilaku termasuk melakukan Upacara Keagamaan akan menimbulkan bekas pada Atman.
Seperti botol tempat minyak wangi.Meskipun minyak wanginya sudah dituangkan
habis namun bau wangi itu masih berbekas pada botol tersebut.Demikianlah halnya
dengan Karma Wasana itu.Demikian pula halnya Upacara Ngaben,Atma Wedana maupun
Upacara-Upacara keagamaan lainya dan juga upaya untuk melakukan Tapa.Brata,Yoga
Samadi.Semua prilaku yang baik atau buruk itu akan berbekas pada Atman dan
itulah yang disebut Karma Wasana. Jadinya semua prilakau bermuara pada Karma
Wasana. Kalau Upacara Ngaben maupun Upacara Atma Wedana dan Panca Yadnya lainya
itu berhasil memunculkan Subha Karma atau perbuatan yang baik dan mampu memperkecil perbuatan yang Asubha
Karma maka Karma Wasana yang lebih banyak mengandung Subha Karma itulah yang
akan mengantarkan Atman mencapai Sorga.
Kalau semua prilaku termasuk melangsungkan Upacara Agama itu menimbulkan
perbuatan yang lebih banyak Asubha Karmanya maka perbuatan itulah yang akan
mengantarkan Atman mencapai Neraka. Keadaan Atman memang selalu suci tidak
terpengaruh oleh keadaan Sorga dan Neraka. Bagaikan kaca tidak akan dapat
ditembus oleh kotornya debu yang menempel pada kaca. Namun kaca yang diselubungi oleh kotornya debu tidak
akan mampu ditembus oleh sinar matahari menyinari ruangan dalam kamar.
Demikianlah Atman yang diselubungi oleh kotornya Karma Wasana yang lebih banyak
bermuatan Asubha Karma tidak akan dapat ditembus oleh sinar suci Paramaatman
atau sinarnya Hyang Widhi Wasa.Karena itu semua upaya keagamaan termasuk juga
Upacara keagamaan seperti Atma Wdana ini seperti usaha untuk mengosok-gosok
debunya kaca Atman agar menjadi bersih dan bening sehingga mampu ditembus oleh
sinar suci Brahman menurunkan
karunianya.
Dari : Ni Made Yuliani.S.Sos
Hal : Naskah
Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar