Naga Bandha itu sebagai sarana upacara yang suci tidak
dapat dibuat oleh orang kebanyakan.Sarana Upacara tersebut harus dibuat oleh
seorang yang sudah berpredikat Sangging. Seseorang untuk mencapai status
Sangging terlebih dahulu harus sudah memiliki ketrampilan mengerjakan berbagai
sarana Upacara Kegamaan Hindu seperti membuat Wadah atau Bade.Lembu,Bukur
dllnya .Juga termasuk membuat Naga Bandha. Setelah ia memiliki ketrampilan
tersebut dengan cara menjadi pembantu Sangging yang sudah senior untuk
mengerjakan berbagai sarana Upacara keagamaan Hindu tersebut.Kemudian setelah
ia merasa cukup memiliki kemampuan baik secara Sekala maupun secara Niskala,
barulah ia melakukan upacara Pawintenan untuk menjadi Sangging.Memang tidak
semua Sangging memiliki kemampuan untuk membuat Naga Bandha. Karena Upacara
Pengabenan yang menggunakan Naga Bandha sangat langka. Tukang membuat Naga
Bandha yang disebut Sangging itu atas pemintaan
Yajamana (orang yang akan melangsungkan Upacara Ngaben) menentukan hari
baik atau Dewasia untuk memulai mengerjakan sarana Naga Bandha
tersebut.Sangging umumnya dibantu oleh beberapa orang tukang dan para sanak
keluarga yang punya Yadnya. Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk memdirikan
Naga Bandha tersebut terdiri dari dua unsur.Bahan untuk membuat kerangka badan
Naga Bandha dan bahan-bahan yang tergolong untuk membuat perhiasan Naga Bandha
tersebut. Bahan kerangkanya dibuat dari kayu “pole”, kayu “meduri” ,bahan dari ijuk,rotan ,bambu dan papan kayu
biasa. Kayu pole untuk membuat kepala Naga Bandha. Kayu Medori untuk bahan
taring Naga Bandha.Tali ijuk untuk sambungan panjang badan Naga Bandha. Keranka
badan Naga dipergunakan kayu papan biasa. Badan Naga Bandha dibuat dari anyaman
bambu membentuk badannya Naga Bandha tersebut.
Untuk hiasan Naga Bandha
digunakan bahan jenggot rasi untuk bulu Naga. Kain biasa dan beludru
halus untuk kulit Naga bagian luarnya. Naga itu dikalungi genitri atau sejenis
tasbih.Anting-antingnya menggunakan telor.Untuk hiasan lainya digunaka benang
katun dengan warna warninya.Perasban kuning
untuk hiasan dengan ukir-ukiranya dan kertas-kertas lainya.Umumnya untuk
membuat Naga Bandha ini mengunakan
tenaga sebanyak panjang menurut tradisi Bali yaitu ukuran kedua tangan
kalau dibentangkan dari ujung sebelas orang terdiri dari seorang Sangging dan para pembantunya. Angka sebelas
ini kemungiknan mengandung makna sebelas arah mata ingin dari Bhuwana Agung.
Delapan penjuru mata angin dan tiga lambang alam tengah seperti Bhur,Bhuwan dan
Swah Loka.Hal ini sangat mungkin karena Naga Bandha adalah lambang
alam semesta atau Bhuwana Agung.Untuk membangun simbol Bhuwana ini
dibutuhkan adanya sebelas penjuru Bhuwana Agung. Tata cara membuat Naga Bandha
dengan sebelas tenaga Sangging dengan tukangnya itu dengan membuat kepala Naga terlebih
dahulu.Karena kepala itulah yang akan menentukan panjang badan Naga.Kemudian
barulah kerangka badanya. Kalau antara kepala dan badannya sudah serasi
barulah dilakukan kegiatan pembukusan kepala dan badanya dengan rapi.Tahap
terakhir dengan dengan memasang kelengkapan seluruh hiasan atau berbgai
atributnya Naga Badnha selengap-lengkapnya
yang sudah diukir. Atribut-atribut itu adalah sebuah Gelung (mahkota) Candi
kurung,udeng (destar)dua buah ron-ron (penyekat), dua buah petitis yaitu hiasan
diatas kedua alis mata Naga. Juga dilengkapai dengan anting-anting.Dua buah
penutup rambut,Ada hiasan yang bernama kampid dara yaitu hiasan seperti sayap
merpati ditempatkan pada kedua telinga naga. Dua buah “telatah” sepeti jengger
ayam namun letaknya dibawah dagunya Naga.Sebuah badong yaitu hiasan
dileher Naga seperti kalung. Di sekitar
leher Naga juga dihiasi rumbai-rumbai yang disebut kuer.Kuer itu ada yang
besar,menengah dan ada yang kecil.Pada bagian badan Naga dihiasi dengan gelang kana beberapa buah.Ada
yang menggunkan tiga gelang kana ada juga yang menggunakan lima gelang kana yang melingkari badan Naga
Bandha tersebut. Pada bagian ujung ekor Naga Bandha dihiasi dengan gelangkana
dan pada ujung ekornya sekali berbentuk Ratna. Pada bagian lidahnya dibuat
hiasan berbentu api-apian yang sedang menyala-nyala.Mengenai panjangnya Naga Bandha
ini kalau kita perhatikan Lontar Tattwa
Bhatara Astapaka disebutkan sepanjang 108 depa.Depa adalah ukuran tangan kiri
sampai ujung tangan kanan.Dalam prakteknya panjang tersebut disesuaikan dengan
petimbangan Sangging dan Sangf
Yajamana.Ada yang menggunkan kelipatan empat.Seperti enam belas,dua puluh
,empat puluh,delapan puluh dst.Kelipatan empat ini simbol Catur Sanak atau yang
membantu manusia dari da;lam kandungan sampai kita kembali kelam Niskala.Namun
konon di Geria Budha Keling Karangasem panjang Naga Bandha tersebut benar-benar
108 depa sesuai dengan bunyi lontar Tattwa Bhatara Astapaka.
Dari : I Ketut Wiana
Hal : Naskah
Untuk Bali Travel News
Tidak ada komentar:
Posting Komentar