Penempatan patung Naga dalam bangunan yang bercorak Hindu
tidak saja terdapat di Pelinggih Padmasana saja . Simbol Naga juga terdapat
pada Pelinggih Gedong dan juga Kori atau
candi Kurung. Ada juga diletakan pada balai Pengaruman. Naga di Pelinggih
Gedong umumnya diletakan di bagian kiri
dan kanan Pelinggih. Naga di Pelinggih Gedong ini juga lambang lapisan zat
padat dan lapisan zat cair yang membelit bumi ini.Karena Pelinggih Gedong itu
juga lambang dari bumi stana Tuhan dengan
Para Dewa sebagai manifestasiNYA. Disamping itu Pelinggih Gedong ada
juga sebagai lambang stana Dewa Pitara yaitu leluhur yang sudah suci.Karena
menurut Lontar Gaya Tri rokh orang yang baru meninggal disebut Petra.Setelah
diupacarai Ngaben rokhnya itu bernama
Pitara.Setelah diupacara Atma Wedana seperti Nyekah atau Memukur rokh
tersebut disimbolkan telah mencapai alam Dewa.Karena itu setelah Upacara Atma
Wedana rokh tersebut disebut Dewa Pitara.Dewa Pitara artinya rokh yang sudah
suci yang telah mencapai alam Dewa. Oleh karena itu ada dua jenis Pelinggih
Gedong.Ada Pelinggih Gedong yang disebut Atma Pratistha yaitu Pelinggih Gedong
untuk menstanakan rokh suci yang disebut Dewa Pitara.Karena itu Pelinggih Dewa
Pitara pada tingkat Merajan Agung yang tergolong Gedong Pertiwi,Ibu.Dadia
umumnya menggunakan Pelinggih Gedong. Pelinggih Gedong inilah yang tergolong
Pelinggih Gedong untuk Atma Pratistha. Pelinggih Gedong untuk menstanakan Dewa
manifestasi Tuhan tergolong Pelinggih Gedong Dewa Pratistha. Umumnya di Pura
Desa menggunakan pelinggih Gedong untuk Dewa Brahma. Untuk di Pura Dalem juga
menggunakan Pelinggih Gedong sebagai
stana pemujaan Dewa Siwa Durga.Kedua jenis Gedong ini ada yang menggunakan Naga
dan ada juga yang tidak. Naga di Gedong ini sabagai simbol lapisan alam berupa
pertiwi dan apah. Kalau umat merasa mampu dibuatkan simbol Naga di kiri kanan
Gedong.Ada yang belum mampu simbol Naga tersebut tidak dibuatkan.Jadinya simbol
Naga di kiri kanan depan Palinggih Gedong itu tidak merupakan hal yang mutlak.
Sangat tergantung pada selera dan kemampuan umat masing-masing. Pelinggih utama
yang menggunakan simbol Naga di depan pelinggih dapat kita jumpai di beberapa Pura di
Bali.Misalnya di Pura Desa Gulingan Gede Kecamatan Mengwi. Pura Ulun Suwi di
Desa Jimbaran Kecamatan Kuta. Kori Agung dari suatu Pura banyak juga kita
jumpai menggunakan simbol Naga yang juga
diletakan dikiri dan kanan tangga naik kepintu Kori Agung tersebut.Seperti kita
jumpai di Kori Agung Pura Kehen di Bangli. Simbol Naga sering juga di gunakan pada Pelinggih
Pengaruman. Sekarang di Kori Agung Pura Gelap di Besakih.
Simbol Naga ini dipergunakan juga pada bangunan Pelinggih
Balai Pengaruman atau Balai Pesamuan.Seperti di Pura Pedungan di Banjar Kalah
di Desa Batu Bulan. Di Pura Dalem Tegal Tugu di Kota Gianyar. Meletakan simbol
Naga di Balai Pengaruman atau Pesamuan memiliki makna bahwa Balai Pesamuan itu
lambang berkumpulnya para Dewa untuk membagikan Tirtha Amerta kepada umat
manusia. Para Dewa tersebut tidak akan sembarangan membagi-bagikan Tirtha
Amertha atau air penghidupan kepada umat manusia. Para Dewa akan menurunkan
Tirtha Amertha itu ke dunia. Simbol Naga tersebut adalah simbol dunia yang
membutukan Tirtha Amertha. Namun Tirtha Amewrtha itu tidak akan didapatkan apa
bila umat manusia masih dikuasai oleh sifat-sifat keduniawianya. Jadinya lambang
Naga di Balai Pesamuan itu adalah lambang dari upaya para Dewa manifestasi
Tuhan untuk menuntun kehidupan umat manusia agar dapat menguasai sifat-sifat
keduniawianya. Artinya pada Balai Pesamuan itu para Dewa mengadakan rapat
diatas simbol Naga tersebut.Ini juga berarti para Dewa akan menuntun umat
manusia untuk mengatur kehiduan di dunia ini agar dunia ini benar-benar menjadi
media untuk mencapai kehidupan rokhani di dunianya para Dewa. Dunia in adalah
alat bukan tujuan. Kalau orang menjadikan dunia ini sebagai tujuan dalam
hidupnya dia akan selalu kecewa. Karena di dunia ini tidak ada yang
langgeng.Semuanya kena hukum perobahan.Setiap yanga lahir akan hidup dan kalau
sudah waktunya pasti akan mati kembali pada sumbernya. Karena itu Naga di Balai
Pesamuan itu memberikan kita motivasi untuk menjadikan dunia ini sebagai alat
untuk mencapai dunia yang lebih langgeng.Karena itu janganlah sampai berperang
untuk memperebutkan dunia yang tidak langgeng ini.Namun demikian tanpa dunia
ini manusia juga tidak dapat mencapai tujuan akhirnya.Karena itu peliharalah
dunia ini dengan baik.Dengan dunia yang baik manusia akan lebih baik
mencapai tujuan.
Dari : I Ketut Widyananda
Hal : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa
Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar