Kamis, 26 Januari 2017

UPACARA SEGARA GUNUNG

Setelah Upacara Memukur selesai maka Atman orang yang diupacarai disebut telah mencapai alam Dewa atau disebut Sang Siddha Dewata.Siddha  dalam bahasa Sansekerta artinya tercapai atau berhasil. Dewata artinya para Dewa. Siddha Dewata maksudnya adalah Atman yang diupacarai terlah berhasil mencapai alamnya para Dewa manifestasi Tuhan Yang Mahaesa.Dialam ini Sang Pitara sudah disebut Sang Dewa Pitara yang artinya Sang Pitara yang telah mencapai alam Dewa. Dalam Lontar Ligia disebut sbb: Sang Dewa Pitara mur umungsi ana ring Acintya Bhuwana. Artinya Sang Dewa Pitara telah berada pada alam yang disebut Acintya Bhuwana. Sedangkan dalam Lontar Pitra Puja disebutkan: Awananta dateng ring Acintya Pada,mangkana pemekas Mpungku Sang Dewa Pitara. Artinya kerena itu sampai pada alam yang tak terpikirkan (Acintya Pada) ,oleh karena tu beliau disebut Dewa Pitara. Sedangkan dalam Lontara Negara Kertagama disebut :mulih maring Siwa Budha Loka. Maksudnya setelah upacara Sradha, Atman itu menuju alam yang disebut Siwa Bhudha. Jadinya Atman diyakini telah mencapai alam Dewa yang disebut Acintya Bhuwana,Acintya Pada atau Siwa Budha Loka maka acara selanjutnya menstanakan Atman suci yang disebut Dewa Pitara itu di tempat pemujaan leluhur.Sebelum menstanakan Dewa Pitara itu dilangsungkan  sebagai penutup upacara Atma Wedana dilangsungkan upacara Segara Gunung.Tujuan penyelenggaraan Upacara Segara Gunung itu adalah Meajar-ajar.Maksudnya memohon kepada Tuhan dalam aspeknya sebagai Purusa (Dewa Gunung) dan dalam aspeknya sebagai Predana (Dewa Segara ) untuk memberikan berbagai ajaran atau ajah kepada Sang Dewa Pitara.Karena setelah itu Dewa Pitara akan dipuja sebagai Bhatara Hyang Guru di Merajan Kamulan. Upacara Segara Gunung ini adalah upacara penutup dari Upacara  Atma Wedanaa atau Memukur.Karena itu Upacara Segara Gunung itu masih tergolong Upacara Pitra Yadnya dalam tingkatan Atma Wedana. Upacara Segara Gunung ini adalah mempermaklumkan kepada para Dewa yang disegara maupun di gunung atas telah selesainya Upacara Atma Wedana tersebut. Permakluman itu disertai juga permohonan kepada para Dewa dapat kiranya diberikan kepada Sang Dewa Pitara “ajah-ajah “ agar Dewa Pitara itu semakin meningkat keadaannya . Karena itu upacara Segara Gunung itu juga disebut Upacara Ma ajar-ajar. Mengapa disebut Segara Gunung karena Tuhan yang dipuja itu dalam aspeknya sebagai Purusa dan Predana yaitu Tuhan dalam fungsinya untuk menganugrahkan keseimbangan hidup Sekala dan Niskala. Demikian juga yang dimohonkan kepada Sang Dewa Pitara agar memperoleh tuntunan keseimbangan Purusa Predana dari Ida Bhatara di Gunung dan Ida Bhatara Segara. Setelah Dewa Pitara di stanakan di Kamulan  disana Sang Dewa Bhatara besat dengan Dewa Hyang leluhur sebelumnya.Karena itu dinyatakan dalam Lontar Purwa Bumi Kamulan bahwa setelah Upacara Memukur “Sang Dewa Pitara rika mapisan lawan Dewa Hyangnia nguni “. Artinya setelah upacara Memukur disanalah Dewa Pitara besatu dengan Dewa Hyangnya yang dahulu. Jadinya setiap Upacara Memukur itu ditutup dengan permohonan kepada Tuhan lewat upacara Segara Gunung untuk memohonkan ajah-ajah  untuk Sang Dewa Pitara karena setelah  beliau di stanakan di Kemulan akan mejadi Bhatara Hyang Guru bersama-dengan Bhatara Hyang Guru sebelumnya yang sudah di stanakan pada upacara-upacara sebelumnya.Patut kita ingatkan di Merajan Kamulan itu bukanlah ada banyak Bhatara Hyang Guru uang wajib di puja.Meskipun ada disebutkan Mapisan lawan Dewa Hyangnia nguni itu bukan berarti Dewa Hyang itu banyak. Karena hakekat Atman adalah satu  setiap yang mencapai satu tahap kesucian akan dapat besatu kembali. Ibarat udara itu adalah satu. Namun udara yang berada paling bawah mungkin lebih banyak polusinya .Semakin tinggi keberadaan udara itu kepadatan polusinya semakin tipis.Kiranya demikianlah kalau dianalogikan keadaan Atman.Semakin  tinggi keadaan rokhani Sang Hyang Atma semakin tipislah pengaruh selubung  kegelapan yang menutupi kesucian Atman.Dalam kondisi yang demiian itu Sang  Hyang Atma yang telah mencapai  Dewa Pitara itu akan besatu dengan Dewa Pitara lainya.Dalam keadaan demikian Dewa Pitara itu akhirnya bersatu tidak dapat dibeda-bedakan lagi. Dengan demikian   Bhatara Hyang Guru itu sesungguhnya satu. Karena fungsi Dewa Pitara itu  akan menjadi Bhatara Hyang Guru  ,hal itulah yang menyebabkan adanya Upacara Segara Gunung untuk memohon “ ajah-ajah “ kepada Hyang Widhi sebagai bekalnya kelak setelah berstana di Merajan Kamulan. Upacara Segara Gunung itu bukanlah bukan identik dengan Upacara Nuntun Dewa Hyang atau Dewa Pitara Pratistha.Upacara Nuntun Dewa Hyang itu secara ritual formal sudah tegolong Upacara Dewa Yadnya. Sedangkan Upacara Segara Gunung itu masih merupakan rangkaian Atma Wedana.

  


Dari : Ni Made Yuliani.S.Sos

Hal  : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa Tenggara. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net

Toko Online terpercaya www.iloveblue.net
Toko Online terpercaya www.iloveblue.net