Jumat, 20 Januari 2017

UPACARA ATMA WEDANA

Istilah Upacara Atma Wedana kurang populer ditelinga masyarakat umat Hindu di Bali. Upacara Atma Wedana lebih populer dengan istilah Upacara Nyekah,Memukur .Ngeroras,Maligia dan lain-lainya. Sesungguhnya semua istilah tersebut memiliki makna yang sama dalam upacara Agama Hindu. Upacara Atma Wedana merupakan kelanjutan dari upacara Ngaben. Upacara Ngaben bertujuan untuk menyucikan Atman dari selubung Stula Sarira atau badan wadag.Sedangkan Upacara Atma Wedana bertujuan untuk melepaskan Atman dari belenggu Suksma Sarira atau badan Astral. Setelah upacara Atma Wedana inilah rokh atau Atman seseorang diyakini mencapai alam Dewa.Karena sudah mencapai alam Dewa maka rokh tersebut disebut Dewa Pitara.Artinya  Pitara yang telah mencapai alam Dewa. Menurut Lontar Gayatri kalau orang yang baru meninggal dan belum diupacarai apa-apa secara keagamaan maka rokhnya disebut ‘Petra ‘ Kalau sudah diupacarai Ngaben maka rokhnya disebut Pitra dan berada di Bhuwah Loka. Setelah diupacarai Atma Wedana rokhnya disebut Dewa Pitara dan sudah diyakini berada di Swah Loka.Sang Dewa Pitara yang diyakini mencapai alam Niskala di Swah Loka itulah distanakan di Merajan Kamulan melalui suatu Upacara.Jadinya Upacara Atma Wedana itu adalah Upacara keagamaan Hindu untuk meningkatkan kesucian Atman pada tahap kedua .Pada tahap pertama melepaskan Atman dari selubung Stula Sarira melalui Upacara Ngaben dan yang kedua dengan melepaskan Atman dari selubung Suksma Sarira melalui upacara Atma Wedana.Mengapa disebut Atma Wedana karena yang diupacarai itu tidak lagi berbadan jazad atau Atman sudah berbadan halus yang disebut Suksma Sarira.Karena jazad yang disebut Stula sarira itu sudah dilepaskan membelenggu Atman dengan Upacara Ngaben.Jadi yang diupacarai adalah Atman yang berbadan Suksma. Dalam Pustaka Wrehaspati Tattwa dinyatakan kalau badan raga  yang disebut Stula Sarira itu lepas dari badan halus maka Atman masih berbadan Panca Tan Matra, Dasendria, Budhi, Manah, Ahamkara, Satwam Rajas Thamas dan Karma Wasana. Itlah unsur-unsur yang membangun Suksma Sarira. Dalam Upacara Atma Wedana baik  dalam upacara yang besar maupun upacara yang kecil  badan halus yang disebut Suksma Sarira itu disimbulkan dengan Sekah atau disebut juga Puspa Lingga. Setelah memalui prosesi Upacara akhirnya Puspa Lingga atau Sekah itu dibakar dengan api suci dan Puja Mantra tertentu oleh Pandita pemimpin Upacara Atma Wedana tersebut . Dengan proses ritual itu diyakini badan halus Suksma Sarira itu sudah lepas tidak lagi menjadi selubung Sang Hyang Atma. Dengan demikian Sang Hyang Atma yang hanya masih berbadan Karma Wasana menghadap Sang Hyang Widhi Wasa. Jadinya Karma Wasana yang masih melekat pada Atman itulah yang menentukan apakah rokh mencapai Sorga atau Neraka.Karma Wasana artinya bekas-bekas atau sisa-sisa perbuatan. Hal ini tentunya akan menimbulkan pertanyaan. Kalau Karma Wasana itu yang menentukan rokh masuk Neraka atau Sorga apa perlunya ada Upacara Ngaben,Atma Wedana segala atau melakukan Tri Kaya Parisuda. Setiap prilaku termasuk melakukan Upacara Keagamaan akan menimbulkan bekas pada Atman. Seperti botol tempat minyak wangi.Meskipun minyak wanginya sudah dituangkan habis namun bau wangi itu masih berbekas pada botol tersebut.Demikianlah halnya dengan Karma Wasana itu.Demikian pula halnya Upacara Ngaben,Atma Wedana maupun Upacara-Upacara keagamaan lainya dan juga upaya untuk melakukan Tapa.Brata,Yoga Samadi.Semua prilaku yang baik atau buruk itu akan berbekas pada Atman dan itulah yang disebut Karma Wasana. Jadinya semua prilakau bermuara pada Karma Wasana. Kalau Upacara Ngaben maupun Upacara Atma Wedana dan Panca Yadnya lainya itu berhasil memunculkan Subha Karma atau perbuatan yang baik  dan mampu memperkecil perbuatan yang Asubha Karma maka Karma Wasana yang lebih banyak mengandung Subha Karma itulah yang akan mengantarkan  Atman mencapai Sorga. Kalau semua prilaku termasuk melangsungkan Upacara Agama itu menimbulkan perbuatan yang lebih banyak Asubha Karmanya maka perbuatan itulah yang akan mengantarkan Atman mencapai Neraka. Keadaan Atman memang selalu suci tidak terpengaruh oleh keadaan Sorga dan Neraka. Bagaikan kaca tidak akan dapat ditembus oleh kotornya debu yang menempel pada kaca. Namun kaca  yang diselubungi oleh kotornya debu tidak akan mampu ditembus oleh sinar matahari menyinari ruangan dalam kamar. Demikianlah Atman yang diselubungi oleh kotornya Karma Wasana yang lebih banyak bermuatan Asubha Karma tidak akan dapat ditembus oleh sinar suci Paramaatman atau sinarnya Hyang Widhi Wasa.Karena itu semua upaya keagamaan termasuk juga Upacara keagamaan seperti Atma Wdana ini seperti usaha untuk mengosok-gosok debunya kaca Atman agar menjadi bersih dan bening sehingga mampu ditembus oleh sinar suci Brahman menurunkan  karunianya.


Dari : Ni Made Yuliani.S.Sos
Hal  : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net