Upacara Nuntun Dewa Hyang atau Dewa Pitara Pratistha
secara ritual tidak lagi tergolong Upacara Pitra Yadnya. Karena setelah Upacara
Atma Wedana Sang Pitara telah berobah status menjadi Dewa Pitara. Artinya telah
mencapai alam Dewa sinar suci dari Tuhan
itu sendiri.Upacara Atma Wedana tergolong Upacara Pitra Yadnya yang ditutup dengan
Upacara Nyegara Gunung. Setelah Upacara Nyegara Gunung yang fungsinya
Meajar-ajar untuk mohon kepada Hyang Widhi agar Sang Dewa Pitara mendapat
tuntunan ajaran Dharma untuk nuntun Prati Sentananya . Karena setelah upacara
Nyegara Gunung itu Sang Dewa Pitara akan menjadi Bhatara Hyang Guru dengan
stana di Merajan Kamulan.Dewasa ini karena pertimbangan praktis ada sementara
umat Hindu di Bali yang menyelenggarakan Upacara menstanakan Dewa Pitara di
Merajan Kamulan disamakan harinya dengan Upacara Nyegara Gunung. Setelah
Upacara Nyegara Gunung pada hari itu juga terus dilangsungkan dengan Upacara
Nuntun Dewa Hyang ke Merajanya. Namun umumnya antara Upacara Nyegara Gunung dan
Upacara Nuntun Dewa Pitara dibedakan harinya.Karena Upacara Nyegara Gunung itu
masih merupakan rangkaian Upacara Atma Wedana yang tergolong Upacara Pitra
Yadnya.Sedangkan Upacara Nuntun Dewa Pitara atau Dewa Hyang itu tergolong
Upacara Dewa Yadnya. Umumnya umat Hindu
melangsungkan Upacara Nuntun Dewa Pitara dengan menunggu saat Upacara
Piodalan di Merajanya dimana Sang Dewa
Pitara distanakan. Dari sudut pertimbangan praktis memang sangat logis Upacara
Nyegara Gunung itu harinya dilakukan bersamaan dengan Upacara Nuntun Sang Dewa
Pitara.Karena hahekat Upacara Nyegara Gunung itu merupakan upacara antara yang
sudah mendekati upacara Dewa Yadnya karena saat Nuntun Sang Dewa Pitara sudah
berstatus Dewa Pitara. Namun dari sudut pertimbangan ritual Sang Dewa Pitara
semestinya dibiarkan untuk beberapa lama mendapat tuntunan dari Hyang Widhi
dialam Dewa.Setelah beberapa lama barulah dilakukan Upacara Nuntun Dewa Pitara
atau sering disebut Nuntun Dewa Hyang.Ritual Agama Hindu itu didasarkan pada
pandangan bahwa Tuhan itu adalah suatu yang sangat transendent .Artinya sesuatu
yang sangat sempurna dan berkeadaan jauh dari keberadaan manusia dan semua
ciptaanya yang penuh dengan keterbatasan.Namun sangat berbeda dari sudut
pandang immanen artinya Tuhan itu berada dimana-mana disemua ciptaanya.Tidak
ada bagian alam semesta dan diluar alam semesta ini tanpa kehadiran Tuhan.
Pandangan immanen memandang bahwa Tuhan itu meresapi semua ciptaaNYA..Yang
melandasi keberadaan ritual Agama Hindu itu adalah pandangan yang memandang
Tuhan itu sangat transenden.Artinya Tuhan itu berkeadaan sangat sempurna,maha
suci,mahaesa dan maha kuasa.Karena itu Upacara Agama dalam Agama Hindu itu
adalah suatu upaya sakral yang dilakukan oleh umat Hindu untuk semakin
mendekatkan dirinya pada Tuhan yang sangat transendental itu. Pandangan
transendental inilah yang menyebabkan adanya jalan Bhakti untuk menggerakan
berbagai potensi yang berada pada diri manusia untuk meningkatkan kesucian
dirinya.Dari keberadaan diri yang semakin suci itu manusia dapat meningkatkan
kwalitas hidupnya di dunia ini.Demikian jugalah hakekat Upacara Nuntun Dewa
Hyang untuk distanakan di Merajan dan selanjutnya menjadi Bhatara Hyang
Guru.Karena itulah hakekat pemujaan Dewa Pitara adalah dalam rangka mendekatkan
Atman dengan Brahman.Hal ini adalah jalan yang diberikan pada umat Hindu
umumnya. Namun ada juga para Maha Resi yang langsung dapat menemukan Atman
dengan Brahman tanpa melalui pemujaan Dewa Pitara.Hal itu dapat dilakukan
karena kwalitas kesucianya yang sangat tinggi dari Maha Resi tersebut Pada
jaman Kali dewasa ini mencari kwalitas manusia seperti itu mungkin tidak
mudah.Karena itu umat Hindu umumnya memiliki tempat pemujaan leluhur atau
pemujaan Dewa Pitara disetiap rumah tinggalnya dan juga ada pemujaan diluar
rumah tinggal seperti Pura Kawitan,Pura
Padharman dll.Hal ini menyebabkan adanya dua fungsi Pura yaitu Pura untuk Atma
Pratistha dan Pura Untuk Dewa Pratistha.Pura Atma Pratistha untuk memuja Pitara
yang telah suci dan Dewa Pratistha untuk memuja sinar suci Tuhan yang memiliki
fungsi yang tidak terbatas.Namun hahekat Atma Pratistha itu adalah jalan bagi
umat kebanyakan untuk mencapai Brahman secara tahap demi tahap. Adanya tempat
pemujaan untuk Atma Pratistha inilah terkait dengan Upacara Nuntun Dewa Hyang
atau Dewa Pitra Pratistha.Karena tempat menstanakan Dewa Pitara atau Nuntun
Dewa Hyang itu pada tempat pemujaan yang tergolong tempat pemujaan Atma
Ptatistha.
Dari : Ni Made Yuliani.
Hal : Naskah
Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar