Meskipun konsepsi Upacara Atma Wedana sudah sangat
jelas,namun tatacara melakukan Upacara Atma Wedana dalam masyarakat umat Hindu
di Bali sangat berbeda-beda.Perbedaan itu disebabkan oleh karena perbedaan
keberadaan umat Hindu itu sendiri. Seperti perbedaan kemampuan,perbedaan
pemahaman,kesiapan tenaga,waktu dan
perbedaan budaya lokal dimana upacara Atma Wedana tersebut dilakukan..Hal itu
memang sangat dimungkinkan karena dasar pertimbangan penerapan ajaran
Hindu berdasarkan Iksa,Sakti, Desa ,Kala
dan Tattwa sebagaimana disebutkan dalam kitab Manawa Dharmasastra VII.10.
Demikian juga halnya dengan Upacara Atma Wedana tersebut. Dalam tulisan ini
saya sajikan suatu contoh pelaksanaan Upacara Atma Wedana dalam jenis
Memukur.Yang pertama-tama umumnya dilakukan adalah menentukan hari baik dan
tempat atau areal Upacara.Hari baik itu
hendaknya ditentukan oleh seorang Pandita Dwijati .Sedangkan areal tempat
Upacara ditentukan oleh mereka yang punya Upacara Atma Wedana tersebut (Sang
Yajamana).Setelah itu areal yang akan dijadikan tempat Upacara tersebut
diupacarai dengan Upacara Bumi Suda. Upacara Bumi Suda ini intinya melakukan
upacara Bhuta Yadnya dengan Banten pokok Caru Panca Sata. Makna Upacara
ini adalah menyucikan secara ritual areal
tersebut.Di areal yang telah suci itulah didirikan berbagai bangunan untuk
menunjang penyelenggaraan upacara Atma Wedana tersebut. Umumnya
bangunan-bangunan ritual itu terdiri dari Sanggar Tawang di sudut Ersania atau
Timur Laut areal Upacara yang sudah
disucikan.Mendirikan Sanggar Tawang di Timur Laut itu bagi umat Hindu di Bali
Selatan.Sedangkan di Bali Utara yang disebut Uranus atau Keluwan itu adalah di
Tenggara. Disebalah Selatan agak kebelakang dari Sanggar Tawang itu didirikan
bangunan ritual yang disebut Bukur.Didepan Bukur itu didirikan Sangge .Sangge
itu adalah sebagai simbol stana dari Atman yang kemungkinan pada masa-masa yang
lalu belum sempat di upacarai Atma Wedana. Dalam Upacara Atma Wedana ini beliau
itu diikutkan bersama Pitara yang akan diupacarai. Di sebelah Selatan Sangge
didirikan Petak. Balai yang disebut Petak ini adalah tempat menstanakan Puspa
Lingga lambang badan wadah dari Atman yang akan diupacarai. Diareal yang paling
Selatan di dirikan tempat pembakaran Sekah atau Puspa Lingga. Sedangkan Balai
Pawedaan tempat Pandita duduk memimpin Upacara di bangun didepan Bukur berhadapan dengan Bukur
dan bangunan-bangunan ritual lainya . Umumnya di keempat sudut areal Upacara Atma
Wedana ini dipancangkan Sunari.Sunari itu adalah sebatang bambu biasa yang
dilobangi sedemikian rupa sehingga kalau ditempuh angin mengeluarkan suara yang
indah bagaikan seruling.Sunari ini suaranya berfungsi sebagai lambang untuk
memohon kepada Dewa Wisnu dan Dewi Laksmi untuk melindungi dan melimpahkan
kecukupan sandang pangan dan keperluan lainya dalam Upacara Atma Wedana
tersebut.
Tahapan berikutnya adalah malakukan Upacara Negtegang
Beras yaitu upacara untuk menyucikan beras yang akan dipakai menyelenggarakan
Upacara Atma Wedana. Setiap memasak beras ini diambil segenggam untuk
dicampurkan dengan beras yang akan dimasak Tahapan berikutnya adalah Nyamuh
Bebangkit dan Nyamuh Suci. Tahapan ini adalah menyiapkan segala kelengkapan
Banten Bebangkit dan Banten Suci terutama jajan yang disebut jajan Calcalan.
Jajan Calcalan ini adalah melambangkan
berbagai simbol-simbol kegamaan Hindu yang sakral. Banten Bebangkit ini
akan menjadi Banten Tataban sedangkan Banten Suci akan melengkapi Banten yang
ditempatkan di Sanggar Tawang atau Sanggah Pesakisi. Umat yang mendapat tugas
untuk Nyamuh Bebangkit dan Nyamuh Suci ini adalah umat yang tidak sedang dalam keadaan Cuntaka. Umat yang bertugas atau
Ngayah untuk Nyamuh Bebangkit dan Nyamuh Suci ini umumnya memakai tanda berupa
ikat kepala seperti dari daun janur atau kain putih atau kain kuning.Hal itu
sebagaiatanda bahwa mereka tidak sedang dalam keadaan Cuntaka atau Sebel.
Tahapan berikutnya adalah upacara Matur Piuning.Makna Upacara Matur Piuning ini
adalah sebagai lambang untuk mempermaklumkan kepada Ida Bhatara di Pura
Kahyangan Tiga dan di Pura Kawitan. Tahap selanjutnya adalah Upacara Ngangget
Daun Beringin. Upacara Ngangget daun beringin ini adalah Upacara untuk memetik
daun beringin dengan menggunakan sabit dengan menggunakan galah.Sabit yang
diikatkan diujung paling atas dari galah tersebut dinamakan Sabit Suda Mala.
Daun beringin yang dipetik dengan Sabit Suda Mala ini sebagai bahan pokok untuk
membuah Sekah atau Puspa Lingga. Daun beringin yang dipetik itu dipungut dan
dikumpulkan diatas kain putih.Daun beringin yang jatuhnya tengadah atau dalam
bahasa Bali sebut Nengkayak dijadikan bahan Sekah bagi orang
wanita.Sedangkan kalau tenggkurep (Melingeb) sebagaia bahan Sekah untuk orang
laki.
Dari : Ni Made Yuliani.S.Sos.
Hal : Naskah Untuk Rubrik
Kembang Rampe di Nusa Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar