Rabu, 18 Januari 2017

UPACARA MELASPAS NAGA BANDA

Dalam tradisi umat Hindu di Bali mendirikan bangunan baik untuk  kepentingan hidup Sekala (duniawi) maupun Niskala (rokhani) baru dianggap selesai apa bila sudah  diupacarai dengan upacara keagamaan yang disebut “Melaspas”. Melaspas artinya menyucikan bangunan itu secara ritual.Demikian juga simbol Naga Bandha sebagai sarana keagamaan Hindu  sangat wajib untuk di Upacarai dengan upacara Melaspas. Setelah diupacarai “Melaspas” barulah Naga Bandha itu syah sebagai sarana upacara Ngaben yang bertarap sangat utama. Upacara “Melaspas” itulah yang menyebabkan Naga Bandha itu menjadi sarana sakral dan layak difungsikan sebagai sarana Upacara keagamaan yang disebut Ngaben Menaga Bandha. Sebelum Upacara Melaspas sarana yang disebut Naga Bandha itu hanyalah merupakan kumpulan dari bambu,kayu,rotan,kertas-kertas,ukir-ukiran,tali dll. Setelah ia di upacarai Melaspas barulah kumpulan bahan-bahan yang dirangkai menyerupai Naga itu dapat syah disebut Naga Bandha. Upacara Melaspas ini berfungsi untuk “meralina’ atau mehilangkan status bahan-bahan Naga Bandha tersebut terus di Utpati atau dihidupkan sehingga ia dapat disebut Naga Bandha. Misalnya kepalanya dibuat dari kayu pole. Setelah upacara Melaspas ia tidak lagi sebagai kayu pole tetapi sudah disebut kepala  Naga Bandha.Demikian juga ekor  Naga yang dibuat dari  anyaman  bambu.Setelah Upacara Melaspas tidak lagi disebut sebagai anyaman bambu ,ia sudah disebut ekor Naga Bandha.Demikian juga sarana yang lainya menjadi berobah namanya setelah upacara Melaspas. Untuk Melaspas Naga Bandha umumnya dilakukan tersendiri ,artinya tidak disamakan dengan melaspas sarana-sarana yang lainya seperti Bade ,petulangan dll.
Upacara Melaspas ini sesungguhnya sudah diawali saat memulai membuat Naga Bandha tersebut. Saat memulai membuat Naga Bandha menggunakan Banten Peras dengan dilengkapi banten Tipat Tampul dan Tipat Kelanan ,Sesantun Agung,ajuman dan segehan masing-masing satu tanding, Memulai membuat Naga Bandha itu dengan Banten Peras sebagai banten inti. Peras dalam Lontar Yadnya Prakerti disebutkan sbb: Peras ngarania perasidha Tri Guna Sakti. Artinya peras namanya adalah prasidha atau sukses dengan kekuatan Tri Guna. Dalam Lontar tersebut diisyaratkan bahwa untuk mensukseskan suatu pekerjaan dengan mengendalikan Tri Guna itu supaya menjadi kekuatan sebagai faktor utama dalam mensukseskan pekejaan tersebut.Tri Guna itu adalah Sattwam artinya sifat-sifat baik seperti tenang tawakal dllnya.Rajas adalah sifat yang mendorong manusia itu aktif.Sedangkan Thamas adalah sifat-sifat yang mendorong manusia menjadi lamban.Kalau Tri Guna itu bersatu secara idial maka akan timbulah kekuatan yang positif untuk mensukseskan suatu pekerjaan. Bersatunya Tri Guna secara idial itu adalah Guna Sattwam menguasai Guna Rajas dan Guna Thamas.

Setelah Upacara Ngawit Naga Bandha dikerjakan.Selama mengerjakan Naga bandha itu ada juga Upacara harian yang menggunakan Santun Alit dan Segehan satu “pulangan “ (satu set)  yang dihaturkan setiap hari selama Naga Bandha itu dikerjakan.Puncak pengerjaan Naga Bandha secara fisik disebut Ngodi. Ngodi itu adalah mengerjakan Naga Bandha pada tahap yang paling akhir. Saat itupun dibuatkan upacara dengan sarana Banten Santun Agung dan Segehan masing-masing satu tanding. Setelah Ngodi itulah baru Naga Bandha itu diupacarai Melaspas. Upacara Melaspas ini dibuatkan Sanggar Surya dengan Banten tertentu seperti misalnya ada Banten Suci, Dewa Dewi,Siwabahu,Dapetan dll. Banten di Sanggar Surya inilah yang menentukan besar kecilnya Banten di depan dan dibawah Sanggar Surya.Banten didepan Sanggar Surya disebut Banten Arepan.Tempat meletakan banten didepan Sanggar Surya disebut Laapan. Sedangkan Banten dibawah Sanggar Surya disebut Banten di Sor.Banten di Sor ini adalah Banten untuk Bhuta. Kalau Banten di Sanggar Surya besar seperti menggunakan Suci,Siwabahu,Catur  misalnya maka banten di Laapan itu menggunakan Bebangkit Agung sedangkan Banten di Sor akan menggunakan Banten yang sejajar misalnya menggunakan Gelar Sangga dan Carunya setidak-tidaknya Caru  Panca Sata.Ada juga Banten di yang disebut Pangurip-Urip dengan sarana seperti Cendana,arang,kunyit,atau menggunakan darah itik. Sarana ini simbol menghidupkan Naga Bandha tersebut dalam Upacara Melaspas Naga Bandha tersebut. Banten disamping Naga Banda adalah Banten Pesucian atau Pengereresik dan banten Rantasan. Banten ini melambangkan  sebagai Banten penyucian secara ritual dan setalah dilamabanagkan hidup menggunakan pakaian yang disimbolkan oleh Banten Rantasan.Karena Banten Rantasan ini hanya merupakan tumpukan beberapa jenis kain yang masih Sukla artinya masih baru.Setelah Upacara Melaspas itu Naga Bandha dibawa ke Merajan orang yang Ngaben.


Dari : I Ketut Wiana.

Hal  : Naskah Untuk Bali Travel News

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net