Setelah Upacara Memukur selesai maka Atman orang yang
diupacarai disebut telah mencapai alam Dewa atau disebut Sang Siddha
Dewata.Siddha dalam bahasa Sansekerta
artinya tercapai atau berhasil. Dewata artinya para Dewa. Siddha Dewata
maksudnya adalah Atman yang diupacarai terlah berhasil mencapai alamnya para
Dewa manifestasi Tuhan Yang Mahaesa.Dialam ini Sang Pitara sudah disebut Sang
Dewa Pitara yang artinya Sang Pitara yang telah mencapai alam Dewa. Dalam
Lontar Ligia disebut sbb: Sang Dewa
Pitara mur umungsi ana ring Acintya Bhuwana. Artinya Sang Dewa
Pitara telah berada pada alam yang disebut Acintya Bhuwana. Sedangkan dalam
Lontar Pitra Puja disebutkan: Awananta
dateng ring Acintya Pada,mangkana pemekas Mpungku Sang Dewa Pitara. Artinya kerena itu sampai pada alam
yang tak terpikirkan (Acintya Pada) ,oleh karena tu beliau disebut Dewa Pitara.
Sedangkan dalam Lontara Negara Kertagama disebut :mulih maring Siwa Budha Loka.
Maksudnya setelah upacara Sradha, Atman itu menuju alam yang disebut Siwa
Bhudha. Jadinya Atman diyakini telah mencapai alam Dewa yang disebut Acintya
Bhuwana,Acintya Pada atau Siwa Budha Loka maka acara selanjutnya menstanakan
Atman suci yang disebut Dewa Pitara itu di tempat pemujaan leluhur.Sebelum
menstanakan Dewa Pitara itu dilangsungkan
sebagai penutup upacara Atma Wedana dilangsungkan upacara Segara
Gunung.Tujuan penyelenggaraan Upacara Segara Gunung itu adalah
Meajar-ajar.Maksudnya memohon kepada Tuhan dalam aspeknya sebagai Purusa (Dewa
Gunung) dan dalam aspeknya sebagai Predana (Dewa Segara ) untuk memberikan
berbagai ajaran atau ajah kepada Sang Dewa Pitara.Karena setelah itu Dewa
Pitara akan dipuja sebagai Bhatara Hyang Guru di Merajan Kamulan. Upacara
Segara Gunung ini adalah upacara penutup dari Upacara Atma Wedanaa atau Memukur.Karena itu Upacara
Segara Gunung itu masih tergolong Upacara Pitra Yadnya dalam tingkatan Atma
Wedana. Upacara Segara Gunung ini adalah mempermaklumkan kepada para Dewa yang
disegara maupun di gunung atas telah selesainya Upacara Atma Wedana tersebut.
Permakluman itu disertai juga permohonan kepada para Dewa dapat kiranya
diberikan kepada Sang Dewa Pitara “ajah-ajah “ agar Dewa Pitara itu semakin
meningkat keadaannya . Karena itu upacara Segara Gunung itu juga disebut Upacara Ma ajar-ajar. Mengapa disebut
Segara Gunung karena Tuhan yang dipuja itu dalam aspeknya sebagai Purusa dan
Predana yaitu Tuhan dalam fungsinya untuk menganugrahkan keseimbangan hidup
Sekala dan Niskala. Demikian juga yang dimohonkan kepada Sang Dewa Pitara agar
memperoleh tuntunan keseimbangan Purusa Predana dari Ida Bhatara di Gunung dan
Ida Bhatara Segara. Setelah Dewa Pitara di stanakan di Kamulan disana Sang Dewa Bhatara besat dengan Dewa
Hyang leluhur sebelumnya.Karena itu dinyatakan dalam Lontar Purwa Bumi Kamulan
bahwa setelah Upacara Memukur “Sang Dewa
Pitara rika mapisan lawan Dewa
Hyangnia nguni “. Artinya setelah upacara Memukur disanalah Dewa
Pitara besatu dengan Dewa Hyangnya yang dahulu. Jadinya setiap Upacara Memukur
itu ditutup dengan permohonan kepada Tuhan lewat upacara Segara Gunung untuk
memohonkan ajah-ajah untuk Sang Dewa
Pitara karena setelah beliau di stanakan
di Kemulan akan mejadi Bhatara Hyang Guru bersama-dengan Bhatara Hyang Guru sebelumnya
yang sudah di stanakan pada upacara-upacara sebelumnya.Patut kita ingatkan di
Merajan Kamulan itu bukanlah ada banyak Bhatara Hyang Guru uang wajib di
puja.Meskipun ada disebutkan Mapisan lawan Dewa Hyangnia nguni itu bukan
berarti Dewa Hyang itu banyak. Karena hakekat Atman adalah satu setiap yang mencapai satu tahap kesucian akan
dapat besatu kembali. Ibarat udara itu adalah satu. Namun udara yang berada
paling bawah mungkin lebih banyak polusinya .Semakin tinggi keberadaan udara
itu kepadatan polusinya semakin tipis.Kiranya demikianlah kalau dianalogikan
keadaan Atman.Semakin tinggi keadaan
rokhani Sang Hyang Atma semakin tipislah pengaruh selubung kegelapan yang menutupi kesucian Atman.Dalam
kondisi yang demiian itu Sang Hyang Atma
yang telah mencapai Dewa Pitara itu akan
besatu dengan Dewa Pitara lainya.Dalam keadaan demikian Dewa Pitara itu
akhirnya bersatu tidak dapat dibeda-bedakan lagi. Dengan demikian Bhatara Hyang Guru itu sesungguhnya satu.
Karena fungsi Dewa Pitara itu akan menjadi
Bhatara Hyang Guru ,hal itulah yang
menyebabkan adanya Upacara Segara Gunung untuk memohon “ ajah-ajah “ kepada
Hyang Widhi sebagai bekalnya kelak setelah berstana di Merajan Kamulan. Upacara
Segara Gunung itu bukanlah bukan identik dengan Upacara Nuntun Dewa Hyang atau
Dewa Pitara Pratistha.Upacara Nuntun Dewa Hyang itu secara ritual formal sudah
tegolong Upacara Dewa Yadnya. Sedangkan Upacara Segara Gunung itu masih
merupakan rangkaian Atma Wedana.
Dari : Ni Made Yuliani.S.Sos
Hal : Naskah Untuk Rubrik Kembang Rampe di Nusa
Tenggara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar