Selasa, 24 Januari 2017

NGAJUM PUSPA LINGGA

Upacara Ngajum Puspa Lingga diawali dengan Upacara Mendak Lingga yaitu memohon kepada Sang Siwatma yang  sudah menjadi Sang Pitara karena sudah diaben untuk berstana di Puspa Lingga yang akan dibuat.Lingga yang dipendak ini akan dibuatkan simbol Stananya yang disebut Puspa Lingga.Lingga itu lambang Purusa sedangkan Puspa sebagai stananya adalah lambang Predana. Untuk menstanakan Lingga itulah ada prosesi upacara membuat Puspa Lingga.Prosesi membuat Puspa Lingga inilah yang disebut dengan Upacara Ngajum Puspa Lingga atau sering juga disebut Ngajum Sekah.Ngajum berasal dari bahasa Bali yang artinya memuji.Ngajum Puspa Lingga itu pada hakekatnya adalah mewujudkan Puspa dengan cara melakukan pujian-pujian kepada Sang Pitara yang tiada lain adalah Sang Siwatma sendiri.Pujian itu adalah doa-doa agar Sang Pitara yang akan diupacarai menjadi bangkit kesucianya untuk berstana di Puspa atau Sekah yang buat.Doa pujaan itulah sesungguhnya sebagai stana Sang Siwatma atau Lingga  itu sebagai sarana mengantarkan Sang Pitara yang diupacarai mencapai alam Dewa.Adapun bahan-bahan Puspa Lingga itu adalah Bambu Gading sepanjang satu asta Linjong.,bunga sulasih,menori putih,ratna putih,tunjung putih,pelawa dan bunga kelapa yang disebut “bangsah nyuh”. Daun beringin yang  di angget melalui upacara tadi,daun menori,padi bebek,menyan astanggi,buah pala,canang tampinan,uang 11 kepeng,33 kepeng atau 66 kepeng.Pererainya dari kayu cendana atau mukanya menggunakan kara wista.Tungked Sekah sedapat mungkin menggunakan kayu “aa” dengan panjang satu asta.Di puncaknya diikat dengan lalang sehet mingmang dan tali benang Tridhatu.Benang Tridhatu itu adalah tiga helai benang dengan warna putih,merah dan hitam disatukan terus diikatkan diujung Tungked Sekah tersebut.Puspa Lingga di wujudkan disebuah bokor selaka berisi beras dan uang kepeng 254 kepeng,canang tampinan dan dialasi dengan kekasang. Kekasang itu adalah selembar kain lebih lebar dari sapu tangan yang dihiasi dengan perada sebagai alas Sekah atau Puspa Linga.Semua bahan-bahan tersebut dirangkai sehingga membentuk kerucut yang memanjang serta diujungnya dihiasi dengan bunga emas dan bunga-bunga lainya. Didalam Sekah itu lah distanakan prerai dan pipil nama orang yang akan diupacarai.Pipil itu adalah sepotong daun lontar ditulisi nama orang yang akan di upacarai.Umumnya nama orang yang diupacarai itu ditulis dengan aksara Bali.Demikian prosesi upacara Ngajum Puspa Lingga atau Ngajum Sekah. Setelah Puspa Lingga itu selesai terus distanakan di Sanggar  sejenis Sanggar Tawang yang khusus untuk menstanakan Puspa Lingga. Setelah itu dilanjutkan dengan Nyukat Karang (bumi) dengan puja Pandita dilaksanakan di muka Sanggar Tawang diukur panjang dan lebarnya sama atau berbentuk segi empat. Upacara Nyukat Karang ini adalah simbol untuk memproyeksikan Bhuwana Agung diareal yang sudah diupacarai Bumi Sudha. Karena dari Bhuwana Agung inilah Sang Pitara menuju alam Sorga yaitu alamnya para Dewa. Acara berikutnya adalah “Upacara Mapurwa Daksina yaitu upacara untuk mengusung Puspa Lingga mengelilingi Balai Payadnya tiga kali. Upacara ini lambang pendakian Sang Hyang Atma dengan Stana Puspa Lingga berangkat dari alam Bhur Loka terus menuju alam Bhuwah Loka terus sampai pada alam Swah Loka. Karena Puspa Lingga diusung mengelilingi balai Payadnyan sampai tiga kali. Kalau upacara Atma Wedana dalam tingkatan yang lebih besar atau setidak-tidaknya Madya ,upacara Mapurwa Daksina ini mengikuti seekor lembu  berangkat dari barat daya menuju timur laut.Dari barat laut menuju tenggara .Upacara mengelilingi sudut-sudut mata angin ini bermakna untuk mengelilingi  sembilan penjuru alam atau Padma Bhuwana. Setelah itu barulah mengelilingi balai Payadnyan dari Purwa (timur ) menuju Daksina (keselatan) sebanyak tiga kali.Hal inilah yang menyebabkan Upacara ini disebut Upacara Purwa Daksina .Kalau upacaranya yang lebih utama lagi Banten Titi Mamah yang menggunakan kepala kerbau.Saat mengawali Upacara itu lembu dan orang yang menjinjing Puspa Lingga menginjakan kakinya dikepala kerbau dan emas mirah. Kerbau adalah lambang alam semesta dalam tradisi Hindu dan emas mirah lambang kemegahan duniawi yang segera akan ditinggalkan oleh Sang Hyang Atma.  Lembu yang diikuti oleh orang yang menjinjing Puspa Lingga itu dihiasi dengan kain putih.banten suci,tebu hitam,sesantun (sejumlah uang kepeng yang dimasukan kedalam kantong  tapis) dan kain seperadeg.Setelah upacara Mapurwa Daksina ,Puspa Lingga terus diusung dan diletakan diatas Petak diletakan pada bagian teratas bersama tapakan pelinggih dan rantasan. Hal ini sebagai simbolis bahwa Sang Pitara yang akan di Upacara Atma Wedana sudah berstana dalam areal upacara yang melambangkan Bhuwana Agung yang sudah di Bumi Sudha.


Dari ; Ni Made Yuliani.S.Sos.
Hal  : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net