Setelah Upacara Melaspas Naga Bandha dilanjutkan dengan
Upacara Pengurip dan Penyawa Naga Bandha. Upacara Pemelaspas bermakna sebagai
penyucian dari Naga Bandha dari bahan-bahan alami terus resmi menjadi
simbol yang disebut Naga Bandha.Setelah itu Naga Bandha yang berupa simbol itu
di hidupkan secara ritual dan spiritual sehingga menjadi simbol Naga Bandha
yang berjiwa secara rokhani. Hal inilah yang disebut Upacara Pengurip. Setelah
itu barulah dilakukan dengan upacara Penyawa.Upacara Penyawa ini bertujuan
untuk menunggalkan Atman atau Suksma Sarira orang yang di aben dengan Naga
Bandha yang sudah di hidupkan secara ritual dan spiritual.
Setelah dua proses tersebut maka proses selanjutnya
dilakukan Upacara “ Manah “ Naga Bandha.
Mengapa disebut Manah Naga Bandha.Karena
dalam prosesi upacara tersebut menggunakan sarana panah yang dilepaskan
mengarah pada Naga Bandha oleh Sang Pandita pemimpin Upacara Ngaben tersebut.
Upacara Manah Naga Bandha tersebut didahului
dengan mengarahkan panah itu kesepuluh penjuru alam.Sepuluh penjuru alam
itu adalah dari Timur,Timur laut, Utara,Barat laut,Barat,Barat
daya,Selatan,Tenggara,kebawah dan keatas..Manah Naga Bandha dengan arah seperti
itu disebut “Memanah Desa Dhing”
Namun ada juga Manah Naga Bandha dengan mengarahkan panah
ke Timur,Selatan,Barat,Utara ,ke bawah dan ke atas.Jadinya keempat arah dan
ditambah dengan kearah bawah dan atas. Perbedaan ini tidak terlalu prinsip
karena dikurangi empat sudut arah alam raya ini saja sedangkan makna
filosofinya sama saja.Upacara Manah Naga Bandha umumnya dilakukan di dua tempat
yaitu di hadapan jenazah dan di Setra
(kuburan) pada bagian tempat pembakaran jenazah yang disebut Tunon. Masyarakat
sering mengertikan Upacara Manah Naga
Bandha ini bertujuan untuk membunuh Naga Bandha.Pada bagian telinga Naga Bandha
itu umumnya disematkan bunga kembang sepatu atau Pucuk merah. Kalau bunga
kembang sepatu itu layu setelah dilakukan Upacara Manah Naga Bandha itu berarti
Pandita itu berhasil membunuh Naga Bandha tersebut. Kalau tidak layu bunga
kembang sepatu merah itu berarti Pandita itu kalah dan Pandita itu aka cepat
meningal. Pengertian masyakat umum ini setelah dilakukan pengamatan dalam
prosesi upacara Manah Naga Bandha tersebut ternyata tidak ada
suatu prosesi yang dapat diartikan seperti itu. Manah Naga Bandha ini
menggunakan Panah. Panah ini adalah simbol “manah” atau pikiran.Sebelum panah
diarahkan pada Naga Bandha panah di arahkan kesepuluh penjuru alam.Ini lambang
permohonan dengan pikiran yang hening suci agar Naga Bandha yang telah
menunggal dengan jazad orang yang di aben dapat diterima diseluruh penjuru alam
raya ini.Karena salah satu tujuan Ngaben adalah melepaskan ikatan alam raya ini
yang dibangun oleh zat Panca Maha Bhuta (zat tanah,air,api,udara dan ether
(akasa). Sehingga Manah Naga Bandha
kearah sepuluh penjuru alam raya itu berarti menyatukan zat Panca Maha Bhuta
yang membangun badan kasar manusia dengan zat Panca Maha Bhuta yang membangun
alam raya ini.Dengan demikian Atman Raja (Sang Wibuh) atau Pandita Bhudha yang
di aben itu dengan lapang dapat menghadap Tuhan Sang Parama Atman. Penayatuan
antara jazad orang yang diaben dengan simbo Naga Bandha itu didasarkan pada
sarana yang digunakan dalam Ngaben yang menggunakan Naga Bandha.Sarana tersebut
adalah Peripih Panca Datu atau lima kepingan unsur
logam(emas,perak,besi.perunggu dan kuningan) dasar bumi ini . Panca Datau itu
sebagai sarana yang ada di Naga Bandha dan ada juga pada jazad orang yanga
diaben.Peripih Panca Datu yang
masing-masing ada pada Naga Bandha dan jenazah itu diharapkan menimbulkan daya
tarik magnetik untuk menyatukan zat Panca Maha Bhuta di Bhuwana Alit (micro
cosmos) dengan zat Panca Maha Bhuta di
Bhuwana Agung ( macro cosmos ). Ini mungkin sejalan dengan mitologi saat
meninggalnya Prabhu Baladewa yang dari mulutnya keluar Naga putih terus pergi
kelaut menuju dasar bumi sebagai proses
penyatuan micro cosmos dengan macro cosmos. Hal ini diceritrakan dalam Mosala
Parwa. Untuk menyatukan zat Panca Maha Bhuta yang ada di jazad orang yang
diaben dengan zat Panca Maha Bhuta di alam raya ini Pandita menggunakan Puja
Mantra yang disebut Puja Naga Vayu Sutra sebagai Puja Mantra untuk Manah Naga
Bandha. Tingkatan Ngaben yang menggunakan Naga Bandha menurut Lontar SiwaTattwa
Purana adalah tingkatan Ngaben yang sangat utama.Karena dalam Lontar tersebut
dinyatakan dengan berbagai perlengkapan yang sangat utama. Menggunkan Bade
tingkat sebelas dengan segala perlengkapanya yang utama.
Dari : Ni Made Yuliani.S.Sos.
Hal : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa
Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar