Senin, 23 Januari 2017

TAHAPAN UPACARA ATMA WEDANA

Meskipun konsepsi Upacara Atma Wedana sudah sangat jelas,namun tatacara melakukan Upacara Atma Wedana dalam masyarakat umat Hindu di Bali sangat berbeda-beda.Perbedaan itu disebabkan oleh karena perbedaan keberadaan umat Hindu itu sendiri. Seperti perbedaan kemampuan,perbedaan pemahaman,kesiapan tenaga,waktu  dan perbedaan budaya lokal dimana upacara Atma Wedana tersebut dilakukan..Hal itu memang sangat dimungkinkan karena dasar pertimbangan penerapan ajaran Hindu  berdasarkan Iksa,Sakti, Desa ,Kala dan Tattwa sebagaimana disebutkan dalam kitab Manawa Dharmasastra VII.10. Demikian juga halnya dengan Upacara Atma Wedana tersebut. Dalam tulisan ini saya sajikan suatu contoh pelaksanaan Upacara Atma Wedana dalam jenis Memukur.Yang pertama-tama umumnya dilakukan adalah menentukan hari baik dan tempat  atau areal Upacara.Hari baik itu hendaknya ditentukan oleh seorang Pandita Dwijati .Sedangkan areal tempat Upacara ditentukan oleh mereka yang punya Upacara Atma Wedana tersebut (Sang Yajamana).Setelah itu areal yang akan dijadikan tempat Upacara tersebut diupacarai dengan Upacara Bumi Suda. Upacara Bumi Suda ini intinya melakukan upacara Bhuta Yadnya dengan Banten pokok Caru Panca Sata. Makna Upacara ini  adalah menyucikan secara ritual areal tersebut.Di areal yang telah suci itulah didirikan berbagai bangunan untuk menunjang penyelenggaraan upacara Atma Wedana tersebut. Umumnya bangunan-bangunan ritual itu terdiri dari Sanggar Tawang di sudut Ersania atau Timur Laut areal  Upacara yang sudah disucikan.Mendirikan Sanggar Tawang di Timur Laut itu bagi umat Hindu di Bali Selatan.Sedangkan di Bali Utara yang disebut Uranus atau Keluwan itu adalah di Tenggara. Disebalah Selatan agak kebelakang dari Sanggar Tawang itu didirikan bangunan ritual yang disebut Bukur.Didepan Bukur itu didirikan Sangge .Sangge itu adalah sebagai simbol stana dari Atman yang kemungkinan pada masa-masa yang lalu belum sempat di upacarai Atma Wedana. Dalam Upacara Atma Wedana ini beliau itu diikutkan bersama Pitara yang akan diupacarai. Di sebelah Selatan Sangge didirikan Petak. Balai yang disebut Petak ini adalah tempat menstanakan Puspa Lingga lambang badan wadah dari Atman yang akan diupacarai. Diareal yang paling Selatan di dirikan tempat pembakaran Sekah atau Puspa Lingga. Sedangkan Balai Pawedaan tempat Pandita duduk memimpin Upacara di bangun didepan Bukur berhadapan dengan Bukur dan bangunan-bangunan ritual lainya . Umumnya di keempat sudut areal Upacara Atma Wedana ini dipancangkan Sunari.Sunari itu adalah sebatang bambu biasa yang dilobangi sedemikian rupa sehingga kalau ditempuh angin mengeluarkan suara yang indah bagaikan seruling.Sunari ini suaranya berfungsi sebagai lambang untuk memohon kepada Dewa Wisnu dan Dewi Laksmi untuk melindungi dan melimpahkan kecukupan sandang pangan dan keperluan lainya dalam Upacara Atma Wedana tersebut.

Tahapan berikutnya adalah malakukan Upacara Negtegang Beras yaitu upacara untuk menyucikan beras yang akan dipakai menyelenggarakan Upacara Atma Wedana. Setiap memasak beras ini diambil segenggam untuk dicampurkan dengan beras yang akan dimasak Tahapan berikutnya adalah Nyamuh Bebangkit dan Nyamuh Suci. Tahapan ini adalah menyiapkan segala kelengkapan Banten Bebangkit dan Banten Suci terutama jajan yang disebut jajan Calcalan. Jajan Calcalan ini adalah melambangkan  berbagai simbol-simbol kegamaan Hindu yang sakral. Banten Bebangkit ini akan menjadi Banten Tataban sedangkan Banten Suci akan melengkapi Banten yang ditempatkan di Sanggar Tawang atau Sanggah Pesakisi. Umat yang mendapat tugas untuk Nyamuh Bebangkit dan Nyamuh Suci ini adalah umat yang tidak sedang  dalam keadaan Cuntaka. Umat yang bertugas atau Ngayah untuk Nyamuh Bebangkit dan Nyamuh Suci ini umumnya memakai tanda berupa ikat kepala seperti dari daun janur atau kain putih atau kain kuning.Hal itu sebagaiatanda bahwa mereka tidak sedang dalam keadaan Cuntaka atau Sebel.

Tahapan berikutnya adalah upacara Matur  Piuning.Makna Upacara Matur Piuning ini adalah sebagai lambang untuk mempermaklumkan kepada Ida Bhatara di Pura Kahyangan Tiga dan di Pura Kawitan. Tahap selanjutnya adalah Upacara Ngangget Daun Beringin. Upacara Ngangget daun beringin ini adalah Upacara untuk memetik daun beringin dengan menggunakan sabit dengan menggunakan galah.Sabit yang diikatkan diujung paling atas dari galah tersebut dinamakan Sabit Suda Mala. Daun beringin yang dipetik dengan Sabit Suda Mala ini sebagai bahan pokok untuk membuah Sekah atau Puspa Lingga. Daun beringin yang dipetik itu dipungut dan dikumpulkan diatas kain putih.Daun beringin yang jatuhnya tengadah atau dalam bahasa Bali  sebut  Nengkayak dijadikan bahan Sekah bagi orang wanita.Sedangkan kalau tenggkurep (Melingeb) sebagaia bahan Sekah untuk orang laki.


Dari : Ni Made Yuliani.S.Sos.

Hal : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net